Ch10 Menerobos (Remastered)

"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.

Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.

Sekian dan terima kasih."

-snjy_3

---

Usai sarapan, Asta membereskan piring dan mencucinya. Sementara Ace merapihkan dapur, dan Flares mengelap meja makan. Mereka bekerja satu sama lain, dengan masing-masing pekerjaan mereka sendiri. Rumah jadi tampak ramai, meski hanya ada mereka bertiga.

Asta mengusap keringat di dahinya. Setelah selesai, dia pun kembali ke meja makan. Di sana, mereka berdua terlihat sedang bercanda. Mereka menoleh, ketika melihatnya keluar dari dapur.

"Apa kau sudah merapikannya juga?" Tanya Ace padanya, dengan sedikit menyipitkan matanya.

Asta mengangguk pelan sambil berkata, "Aku sudah merapikannya. Jadi, kau tenang saja," ucapnya lalu tersenyum menampilkan giginya.

"Guru, kapan kita akan mempelajari Kitab Dewa Api Kegelapan lagi?" Tanya Asta sambil mengambil kursi, dan duduk diantara mereka berdua.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain selama sejenak. Kemudian Flares pun berbicara, "Tidak untuk saat ini," ucapnya dengan tegas.

Asta memiringkan kepalanya heran akan jawabannya, "Apa Guru sedang melarangku?" Tanya Asta.

Ace menghela nafasnya pelan lalu berkata, "Kontrol Dasar Esensi Roh dan Aura-mu masih sangat rendah. Terutama, karena Esensi Roh-mu adalah jenis Esensi Roh Dewa," ucapnya mencoba menjelaskan, mengapa Flares melarangnya melatih Kitab Dewa Api Kegelapan.

Asta menggaruk rambutnya sambil berkata, "Bukannya Roh Dewa, diyakini sebagai Esensi Roh dengan stabilitasnya untuk dikultivasi?"

Ace mendengus kesal lalu membalas, "Apa kau tak mendengarkan apa yang ku katakan? Aku mengatakan tentang Kontrol Dasar, bukan tentang stabilitasnya ketika dikultivasi. Esensi Roh Dewa memang memiliki stabilitas yang bagus, sehingga tidak sulit dikultivasi. Akan tetapi, kendala terbesarnya ada pada mengontrolnya. Sia-sia kalau mempunyai kekuatan hebat, namun tak bisa mengendalikannya," jelas Ace sedikit menggebrak meja karena kesal.

Flares tertawa kecil, dia kemudian bangkit menuju ke dapur untuk menyeduh kopi.

"Jadi begitu rupanya. Ku pikir itu sama," balas Asta sambil memukul telapak tangan.

"Jadi, apa yang harus ku lakukan sekarang? Menerobos ke Ranah Ahli pun, sepertinya agak riskan. Raga Tubuh-ku, masih di peringkat 2. Aku perlu meningkatkannya ke peringkat 3, untuk dapat menerobos ke Ranah Ahli," ucap Asta sambil memangku dagunya di meja.

Ace menggeleng pelan sambil berkata, "Menerobos ke Ranah Ahli dengan terburu-buru, bukankah pilihan yang bijak. Yang lebih utama saat ini, adalah meningkatkan Kontrol Dasar-mu. Kau bahkan belum mampu melakukan pengendalian aura, jika kau memaksakan itu, kau hanya akan menjadi Ranah Ahli terlemah yang pernah ada," ucapnya memberi saran.

Asta menghela nafas panjang, lalu bertanya, "Jadi, apa kau memiliki metode untuk meningkatkan Kontrol Dasar?" Tanya Asta pada Ace.

Flares datang sambil membawa secawan kopi untuknya sendiri, dia berkata, "Kontrol Dasar itu mengacu pada, sejauh mana kau mengenal Esensi Roh-mu sendiri? Jadi, kau tak bisa meminta orang lain untuk mengajarimu. Sekalipun, orang tersebut terlahir dengan Esensi Roh yang sama," jelasnya.

Mendapat pernyataan ini, Asta semakin kebingungan. Lalu, apa yang bisa dia lakukan sekarang?

Flares tersenyum seakan mempunyai jawaban atas kekhawatirannya, "Tak perlu khawatir tentang itu. Guru memiliki cara untuk mengatasi segala kekhawatiranmu. Selain itu, metode yang Guru punya juga akan membantu meningkatkan peringkat Raga Tubuh-mu, ke peringkat 3," jelasnya sambil duduk dan meletakkan gelas kopi.

"Apa itu mungkin?" Tanya Asta tak yakin. Jantungnya sedikit berdebar, karena setiap kali Flares berkata seperti itu, dia selalu memiliki latihan yang sangat keras untuknya.

"Tentu saja itu mungkin. Selain itu, kau tak perlu menempa satu-satu Raga Tubuh-mu. Darah, Tulang, dan Otot-mu, ketiganya sekaligus bisa ditingkatkan lebih cepat," tambah Flares lalu menyeruput kopinya.

Asta menelan ludahnya curiga. Bulu kuduknya bergidik geli mendengarkan apa yang dikatakannya tersebut. Apalagi, Ace juga tersenyum lebar menampilkan giginya. Semakin membuat perasaan tak nyaman.

"Kau hanya bisa mengikuti caranya. Jadi, kau hanya perlu menyiapkan diri untuk sekarang," ujar Ace padanya lalu melompat turun dari kursi.

"Sekarang juga?!" Tanya Asta dengan raut wajah terkejut, bolak-balik menatap ke arah mereka berdua.

"Eum. Saat ini juga," ucap mereka bersama sambil mengangguk lalu tersenyum.

Flares bangkit dari tempat duduknya, membawa secawan kopi miliknya menuju ke halaman belakang rumah. Dari belakang, Asta berjalan mengikuti mereka berdua. Asta meneguk ludahnya beberapa kali, keringat dingin mengucur deras di keningnya.

"Nak, kemarilah," panggil Flares, lalu mengeluarkan botol kecil, dari kalung cincin yang Asta kenakan.

Asta mengerjap melihat botol kecil tersebut. Dia bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya. Flares menuangkannya ke tangan, sebutir pil menggelinding keluar dari dalam botol.

Flares menyodorkan pil itu pada Asta sambil berkata, "Ini adalah Pil Obat yang Guru punya. Kita akan menggunakannya untuk bahan latihanmu," jelas Flares sambil menaruh gelas kopinya.

"Maksud Guru, aku harus..." belum selesai Asta bicara, Ace merebut Pil Obat itu dan langsung memasukkannya ke mulut Asta.

"Tak perlu banyak tanya. Cepat telan," ucapnya sambil memasukkannya.

"Glek! Akhh!! Ace!! Apa yang kau lakukan?!" Protes Asta terkejut, setelah Pil Obat tersebut memasuki rongga tenggorokannya.

"Kau terlalu banyak tanya. Telingaku sudah muak mendengarkannya," ucap Ace sambil menyilangkan kedua kaki depannya di dada. Serigala putih ini berdiri dengan dua kaki.

"Kau hampir membuatku mati tersedak. Bisa-bisanya kau berbicara seperti... Akhhh!!" Saat tengah berbicara, Pil Obat itu pun mengeluarkan khasiatnya.

Asta merasakan sensasi lonjakan energi, yang begitu kuat pada raganya. Lonjakan energi tersebut begitu besar, rasanya seperti tubuhnya berusaha diledakkan dari dalam.

Flares meletakkan tangannya di kedua pundak Asta sambil berkata, "Fokus! Kali ini, kau hanya perlu bertahan. Jangan sampai tak sadarkan diri, atau semuanya akan jadi sia-sia," pesan Flares, sambil menyalurkan sumber surgawi ke Asta. Hal itu guna membangkitkan Esensi Roh Asta, untuk menjalankan metode latihan yang dia jelaskan sebelumnya.

"Aaakkkhhhhhhh...!!!" Asta menjerit kesakitan. Api hitam yang memiliki nama Api Pemakan Cahaya, menyeruak dari dalam tubuhnya. Membakar tubuhnya sendiri. Asta merasakan sensasi, seperti dibakar hidup-hidup oleh Esensi Roh-nya sendiri.

Tulangnya seakan diremukkan, lalu dipulihkan. Darah seperti dialiri racun ganas, lalu dibersihkan. Lalu otot seolah-olah ditarik paksa hingga robek, lalu dijahit kembali. Semua itu terus terjadi secara berulang-ulang.

-

"Sudah kuduga. Metode seperti itu, pasti memiliki efek samping yang berbahaya. Tapi, bagaimanapun caranya, aku harus bertahan. Aku harus membalas dendam atas kematian Ayah dan Ibu. Aku harus bisa melewati ini semua," batin Asta bertekad.

---

Setelah berhasil membangkitkan Esensi Roh-nya, Flares menarik kembali tangannya lalu mengambil jarak beberapa meter. Flares menyeruput kembali kopinya, ditemani Ace yang sedang memperhatikan Asta.

Flares menoleh ke arah rumah sambil berkata, "Teriakannya mengundang rasa penasaran orang-orang hingga kemari. Sebaiknya kau jaga pintu utama, jangan biarkan siapapun masuk kemari," ucapnya pada Ace.

"Aku mempercayaimu. Jadi, kuharap caramu benar-benar bekerja dengan cukup baik padanya," jawab Ace sambil berbalik ke arah rumah.

"Tidak ada siapapun di dunia ini, yang ber-pemahaman tinggi tentang Api Pemakan Cahaya. Jika itu bukan diriku," ucap Flares cukup yakin.

"Karena itu aku mempercayaimu," ucapnya sambil membuka pintu.

Flares duduk sambil memperhatikan perkembangan latihan Asta. Sambil sesekali menyeruput kopinya.

---

Teriakan Asta terdengar hingga satu Desa Kuil Tersembunyi. Dengan perasaan khawatir dan cemas, semua orang berlari panik menuju ke rumahnya.

Sesampainya di depan rumah Asta, mereka dicegat oleh serigala putih yang tengah duduk. Dia menggeram dan berkata, "Tidak ada masalah di sini. Kembalilah!" tegas Ace kepada mereka semua.

Helio mendekat sembari hendak mengatakan sesuatu. Namun kemudian, Ace memotong ucapannya.

"Tak ada yang perlu kalian khawatirkan tentangnya. Pikirkanlah mental kalian untuk peperangan yang akan datang. Masalah Asta adalah tanggung jawabku. Pergilah!" Perintah Ace sekali lagi.

Helio menghembuskan nafas kecewa. Dia bahkan belum mengatakan apapun, tapi mau tak mau mereka harus tetap pergi. Tak ada yang bisa mereka lakukan, jika Ace sudah berkata seperti itu.

Dengan perasaan masih cemas, mereka pun kembali ke aktivitas masing-masing. Menuruti apa yang Ace katakan.

---

Hingga lamanya seminggu kemudian, Asta terus merasakan sakit tersebut secara berulang-ulang tanpa ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk makan dan minum sejenak. Sementara itu Flares senantiasa menjaganya sepanjang waktu di bawah pohon rindang, di sisi lain Ace menunggu dan berjaga di depan rumah.

Di sisa-sisa kesadarannya yang mati-matian Asta pertahankan, sebuah hempasan gelombang energi menghembus keluar dari tubuhnya. Menandakan berakhirnya proses latihan yang sangat menyiksa diri tersebut.

Flares tersenyum senang sambil berdiri, "Selamat! Kau telah berhasil melewati semua prosesnya dan berhasil meningkatkan Raga Tubuh-mu ke peringkat 3. Sekarang bagaimana perasaanmu?" Flares bertepuk tangan sambil berjalan ke arahnya.

-

"Dengan keadaan nafas yang terputus-putus dan pikiran yang kalut, bisa-bisanya Guru bertanya kepadaku seperti itu." Batin Asta frustasi dan jengkel.

---

Asta menatap Flares lekat, "Guru... Kau hampir saja membunuhku..." Ucapnya dengan terbata-bata. Tubuhnya tak lagi dapat digerakkan, rasa lapar dan dehidrasi seketika menyerang kesadarannya yang sudah tak dapat dipertahankan lagi.

Flares hanya tertawa kecil menanggapi ucapannya, lagipula memang tidak ada metode yang mudah untuk menjadi lebih kuat dengan cepat. Satu-satunya metode untuk meningkatkan kekuatan dengan cepat hanyalah metode yang menantang maut.

"Guru, tolong siapkan makanan... Selama aku istirahat..." Ucapnya saat pandangannya semakin buram hingga akhirnya tak sadarkan diri.

Flares menangkap Asta agar kepalanya tak terbentur di tanah, "Selama kau beristirahat, Guru akan menyiapkan makanan terbaik yang bisa kau makan." Ucapnya sambil membaringkan tubuhnya di tanah.

Flares memasuki rumah dengan segera untuk menyiapkan makanan dan minuman, dia mengambil daging, buah, sayuran dan bahan-bahan masakan di dalamnya. Tangannya bergerak dengan cepat mengambil ini dan itu, hanya sendirian saja Flares memasak berbagai macam jenis masakan sayur daging dan jus buah.

Di sisi lain Ace masih tetap setia berjaga di depan rumah meski tak ada lagi teriakan yang berasal dari halaman belakang rumah. Hidungnya berdenyut-denyut mencium aroma masakan, namun sayang Ace tak bisa pergi dari tempatnya saat ini. Dia harus tetap berdiri di sana dan menghadang orang-orang yang mulai berdatangan.

Mereka semua tampaknya khawatir dan cemas dengan keadaan Asta saat ini, apalagi selama seminggu dia menjerit kesakitan dan ketika akhirnya berhenti mereka pun semakin khawatir.

Ace mendengus kesal serta tatapannya menyorot tajam dan dingin, "Apa kalian benar-benar tak mendengar apa yang ku katakan seminggu yang lalu?!" Ucapnya sambil menghempas gelombang aura dingin. Dari sekian banyak orang, Ace memusatkan tatapannya pada Helio Utake yang tampaknya memimpin mereka semua.

Helio Utake tak mempedulikan ucapan yang Ace katakan dan tetap berjalan ke arahnya, tatapannya begitu serius dan penuh keyakinan diri.

Melihatnya membangkang tentu membuat Ace marah besar, "Helio Utake! Apa kau tak mempercayaiku?!" Bentaknya sembari melepaskan aura intimidasi yang berkali-kali lipat lebih kuat, hingga semua orang dipaksa membungkuk di hadapannya. Tak ada satupun diantara yang dapat melawan intimidasi mutlaknya.

"Apa kalian berniat melanggar perjanjiannya?! Di sini aku yang bertanggung jawab!" Bentak Ace tanpa pandang bulu sambil melepaskan aura intimidasinya lebih kuat lagi, mencegah Taki Garaki serta beberapa orang lainnya yang hendak menarik pedang mereka.

"Sialan! Manusia memang menyebalkan dan memiliki sifat peduli terhadap sesama yang tinggi! Padahal sudah kubilang bahwa Asta baik-baik saja!" Ujar Ace sambil menghela nafas panjang, melihat tatapan mata penuh keyakinan mereka membuatnya menyerah menggunakan cara keras.

Mereka tampak bernafas lega karena akhirnya dapat bergerak dengan bebas, namun bukan berarti itu selesai sampai di sana. Mereka masih harus memastikan kondisi Asta saat ini.

"Aku tidak ingin ada hal buruk terjadi di sini, saat ku berkata pergi kumohon menurutlah. Aku akan menjelaskannya secara rinci dan berdua pada Helio Utake, jadi ku harap yang lainnya pergi dengan segera," perintah Ace dengan lebih tenang.

Melihat mereka masih tak bergeming membuat Ace mendengus kesal, "Tunggu apa lagi?! Sudah ku katakan tak ada hal buruk yang terjadi! Biarkan aku menceritakannya pada Helio Utake dan kalian mendengarkan darinya nanti! Cepat pergi!" Teriak Ace.

Mereka sebenarnya hendak pergi setelah Ace berkata akan menjelaskannya pada Helio Utake, namun mereka tak bergeming karena ingin melihat serigala putih itu kembali marah-marah. Mereka pun tertawa kecil setelah melihatnya kembali emosi, mereka pun berhamburan pergi meninggalkan kediaman Asta.

Helio Utake tertawa kecil, "Aku harus mendengarkan keadaan yang sebenarnya, Ace." Ucapnya sambil duduk di sampingnya, Ace mendengus kesal karena pada akhirnya dia tetap harus bersusah payah menceritakannya.

---

Flares menaruh ragam masakannya di atas nampan dan segera membawanya ke halaman belakang rumah, dimana Asta sedang tertidur pulas di sana.

"Nak waktunya makan, cepat bangun sebelum makanannya dingin!" panggil Flares sambil membawa nampan berisi ragam masakan dan minuman.

Aroma harum masakan memasuki hidungnya, seketika menggugah selera. Asta bangkit dengan semangat sambil mengucek matanya yang terasa lengket, perasaan letih dan lesu seketika hilang mencium aroma masakan-masakan tersebut.

Asta tersenyum senang sambil mengusap air liurnya yang hampir menetes, "Guru memang yang terbaik dalam hal masak-memasak."

Flares sambil tersenyum meletakkan nampan itu di depannya, "Kau harus segera mengisi perutmu, cepat makan." Ujarnya sambil menyodorkan masakan tersebut.

Asta mengambil piring lalu menyendok sup sayur daging di hadapannya dan memakannya dengan lahap, tak memperhatikan Gurunya yang saat itu tengah di hadapannya.

Setelah dirasa cukup kenyang, Asta bersendawa lalu tertawa dengan keras. Flares bercekak pinggang dan menatap tajam melihat kelakuannya.

"Maaf Guru, aku kelepasan." Ucapnya tertawa canggung lalu mengusap pipinya.

"Selain itu, dimana Ace sekarang? Aku tak mendengar suaranya sama sekali." Asta menggaruk kepalanya sambil menoleh kesana-kemari, mencari keberadaan serigala putih itu.

Flares mengangkat kedua tangannya bingung, "Entahlah siapa yang tahu? Mungkin sedang mencari jodoh?" Ucapnya sambil tersenyum bercanda.

Asta tertawa kecil lalu bangkit meregangkan tubuhnya, "Sepertinya aku harus membawanya kembali pulang, ini sudah seminggu berlalu dan dia belum juga berniat kembali?"

"Tak perlu mengkhawatirkannya apalagi berpikiran semacamnya, Ace bukan sembarang hewan yang harus selalu kau pikirkan setiap waktu, daripada mengurusinya lebih baik pikirkan kesiapan dirimu karena masih ada latihan yang harus kau jalani." Ucap Flares.

Asta mengelus dagunya setuju dengan anggapan Gurunya, tidak hanya cepat dan mampu berbicara layaknya manusia namun Ace juga memiliki kemampuan yang hebat sebagai seekor serigala.

"Sekarang lepaskan Esensi Roh-mu secara perlahan-lahan dan coba kendalikan, perhatikan konsentrasimu dan pusatkan di telapak tangan. Selama yakin bisa mengendalikannya maka teruskan, jika tidak maka tahan pada porsi dimana kau sanggup mengendalikannya." Ujar Flares memintanya melakukan pelepasan roh.

Asta memusatkan konsentrasi di telapak tangannya mencoba melepaskan Esensi Roh-nya secara perlahan, hingga kemudian api kehitaman pun menyala dan terus membesar hingga seukuran bola.

"Guru, aku hanya bisa mengendalikannya sampai sebesar ini, jika diteruskan rasa-rasanya api ini bisa mengganas dan liar." Jelas Asta dengan keringat yang mengucur deras karena sulitnya mempertahankan api hitam tersebut

Flares menganggukan kepala sambil mengelus dagu, "Cukup bagus dan memuaskan hasilnya namun begitu bukan berarti kau bisa berpuas diri, ini hanya sekitar 5 persen dari kekuatan asli Esensi Roh-mu yang mana merupakan Api Pemakan Cahaya. Sekarang tarik kembali Esensi Roh-mu karena kita akan memulai latihan terpentingnya sekarang." Ujarnya sambil tersenyum menampilkan gigi.

Untuk menghilangkannya tak sesulit saat berusaha memunculkannya, satu tarikan nafas api hitam ditangannya pun menghilang masuk ke dalam tubuh.

"Sebenarnya Kontrol Dasar dan Raga Tubuh memiliki kaitan erat yang saling berhubungan, karena dengan tingkatan Raga Tubuh yang lebih tinggi maka lebih memudahkan untuk berlatih Kontrol Dasar. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan Raga Tubuh ke peringkat yang lebih tinggi daripada sekedar peringkat 3 dan karena alasan itu pula kita tak bisa menetap di desa ini lebih lama lagi." Jelas Flares sambil membereskan sisa-sisa makanan Asta sebelumnya.

Dahi Asta berkerut heran, "Guru, jangan bilang..."

"Ya, kita akan melakukan penerobosannya sekarang juga." Potong Flares cepat.

"Tunggu sebentar, Guru mau membereskan piring-piring ini dulu." Ucapnya lalu pergi menuju ke dapur membawa nampan berisi piring kotor tersebut.

Selama Flares pergi ke dapur Asta melamunkan perkataannya yang mengatakan harus meninggalkan desa secepatnya, yang pada awalnya Asta perkirakan akan memakan waktu satu sampai dua bulan. Tapi pada kenyataannya yang terjadi hanya lewat seminggu setelah Asta berbicara untuk mendapat izin pada Helio Utake tentang keinginannya untuk pergi meninggalkan desa, Gurunya malah berkata bahwa mereka sebaiknya meninggalkan desa dengan segera.

Walaupun sebenarnya Asta memiliki kesiapan yang tinggi namun sebenarnya keputusan Gurunya masih terlalu cepat untuknya sekarang, terlebih lagi Asta belum menyusun rencana untuk menghambat Moegi agar tak memaksa ikut dengannya. Apalagi Asta sudah berjanji akan membawanya bersamanya.

Flares yang baru saja kembali tampak heran melihatnya merenung dan melamun hingga tak menyadari kehadirannya sama sekali.

Flares mengambil botol kecil dari kalung cincin yang Asta kenakan lalu melemparkan itu ke arahnya, dengan sigap Asta pun tersadar menangkap botol kecil tersebut.

"Apa ini?" Tanya Asta penasaran mengapa Gurunya memberinya botol itu. Asta masih teringat akan kejadian sebelumnya dimana Gurunya memberinya pil obat yang membuatnya begitu tersiksa selama seminggu, walaupun efek obatnya memang manjur dan berkhasiat meningkatkan peringkat Raga Tubuh dengan cepat.

"Guru jamin rasanya takkan sama seperti sebelumnya." Flares mengangkat jempolnya sambil tersenyum menampilkan gigi.

Asta menuangkan dan memperlihatkan pil obat kehijauan itu padanya sambil menyipitkan mata.

"Pil yang kau makan sebelumnya adalah Pil Tulang Darah dan seperti yang telah kau rasakan adalah khasiat serta efek sampingnya. Sementara ini adalah Pil Pembentukan Roh yang memiliki khasiat untuk meningkatkan efisiensi penerobosan ranah seseorang yang mengkultivasikan Esensi Roh. Keduanya merupakan Pil Obat Kelas Tinggi peringkat 5. " Jelas Flares mengenai khasiat pil obatnya.

---

Pil Obat dibagi mejadi tiga kelas, Rendah, Menengah, dan Tinggi. Lalu setiap kelasnya diberi peringkat 1 sampai 7.

---

Asta menatap pil tersebut cukup lama sebelum memakannya, firasatnya merasa tidak nyaman saat memandangi pil tersebut.

"Tunggu apa lagi, kau harus memakannya dengan segera." Flares merebut pil itu dan memasukkannya dengan paksa ke mulut Asta.

"Uhuk! Uhuk! Guru… kau berbohong…" Ucap Asta terbatuk-batuk sambil memegangi lehernya.

Ternyata firasatnya benar, sesaat pil itu memasuki tenggorokan yang terjadi adalah aliran darahnya terasa seperti diputar terbalik.

Asta langsung duduk bersila dan segera memulai proses penerobosannya. Semakin lama kekuatan besar yang mengalir di aliran darahnya seakan meledak-ledak dari dalam.

"Bertahanlah. Sebentar lagi kau akan merasakan efeknya yang sangat amat berguna bagi masa depanmu." ucap Flares enteng sambil tersenyum.

Awalnya Asta tak memercayai apa yang dikatakannya lagi namun setengah jam kemudian Asta bisa merasakan bahwa sumber surgawinya menjadi lebih murni. Selain itu kapasitas tampung sumber surgawi pada tubuhnya pun juga ikut terus meningkat.

Walau begitu proses penerobosan ranah bukanlah hal sepele yang mudah dihadapi, karena Asta harus tetap tersadar sampai menerobos ke ranah selanjutnya tanpa tahu kapan akan selesai, sembari menahan rasa sakit ulu hatinya yang seperti diiris-iris. Dalam batin Asta berharap dapat menyelesaikan prosesnya dalam satu pekan.

---

Dua minggu berlalu semenjak Kenshin bertemu dengan Asta terakhir kali, entah apa yang saat ini dia lakukan sampai-sampai mengurung diri dan tak pernah keluar dari rumah selain teriakannya yang berakhir pada seminggu yang lalu.

"Kenshin, kau mau kemana?" Tanya Helio di depan rumah ketika melihat putranya keluar dengan sebilah pedang yang tersarung rapi.

"Aku mau ke rumah Asta, menurut Ayah apa dia sudah selesai sekarang?" Jawab Kenshin sambil bertanya balik.

"Ayah memiliki firasat bahwa dia mungkin sudah selesai sekarang." Jawabnya lalu menyeruput tehnya.

Kenshin mengangguk pelan lalu pergi meninggalkan rumah dengan wajah penuh senyum gembira, batinnya tak sabar mengajaknya latih tanding.

Melihat Kenshin keluar dari kediamannya dengan tergesa-gesa dan membawa pedang, membuat Kesha bertanya-tanya penasaran akan apa yang ingin dia lakukan.

"Apa ada yang tahu dia ingin kemana?" Tanya Kesha pada ketiga sahabatnya sambil menunjuk ke arah Kenshin. Ada Shiro, Zaraki dan Moegi.

Shiro menoleh dengan dahi berkerut, "Kenshin, apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat buru-buru?!" Teriak Shiro memanggilnya.

Kenshin menoleh sambil tersenyum ke arah suara, mereka berempat lalu bangkit menuju ke arahnya.

Mereka saling berpandangan satu sama lain sebelum kemudian sama-sama menunjuk ke arah pedang yang Kenshin bawa.

"Apa yang ingin kau lakukan dengan itu?" Tanya mereka serentak.

"Aku rasa Asta sudah selesai dengan latihannya, jadi aku berniat kesana untuk menantangnya berduel sebelum dia pergi meninggalkan desa," jawab Kenshin sambil tersenyum.

Raut wajah Kesha, Shiro dan Zaraki langsung berubah pucat mendengar Kenshin mengatakan hal itu dengan entengnya di depan Moegi, yang terus menatap lekat pedang yang dia bawa.

"Sial! Awas saja kalau dia berani meninggalkanku, akan ku potong burungnya." Gerutu Moegi sambil merebut pedang Kenshin dengan cepat.

Kenshin telat bereaksi karena Moegi merebut pedangnya sambil mengatakan hal yang membuatnya menelan ludahnya sendiri. Dia baru panik sesaat kemudian setelah Moegi sudah berlari jauh di depan meninggalkan mereka.

"Seharusnya kau tak mengatakan itu." Tegur Shiro pada Kenshin yang seharusnya tak membahas mengenai Asta yang akan pergi meninggalkan desa tepat di hadapan Moegi.

"Sial! Aku lupa itu." Ucap Kenshin sambil menepuk jidatnya. Dia lupa akan hal tersebut.

"Tunggu apa lagi? Kita harus menyusulnya dengan cepat!" Teriak Kesha tampak panik.

"Moegi! Apa kau yakin Asta masih berada di rumahnya? Siapa yang tahu kalau dia sudah berangkat semenjak tiga hari yang lalu, atau mungkin seminggu yang lalu itu Asta berpamitan pada Paman Helio." Teriak Zaraki yang justru terlihat senang sambil tertawa.

"Diam kau keparat! Bicara sekali ku potong burung kecilmu!" Balas Moegi tak terima jika Asta sudah meninggalkan desa tanpa dirinya.

"Berhenti membuat lelucon yang menakutkan seperti itu!" Teriak Zaraki merasakan bulu kuduknya bergidik ngeri.

Moegi menghiraukannya dan mulai mempercepat langkahnya menuju ke rumah Asta, Kenshin dan yang lain terlihat panik melihatnya berlari penuh amarah dengan sebilah pedang ditangannya.

Sesampainya di depan rumah Asta, ada sebuah gelombang energi kuat yang keluar dari arah rumahnya membuat Moegi berpikir berlebihan, pikirnya ada seseorang yang tengah berusaha mencelakai Asta di sana.

"Pembunuh?!" Teriak Moegi cemas sambil menciptakan bola api di tangan kiri.

Shiro dan Zaraki juga ikut cemas, Shiro dengan pisaunya dan Zaraki dengan kapaknya melesat dengan cepat memasuki halaman rumah Asta, mengikuti Moegi yang sudah lebih dulu melemparkan bola-bola api ke rumahnya.

"Dasar bodoh! Itu adalah lonjakan energi yang terjadi saat seseorang sedang melakukan penerobosan ranah! Apanya yang pembunuh!" Teriak Kenshin namun tak di dengarkan sama sekali.

"Moegi! Cepat hentikan seranganmu!" Teriak Kesha namun juga sama tak didengarkannya.

---

"Bukannya tak mau bertemu, aku pun sama rindu. Tapi bentar, aku makan dulu. Supaya gak laper pas bawa motor ke rumahmu."

-snjy_3

Episodes
1 Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2 Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3 Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4 Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5 Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6 Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7 Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8 Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9 Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10 Ch10 Menerobos (Remastered)
11 Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12 Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13 Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14 Ch14 Perpisahan (remastered)
15 Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16 Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17 Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18 Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19 Chapter 019 Harapan (revisi)
20 Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21 Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22 Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23 Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24 Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25 Chapter 025 Pilihan (revisi)
26 Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27 Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28 Chapter 028 Pertanda (revisi)
29 Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30 Ch30 Konflik Internal
31 Ch31 Artefak dan Pil Obat
32 Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33 Ch33 Kebenaran
34 Ch34 Kota Tiandu
35 Ch35 Manager Row Riqu
36 Ch36 Reuni
37 Ch37 Jendral Nolan
38 Ch38 Master Senpu
39 Ch39 Hao Ryun
40 Ch40 Langit Kelam
41 Ch41 Menempa
42 Ch42 Kesepakatan
43 Ch43 Penempa Tingkat 1
44 Ch44 Ace Kembali
45 Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46 Ch46 Terkejut
47 Ch47 Hati Yang Terdalam
48 Ch48 Menuju Arena
49 Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50 Ch50 7 Sekte Besar
51 Ch51 Fase Kedua
52 Ch52 Keributan Diatas Podium
53 Ch53 Pertarungan Memanas
54 Ch54 Adu Pemahaman
55 Ch55 Menuju 16 Besar
56 Ch56 16 Besar
57 Ch57 Keributan
58 Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59 Ch59 Pertarungan Sengit
60 Ch60 Semi Final
61 Ch61 Pedang Iblis
62 Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63 Ch63 Usai Pertandingan Final
64 Ch64 Berpisah Kembali
65 Ch65 Serangan di Benteng Utara
66 Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67 Ch67 Bala Bantuan Datang
68 Ch68 Memulai Pelatihan
69 Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70 Ch70 Era Kekacauan
71 Ch71 Eliza Lira
72 Ch72 Keributan
73 Ch73 Omong Kosong
74 Ch74 Tekad Lira
75 Ch75 Meninggalkan Kota
76 Ch76 Perkemahan Musuh
77 Ch77 Perkemahan Musuh 2
78 Ch78 Korban Kekacauan
79 Ch79 Padang Rumput Berbunga
80 Ch80 Salah Paham
81 Ch81 Sumpah
82 Ch82 Permintaan
83 Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84 Ch84 Pembantaian
85 Pengumuman penting..!!!
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2
Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3
Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4
Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5
Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6
Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7
Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8
Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9
Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10
Ch10 Menerobos (Remastered)
11
Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12
Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13
Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14
Ch14 Perpisahan (remastered)
15
Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16
Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17
Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18
Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19
Chapter 019 Harapan (revisi)
20
Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21
Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22
Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23
Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24
Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25
Chapter 025 Pilihan (revisi)
26
Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27
Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28
Chapter 028 Pertanda (revisi)
29
Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30
Ch30 Konflik Internal
31
Ch31 Artefak dan Pil Obat
32
Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33
Ch33 Kebenaran
34
Ch34 Kota Tiandu
35
Ch35 Manager Row Riqu
36
Ch36 Reuni
37
Ch37 Jendral Nolan
38
Ch38 Master Senpu
39
Ch39 Hao Ryun
40
Ch40 Langit Kelam
41
Ch41 Menempa
42
Ch42 Kesepakatan
43
Ch43 Penempa Tingkat 1
44
Ch44 Ace Kembali
45
Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46
Ch46 Terkejut
47
Ch47 Hati Yang Terdalam
48
Ch48 Menuju Arena
49
Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50
Ch50 7 Sekte Besar
51
Ch51 Fase Kedua
52
Ch52 Keributan Diatas Podium
53
Ch53 Pertarungan Memanas
54
Ch54 Adu Pemahaman
55
Ch55 Menuju 16 Besar
56
Ch56 16 Besar
57
Ch57 Keributan
58
Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59
Ch59 Pertarungan Sengit
60
Ch60 Semi Final
61
Ch61 Pedang Iblis
62
Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63
Ch63 Usai Pertandingan Final
64
Ch64 Berpisah Kembali
65
Ch65 Serangan di Benteng Utara
66
Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67
Ch67 Bala Bantuan Datang
68
Ch68 Memulai Pelatihan
69
Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70
Ch70 Era Kekacauan
71
Ch71 Eliza Lira
72
Ch72 Keributan
73
Ch73 Omong Kosong
74
Ch74 Tekad Lira
75
Ch75 Meninggalkan Kota
76
Ch76 Perkemahan Musuh
77
Ch77 Perkemahan Musuh 2
78
Ch78 Korban Kekacauan
79
Ch79 Padang Rumput Berbunga
80
Ch80 Salah Paham
81
Ch81 Sumpah
82
Ch82 Permintaan
83
Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84
Ch84 Pembantaian
85
Pengumuman penting..!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!