"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.
Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.
Sekian dan terima kasih."
-Snjy_3
-----
Setelah menangis sepanjang hari, Asta akhirnya tertidur pulas dalam keadaan masih memeluk Ace yang ikut tertidur dalam dekapannya. Dikala suasana hatinya masih sesak, Asta merasa sedikit lega karena masih ada Ace yang menemaninya.
Helio Utake menggelengkan kepala perlahan sambil memindahkan Asta ke tempat tidurnya.
Keesokan harinya, Asta terbangun dengan perasaan perut yang kosong dan meronta-ronta kelaparan. Helio sudah ada di sana dan menyiapkan sarapan untuknya.
"Bagaimana tidurmu?" tanya Helio, yang kemudian Asta menjawab, "Sangat buruk." Jawabnya sambil mengelus-elus bulu-bulu halus Ace.
Setelah makan, Helio mengajak Asta keluar rumah untuk membicarakan segala hal yang berhubungan dengan kultivasi. Asta berusaha menyerap semua penjelasan. Ia sangat menyesali keputusannya yang sempat menolak berkultivasi.
Karena awalnya, Asta pikir berkultivasi hanya membuang-buang waktunya dalam menikmati masa-masa bermainnya. Namun, ternyata berkultivasi sangat penting untuk melindungi diri sendiri ataupun orang yang disayangi.
"Semua yang perlu kau ketahui telah Paman jelaskan. Sekarang, mari kita periksa Esensi Roh milikmu terlebih dahulu," ujar Helio sambil menyodorkan batu roh kepada Asta.
Asta merasakan sensasi dingin dan terbakar saat menyentuhnya. Tangannya serasa dipaksa menggenggam batu tersebut dengan kuat. Akan tetapi, bukannya takut Asta justru merasa nyaman dengan sensasi tersebut. Helaan nafas berikutnya, batu roh tersebut tiba-tiba bergetar dan memunculkan api hitam kecil di dalamnya.
---
Esensi Roh seperti sumber daya alami yang ada di dalam diri setiap individu, seperti air dalam mata air yang mengalir dari dalam bumi. Tingkatan kultivasi, dalam hal ini, mirip dengan mencapai lapisan-lapisan kedalaman dalam mata air tersebut. Semakin dalam kita menggali, semakin murni dan kuat air yang kita temui. Sama halnya, semakin tinggi tingkat kultivasi seseorang, semakin dalam pemahaman mereka terhadap Esensi Roh, dan semakin kuat keterampilan serta kekuatan mereka.
Kultivator yang fokus pada meningkatkan pemahaman mereka terhadap Esensi Roh dikenal dengan sebutan, Master Roh.
Esensi Roh dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Esensi Roh Manusia:
Esensi Roh Manusia merupakan jenis Esensi Roh yang paling sulit untuk dilatih pada tahap awal, dan semakin tinggi tingkat kultivasi, semakin sulit untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi.
2) Esensi Roh Langit:
Esensi Roh Langit merupakan jenis Esensi Roh yang relatif mudah untuk dilatih pada tahap awal, tetapi semakin tinggi tingkat kultivasi, semakin sulit untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi.
3) Esensi Roh Dewa:
Esensi Roh Dewa merupakan jenis Esensi Roh yang sangat fleksibel. Individu yang terlahir dengan Esensi Roh Dewa cenderung memiliki bakat dalam kultivasi. Esensi Roh Dewa tidak terlalu sulit atau terlalu mudah untuk dilatih, sehingga mencapai tingkatan keseimbangan yang tepat.
---
Helio tercengang melihat hasilnya, Esensi Roh Asta ternyata merupakan jenis Esensi Roh Dewa. "Selanjutnya, kita akan belajar metode pernapasan sederhana untuk mengumpulkan Sumber Surgawi," ujar Helio.
"Fokus pikiran dan ketenangan jiwa adalah dasar untuk dapat menyerap Sumber Surgawi yang tersebar di sekitar dan mengalirkannya ke dalam tulang, otot, dan darah." Tambah Helio.
Asta tertawa kecil sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal, menyadari bahwa ia sama sekali tidak memahami penjelasannya.
Helio Utake tersenyum, "Coba saja terlebih dahulu," kata Helio.
Asta segera mencoba mengikuti instruksinya. Asta memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya kembali. Asta merasa kebingungan tentang cara yang ia lakukan. Maka, Asta hanya membayangkan sensasi udara yang memasuki hidungnya saat ia bernafas.
Helio tersenyum lembut, "Bukan begitu caranya. Kalau seperti itu, kau hanya menutup mata dan bernafas seperti biasa namanya," katanya sambil sedikit tertawa.
Asta membuka matanya sambil tersenyum canggung, "Aku benar-benar kesulitan untuk memahami maksud dari penjelasan Paman. Apa itu fokus pikiran dan ketenangan jiwa? Bisakah Paman menjelaskannya lebih detail...?" Tanya Asta sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
"Daripada itu, bisakah Paman mengajariku cara mengenali tingkatan raga tubuh kita sendiri...? Aku lebih tertarik untuk meningkatkan raga tubuhku lebih dulu," tambahnya bertanya.
Mendengar pertanyaan itu, Helio Utake justru tersenyum dan menjawab. "Sangat mudah dan gampang. Alirkan sumber surgawi ke seluruh bagian tubuh, tulang, otot, darah, hingga ke organ dalam tubuh. Sebagai perantara, sumber surgawi akan mengirimkan hasil pengidentifikasian ke dalam sel otakmu dan kau akan langsung mengetahui itu secara sadar," jelasnya sambil tertawa kecil.
Asta mengernyitkan dahi dan memasang wajah masam. Sehingga, Asta harus memahami tekhnik pernafasan ini.
"Bagaimana kalau, kita melanjutkan latihannya di rumahku? Kau bisa berbagi pengetahuan dengan Kenshin juga," ajaknya sembari bangkit dari duduknya. Helio khawatir Asta kehilangan minatnya tersebut.
Asta terdiam sejenak memikirkan sesuatu, "Paman, nampaknya aku harus meminta maaf untuk ini," ucapnya sambil menatapnya. Helio Utake terkejut mendengarnya.
"Ahh! Maksudku bukan seperti yang Paman pikirkan. Lihat postur tubuhku? Ibu memintaku agar rajin berolahraga agar tidak tertinggal lebih jauh lagi dari yang lain. Aku yang paing tahu sejauh apa aku tertinggal dibandingkan Kenshin ataupun temanku yang lain." Tambah Asta mencoba menjelaskan bahwa ia tak kehilangan minatnya untuk berkultivasi.
Helio akhirnya bernafas lega sambil mengusap dada. Dia pikir, Asta kehilangan minatnya hanya karena alasan sulit memahami tekhnik pernafasan ini.
"Nampaknya, Paman salah paham," ucapnya sambil tertawa kecil.
"Kapanpun kau siap, Paman akan menunggumu," tambahnya sambil berjalan pergi. Asta tersenyum menganggukan kepalanya.
"Jaga dirimu baik-baik. Kalau kau membutuhkan bantuan sesuatu, datanglah ke rumah Paman dan minta itu pada Kenshin," ucapnya lagi sambil melambaikan tangan.
Matahari tinggi di langi, saatnya untuk makan siang. Asta bersiap-siap memanggang sisa daging rusa yang tersimpan di dalam mesin pendingin.
Sambil menunggu daging matang, pikiran Asta melayang ke berbagai arah memikirkan banyak hal.
"Aku lupa menanyakan itu sebelumnya. Paman Helio hanya memberitahu mengenai cara mengenali tingkatan raga tubuh, tapi bagaimana cara meningkatkannya?" Gumam Asta.
"Itu perkara mudah! Buat dirimu merasakan sensasi rasa sakit diluar batas dalam jangka waktu tertentu," terdengar suara seseorang berbicara yang entah darimana asalnya.
Asta yakin bahwa selain dia dan Ace, tidak ada orang lain di rumahnya. Sangat tidak mungkin bahwa Ace yang berbicara, dia adalah seekor serigala.
Asta mengangkat kepalanya melihat ke sekeling ruangannya. Saat ia berbalik ke arah belakang, Asta sangat terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya.
"Kaaauu...?! Bagaimana kau bisa ada di sini?!" Teriak Asta penuh tanya dan kebingungan.
---
Sosok dihadapanku ini, tak lain adalah pria berambut panjang berwarna putih, memiliki wajah tampan, dan memakai jubah bangsawan serba putih. Sebagai tambahan, ia juga tembus pandang. Ialah calon Guruku, Flares.
Aku bertemu dengannya pertama kali, setelah berburu dengan Ace beberapa hari yang lalu. Awalnya, aku menyangka bahwa kejadian itu adalah mimpi.
---
Asta mengusap matanya dengan cepat, berharap bahwa itu hanya ilusi, tetapi sayangnya sosok pria berambut panjang ini tidak menghilang. Di sisi lain, Ace terdiam, memperhatikannya dengan cemas. Matanya melotot tajam memandanginya.
"Tidak! Seharusnya ini ilusi! Kau hanyalah roh yang aku temui di alam mimpi, tidak di dunia nyata...!!" Asta terus mengusap matanya. Jantungnya berdebar kencang ketakutan.
Dengan wajah kesal, Flares memukul kepala Asta lumayan keras. "Ilusi kepalamu! Aku nyata! NYATA..!!" teriaknya, menekankan kata di akhir ucapannya.
"Aduhh..!!" pekik Asta sambil menyentuh kepalanya yang habis dipukul.
"Namaku Flares. Mulai sekarang, aku Gurumu. Aku tidak menerima penolakan. Sama sekali tidak!" ujar Flares, sambil menggelengkan kepalanya.
Ace melompat ke atas meja agar Flares dapat melihatnya. "Bukankah ini agak berlebihan?" Ucapnya sambil berdiri dengan dua kaki. Asta terkejut mendengarnya tiba-tiba berbicara dan berdiri dengan dua kaki. Kebingungan tentang apa yang terjadi menyertai batinnya.
"Muncul secara tiba-tiba, lalu memaksa seorang bocah menjadi muridmu? Memangnya siapa kau ini?!" Tanya Ace sambil mengeluarkan aura kebiru-biruan yang memancar mengelilingi tubuhnya.
Pelepasan aura tersebut membuat Asta terdorong ke belakang. Asta sekarang mengerti jika Ace sebenarnya bukan serigala biasa. Ada sesuatu yang istimewa dibalik semua ini.
Flares menahan tawa melihat apa yang Ace lakukan. "Kau benar-benar ingin melawanku? Dengan ini saja?" Tantangnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Flares hanya menjentikkan jarinya sambil tertawa. Namun, satu jentikan jarinya cukup menciptakan hembusan angin yang sangat kuat hingga menghempaskan aura yang Ace lepaskan.
"Whusshh...!!"
Ace terdiam tanpa kata. Ekspresi dan sorot matanya menandakan keterkejutan dihatinya.
"Sebenarnya, apa alasan dibalik semua ini? Aku tak pernah berpikir sosok arogan sepertimu akan tunduk pada seseorang," ujar Flares sambil memukul kepala Ace sama seperti ketika memukul Asta.
"Ingat apa yang ku katakan? Aku tak menerima sebuah penolakan. Jadi, mari kita makan sesuatu sebelum mulai berlatih," tambahnya mencoba meredam suasana canggung tersebut. Flares memperlihatkan senyum tulus di wajahnya.
Setelah makan siang bersama, mereka bertiga pergi ke hutan untuk berlatih. Sesampainya di tempat dimana yang sudah Asta tentukan, mereka pun berhenti.
Suasana hutan terasa menenangkan. Bunyi gemericik air terjun terdengar menyejukkan. Apalagi hembusan angin sepoi-sepoi yang semakin menambah ketentraman tersebut.
"Guru, apa hanya kita berdua yang dapat melihatmu?" Ucap Asta mengungkapkan rasa penasarannya. Karena di perjalanan menuju kemari, mana mungkin warga di desa tak bertanya sedikit pun tentang Flares yang ada disampingnya. Maka satu-satunya kemungkinan, tidak ada seorang pun yang melihatnya.
Flares mengangguk pelan. "Gurumu ini hanyalah gumpalan roh. Butuh energi lebih banyak untuk melakukannya agar orang lain menyadari kehadiran Guru," jelasnya.
"Daripada memikirkan itu, lebih baik kau mulai bersiap. Asalkan kau tahu, tak ada hal mudah untuk menjadi seseorang yang hebat," tambahnya mengalihkan pembicaraan.
Flares mengeluarkan sebuah kertas dari cincin yang dia kalungkan di leher Asta. Asta mengerutkan keningnya saat menyadari ada kalung yang melingkar di lehernya. Karena selama ini, dia tak pernah mengenakan kalung apapun.
Flares memberikan kertas tersebut padanya agar Asta segera membacanya. Rupanya, kertas tersebut berisi rangkaian latihan yang telah Flares siapkan untuk Asta dimulai hari ini.
"Guru, aku rasa latihan-latihan ini tidak manusiawi. Apa kita bisa merubahnya?" Ucap Asta mencoba bernegosiasi dengan Gurunya. Karena rangkaian latihan tersebut sangat tidak manusiawi pikirnya.
"Tentu saja tidak!" jawab Flares singkat. Di sisi lain, Ace yang ikut membacanya hanya tertawa.
Sebelum mulai menjalankan latihan pertama, Flares menjelaskan lebih lanjut mengenai tingkatkan dari raga tubuh.
---
Raga Tubuh merupakan struktur pembentuk tubuh yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Darah, Tulang, dan Otot. Tingkat dan kekuatan Raga Tubuh dibagi menjadi 10 tingkatan.
Ada dua metode untuk meningkatkan Raga Tubuh. Yaitu metode umum dan memanfaatkan tanaman obat atau mengonsumsi pil obat.
Metode umum adalah melakukan penempaan secara manual, membersihkan darah, menguatkan tulang dan memperbaiki struktur otot. Sedangkan metode pemanfaatan obat atau pil, hanya perlu menyerap khasiatnya agar tingkatan Raga Tubuh meningkat sendirinya.
---
Latihan yang panjang dan intens ini dimulai. Rangkaian latihan itu termasuk berlari naik-turun gunung dengan beban yang semakin berat, berdiri di bawah air terjun sambil mengangkat beban, serta latihan-latihan berat lainnya yang tampak tidak manusiawi.
Sering kali, Asta setengah mati menyelesaikan semua rangkaian latihan tersebut. Namun, karena tekadnya untuk menjadi kuat sangat besar membuatnya dapat bertahan selama ini.
Tiga bulan sudah terlewati semenjak Asta memulai latihannya. Dibawah arahan Flares, Asta mengalami peningkatan yang signifikan pada postur tubuhnya. Semua itu bisa dilihat dari badannya yang kekar dan bertambah tinggi. Tak hanya itu, berkat arahan Flares akhirnya Asta dapat menguasai metode pernafasan sederhana penyerapan sumber surgawi.
Melihat Asta yang masih tidur nyenyak, Flares membawakan seember air dan menyiramkan air ke arahnya.
"Waktunya bangun anak muda!" Teriaknya penuh semangat.
"Byurr...!!!"
"Ahhhhhhh...!!! Guru, kau berlebihan!!" Teriak Asta sambil bangkit dari tempat tidurnya yang basah. Ace hanya tertawa melihat mereka berdua.
Setelah berganti pakaian dan membersihkan diri, mereka bertiga pergi menuju ke kediaman Helio Utake. Setibanya di sana, terlihat seorang anak laki-laki seumuran Asta tengah duduk di teras rumah yang cukup besar dan megah.
---
Dia merupakan Kenshin Utake, putra satu-satunya Helio Utake. Kenshin memiliki sorot mata yang tajam persis dengan ayahnya. Ia memiliki rambut pendek berwarna biru gelap. Kenshin memiliki warna kulit putih pucat.
Sebagai seorang anak yang berlatih lebih dulu dariku, Kenshin memiliki postur tubuh yang tinggi tegap dan kekar di usianya yang sekarang.
Kenshin memiliki sifat pemberani dan tak kenal takut. Dia memiliki jiwa seorang pemimpin dan juga berambisi untuk menjadi yang terkuat.
---
Kenshin lalu berdiri untuk menyambut kedatangan Asta di rumahnya. Kenshin tampak tersenyum kecil melihat peningkatan yang terjadi pada tubuh Asta.
"Peningkatan yang mengagumkan. Tapi, kau masih jauh jika ingin melampauiku," ucap Kenshin sambil tertawa kecil menyombongkan diri.
Asta menyipitkan matanya menatap tajam ke arah Kenshin, "Lihat saja! Aku pasti akan menyusulmu nanti!" Ucapnya tak mau kalah. Kenshin hanya semakin tertawa mendengarnya.
"Aku tahu, kau pasti kesini untuk menemui Ayahku, kan? Kalau begitu, tunggu sebentar," ucapnya masih dalam keadaan tertawa. Kenshin pergi meninggalkannya ke dalam rumah untuk memanggilkan ayahnya.
Beberapa menit kemudian, Kenshin kembali dengan tawanya yang masih belum berhenti. "Jika kau sangat ingin melampauiku, maka berusahalah lebih kuat. Asal kau tahu, tingkatanku sekarang adalah Ranah Pemula Puncak!" Ujarnya masih menyombongkan diri.
Asta tertawa mendengar ucapannya lalu berkata, "Dua tahun kau berlatih hanya untuk mencapai Ranah Pemula Puncak? Nampaknya kau malas berlatih, Kenshin," balas Asta meledeknya.
"Pemalas tetaplah pemalas dan perlu diberi hukuman. Ace, bantu aku dan Paman Helio untuk mendisiplinkan anak nakal ini," tambah Asta sambil menunjuk ke arah Kenshin. Ace kemudian menganggukan kepalanya ringan dan berjalan mendekati Kenshin.
Kenshin mundur beberapa langkah ke belakang, "Asta! Dasar kau sialan!" Teriak Kenshin. Bulu kuduknya bergidik ngeri saat melihat Ace menatapnya tajam. Kenshin buru-buru berlari meningkatkan mereka berdua.
Asta tertawa terbahak-bahak melihat temannya berlari ketakutan menghindari Ace. Namun, pada akhirnya Ace tetap berhasil menangkapnya. Kenshin meronta-ronta berusaha melepaskan diri, sambil melindungi kepalanya. Ace hanya memukul-mukul ringan kepala Kenshin dengan kaki berbulunya.
Beberapa saat kemudian, Helio datang dengan nampan penuh makanan dan minuman. Asta meminta Ace melepaskan yang sudah tampak frustasi.
"Sialan kau!" Ucap Kenshin memaki. Asta tidak peduli dan lebih memilih menikmati makanan yang dibawakan Helio Utake.
Selesai menikmati makanan tersebut bersama, Helio kemudian bertanya, "Jadi, apa kau sudah memahami tentang konsep kerja dasar tekhnik pernafasan sederhana itu?" Tanya Helio Utake tanpa basa-basi.
Asta mengangguk cepat, "Aku sudah memahaminya dan bahkan sudah bisa melakukannya sekarang," jawab Asta tersenyum bangga.
"Baiklah. Sekarang, ikut Paman. Ada sesuatu yang akan Paman tunjukkan padamu," ajak Helio. Mereka bertiga kemudian berjalan dibelakangnya.
Helio membawa Asta ke ruangan pribadi miliknya. Ruangan tersebut dilengkapi dengan rak buku dan rak pajangan yang berisi peralatan tempur yang dibutuhkan oleh kultivator. Semacam pedang, tombak, armor dan lain sebagainya.
Sesampainya di situ, Helio pun bertanya, "Apa kau memiliki minat tertentu dalam tekhnik bertarung tertentu? Kalau ada, tolong katakan secara spesifik. Paman harus mengetahui hal itu agar bisa memberimu Seni Surgawi tekhnik bertarung yang pas untuk kau latih," ucapnya.
---
Seni Surgawi adalah catatan yang ditulis oleh para pendahulu untuk generasi berikutnya. Seni Surgawi mencakup Teknik Bertarung, Susunan Roh, Resep Pil, Cetak Biru Artefak, Teknik Roh, Domain, dan Teknik Kultivasi.
Seni Surgawi terdiri dari 7 jenis, yang diurutkan dari yang terendah hingga tertinggi:
1. Rendah
2. Menengah
3. Tinggi
4. Bumi
5. Langit
6. Legenda
7. Dewa
Setiap jenis Seni Surgawi dibagi lagi ke dalam 3 kelas, yaitu:
1. Putih
2. Emas
3. Hitam
---
Sebelumnya, Asta belum pernah mempelajari tekhnik bertarung apapun selain tekhnik berburu. Asta menoleh ke arah Kenshin, dia penasaran akan tekhnik bertarung seperti apa yang Kenshin pelajari.
"Bagaimana denganmu...?" Tanya Asta.
"Aku tertarik pada seni berpedang. Meski begitu, aku tidak benar-benar fokus untuk menjadi Master Pedang. Aku juga menekuni jalan sebagai Master Roh. Apa kau tertarik untuk mengikutiku...?" ujar Kenshin sambil mengangkat kedua alisnya.
Asta membuka matanya lebar, "Kalau begitu, bisa kau tunjukkan padaku sejauh mana kemampuanmu? Aku sangat ingin melihat hasil dari latihanmu selama ini," tantang Asta untuk mencoba pemahaman Kenshin terhadap seni berpedang.
Kenshin tersenyum kaget mendengar tantangannya sambil berkata, "Mana mungkin aku menolak tantangan ini," ucapnya.
Helio sangat senang melihat semangat dan antusias di mata mereka berdua. Dia pun membawa mereka ke lapangan di halaman belakang untuk melakukan latih tanding.
"Aku rasa sangat berlebihan jika menggunakan pedang asli. Bagaimana dengan pedang kayu...?" Ucap Kenshin sambil tersenyum meremehkan Asta. Tangannya menunjuk ke arah pedang kayu yang tersandar rapi di tembok.
"Haaa...?!! Kayu...?! Jika mengangkat sebilah pedang asli saja tak mampu, lantas untuk apa kau melatih tekhnik berpedang?" Ucap Asta balas meremehkan sambil tertawa.
Kenshin merapatkan giginya kesal lalu berkata, "Baiklah! Kalau begitu, jangan menyalahkanku jika nantinya kau terluka!" Ucapnya kesal.
Kenshin pergi sejenak untuk mengambil pedang asli, sementara Asta melakukan pemanasan sebelum bertanding.
Tak lama kemudian, Kenshin kembali dengan dua pedang di tangan kanan dan kirinya. Kenshin menawarkan salah satu pedang kepada Asta, namun Asta menolaknya mentah-mentah dengan tegas.
"Tujuanku menantangmu bukan untuk beradu pemahaman dalam ilmu pedang. Aku hanya ingin tahu hasil latihanmu selama ini. Kalau dalam pemahaman, jelas ku akui aku yang kalah. Aku belum pernah sekalipun mengayunkan sebilah pedang sebelumnya," jelas Asta sambil mengangkat tangannya menolak.
"Nampaknya kau benar-benar meremehkanku. Jika begitu, tunjukkan semua kemampuanmu padaku. Aku tidak akan menahan diri darimu," ucap Kenshin dengan tegas. Kenshin memasang ekspresi serius di wajahnya.
Helio memerintahkan keduanya agar bersiap untuk memulai pertarungan.
Kenshin memantapkan pijakannya. Tangannya menggenggam erat gagang pedang sambil berkata, "Jangan kecewakan aku, Asta...!!" Dalam raut wajah seriusnya.
Asta memasang kuda-kuda siap bertahan dan menjawab, "Seharusnya itu kata-kataku!" Sambil tersenyum meremehkan penuh percaya diri.
Kenshin melangkahkan kakinya melesat maju ke depan. Tangannya bergerak dengan cepat menarik gagang pedang dari sarungnya.
Asta sangat terkejut melihat kecepatan gerak Kenshin yang tak bisa diikuti oleh gerakan matanya. Dalam sekian detik itu, Kenshin melakukan tebasan bulan tepat di hadapan Asta.
"Seni Surgawi Rendah Emas! Tebasan Jiwa!" Ucap Kenshin pelan namun terdengar sangat jelas di telinga Asta. Tekhnik ini bekerja dengan memberikan dorongan pada kaki untuk menerobos maju dengan cepat dan melakukan serangan tebasan kejutan. Meskipun tekhnik ini hanyalah tekhnik bertarung tingkat rendah, namun cukup berguna dan berbahaya bagi kultivator pemula.
Asta menundukkan kepalanya dengan cepat menghindari sebilah pedang yang lewat di atas kepalanya. Meski hanya sesaat, Asta menyadari bahwa Kenshin tengah tersenyum tipis melihat kepanikan diwajahnya.
Asta mendorong kakinya ke belakang untuk memberikan jarak dari jangkauan serang Kenshin. Hanya saja, Kenshin tak berhenti dengan serangan itu. Kenshin mengulangi serangannya berkali-kali hingga membuat Asta kewalahan menghindarinya.
Otot dan saraf Asta berkedut kencang tak karuan. Asta bisa merasakan sensasi darahnya yang bergejolak setiap kali menggerakkan tubuhnya.
-
"Aku terlalu meremehkannya. Tak ku sangka Kenshin ternyata sekuat ini!" Batin Asta menjerit di dalam hati.
---
Asta sampai melompat, menunduk, menyamping hingga berguling setiap kali pedang Kenshin berada di hadapannya. Nafas Asta mulai memburu, tak mampu mengikuti serangan Kenshin yang bertubi-tubi. Sementara Kenshin, dia tampak menikmati raut panik wajah Asta saat menghindari tebasan pedangnya.
Di samping mereka berdua, Helio Utake terus memperhatikan dan mengevaluasi dengan seksama.
"Kenshin tak benar-benar serius untuk mengakhiri ini secepat mungkin. Aku yakin dia pasti sedang mencoba untuk mempermalukannya," gumam Helio Utake mengevaluasi aksi dan perbuatan yang Kenshin lakukan.
Untuk seukuran anak lelaki, gerakan tangan dan kaki Kenshin cukup rapih dalam memainkan tekhniknya. Dia begitu mahir menggunakan pedangnya.
"Bukankah sudah kukatakan?! Kerahkan semua kemampuanmu, Asta!" Tantang Kenshin.
Hanya mengandalkan penglihatan, Asta tak yakin bisa mampu melihat kemana Kenshin bergerak melakukan serangan. Mengandalkan insting berburunya, Asta menunduk menghindari serangan dari belakang. Dengan penuh keyakinan, Asta melancarkan serangan balasan ke arah belakangnya.
"Refleks dan instingmu sebagai seorang pemburu sangat tajam. Tapi sayang, kemampuanmu masih jauh dari kata cukup untuk bisa menandingiku," ucap Kenshin dengan senyuman kemenangannya.
Perkiraan Asta tentang Kenshin yang menyerang dari belakang memang tepat. Hanya saja, Kenshin memiliki kemampuan untuk bermanuver dengan cepat dan kembali berada di posisi membelakanginya.
Kenshin menyentuh punggung Asta dengan ujung jarinya. Kenshin terlihat tak memegang pedangnya. Pedang itu tergeletak di samping pedang yang satunya.
Asta merapatkan giginya geram lalu berkata, "Sial! Aku menyerah!" Sambil mengangkat kedua tangannya sebagai tanda mengakui kekalahan.
Helio Utake tertawa kecil melihat betapa kesalnya Asta dipermainkan Kenshin. Dia kemudian menyuruh mereka berdua istirahat sejenak sementara dia pergi mengambil air minum.
---
"Aku ingin mencintaimu, tapi aku lapar. Aku terpaksa harus makan dulu.."
-snjy_3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
ovi
lnjut kk
2023-07-18
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
mampir thor
2023-05-26
0
jeck
semoga tidak putus ditengah
2022-12-14
2