Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)

"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.

Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.

Sekian dan terima kasih."

-snjy_3

---

Di sisi lain, Joashua terlihat memegangi wajahnya yang memar, setelah Rasya memukulinya. Hal itu disebabkan kesalahannya sendiri yang mempermainkannya. Hingga membuat Rasya pun marah padanya.

Joashua membaringkan tubuhnya di padang rumput tersebut. Merasakan angin segar yang berhembus kencang melewatinya. Sebelum kemudian, ada pesan telepati yang merasuki pikirannya.

Joashua mendengus kesal lalu berkata, "Baru saja aku ingin menikmati saat-saat tenang ini. Kau malah datang mengganggu," gerutunya, setelah mendapati pesan ada seseorang yang menunggunya di perbatasan.

Joashua lalu bangkit dan berjalan menuju ke arah perbatasan. Dengan wajah memar dan ekspresi wajahnya yang tampak jengkel.

"Kalau saja aku tak mengenalnya, akan aku pukul pantatnya," ucapnya kesal.

Dari kejauhan, terlihat seorang lelaki tengah duduk menunggu. Dia memainkan batu merah di tangannya sembari menunggunya datang. Dia adalah Taki Garaki.

Ekspresi Joashua langsung berubah ceria, dia berkata, "Sebuah kehormatan bisa menyambut Kaisar Kecil. Jadi, ada gerangan apa, sampai-sampai membuat Kaisar Kecil datang kemari?" Sapa Joashua dengan senyum ramah.

Taki Garaki menoleh ke belakang sambil berkata, "Berhenti memanggilku dengan sebutan... Pfftt! Apa yang terjadi dengan wajahmu?" Ucapnya sambil menutup mulutnya menahan tawa. Hanya saja, pada akhirnya dia tetap tertawa lepas.

Raut wajahnya langsung berubah sebal. Joashua menoleh ke samping sambil berkata, "Lupakan soal wajahku. Kembali ke topik utama, apa yang membuat Kaisar Kecil ini sampai meluangkan waktunya untuk kemari? Jangan bilang, Kaisar Kecil kebosanan sehingga mencari teman untuk mengobrol?" Ucapnya bertanya.

Taki Garaki berhenti tertawa setelah dia puas menertawakannya. Dia bertanya, "Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, Joashua. Saat ini aku tak mempunyai waktu luang untuk bersantai dan merasa bosan. Aku mencari seorang bocah berusia 10 tahun. Ku dengar dari juniorku, dia berlari kemari melewati perbatasan. Apa kau melihatnya?" Tanya Taki Garaki langsung menjelaskan.

Joashua menyentuh dagunya sambil berpikir. Dia sedikit ragu untuk berbicara, sebelumnya memang ada bocah yang melewati perbatasan. Namun, sosok yang dia temui itu memiliki fisik yang lebih besar, daripada bocah 10 tahun. Melihat keseriusan dalam tatapan matanya, Joashua pun mengatakannya.

"Sebelumnya ada seorang bocah, yang melanggar hukum perbatasan wilayah. Dia memiliki perawakan yang lebih besar daripada seorang bocah 10 tahun. Aku tak yakin, apakah dia atau bukan yang kau cari," jelas Joashua.

"Tapi, hukum tetaplah hukum. Aku menghajarnya lalu menyembuhkannya lagi, setelah itu aku membuangnya ke sungai. Dia mempunyai rambut berwarna putih dan pupil mata hitam. Memangnya siapa bocah itu?" Tanya Joashua penasaran.

Kedua mata Taki Garaki melebar terkejut. Dia langsung bangkit dan berkata, "Apa kau bilang?! Kau menghajarnya? Akhh! Sial! Bocah itu sangat penting di sekte-ku," ucapnya frustasi sambil meremas kepalanya.

Kedua bola mata Joashua ikut melebar mendengarnya. Dia pun menjawab, "Hei! Apa kau tak mendengar ku berbicara? Ku bilang aku juga menyembuhkannya. Lagipula mana aku tahu kalau bocah itu sangat penting bagimu. Dia sendiri melewati perbatasan wilayah tanpa menunjukkan Giok Penanda Identitas miliknya. Bagaimana mungkin aku tak curiga?" Ucapnya dengan wajah ikut panik.

"Kau seharusnya menangkapnya. Itu lebih baik ketimbang menghanyutkannya di sungai. Bagaimana kalau seandainya Hewan Ghaib menemukannya?" Ucap Taki Garaki lalu menghembuskan nafas gusar.

Mereka berdua menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Seperti yang sudah ku katakan. Sebelum aku melemparkannya ke sungai, Rasya telah menyembuhkan semua lukanya. Aku yakin, saat ini dia pasti sudah sadar di suatu tempat," jelas Joashua.

Taki Garaki mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berkata, "Apa kau yakin melihatnya dengan benar? Bocah itu memiliki rambut putih dengan pupil mata berwarna hitam," tanya Taki Garaki memastikan.

Joashua mengangguk dan menjawab, "Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Mana mungkin aku salah melihat? Lagipula, dia satu-satunya yang menerobos perbatasan tanpa izin, setelah sekian lama," jawabnya.

"Memangnya, apa yang membuatnya sampai lari ketakutan hinga menerobos perbatasan?" Tanya Joashua.

"Juniorku melihatnya sedang berlatih, namun kemudian dia justru meledakkan hutan. Membuat sepetak hutan hangus terbakar oleh kemampuannya. Alasan mengapa dia pergi kemari, aku belum tahu," jelas Taki Garaki sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.

"Mungkin dia takut jika kalian memergokinya membakar hutan. Makanya dia melarikan diri sampai sejauh ini," ucap Joashua menyimpulkan sambil menyentuh dagunya.

"Selain itu, apa yang kalian ajarkan kepadanya? Anak itu bahkan tak mengetahui persoalan hukum perbatasan," tanya Joashua dengan mata menyipit.

Taki Garaki tertawa kecil lalu menjawab, "Bukan kami tak mengajarinya. Dia sendiri awalnya menolak berkultivasi. Namun 3 tahun yang lalu, dia akhirnya memutuskan untuk mulai berkultivasi, dengan alasan ingin menjadi lebih kuat. Itulah mengapa masih ada banyak hal yang belum dia ketahui," jelas Taki Garaki.

Joashua menghela nafas panjang sambil menggaruk rambutnya. Pikirnya, Asta itu tadinya berbohong mengenai ketidaktahuannya. Tapi setelah Taki Garaki menjelaskan, Joashua sedikit menyesal telah menghajarnya dan membuangnya ke sungai.

"Kalau aku tahu dia orangmu, aku pasti hanya akan menangkapnya. Tapi apa boleh buat, bukannya memperkenalkan diri, dia malah mengancam ingin membakar hutan ini. Daripada itu, lebih baik kau pergi sekarang untuk mencarinya," ucap Joashua padanya.

"Aku memang berpikir begitu. Kalau begitu, aku pergi dulu. Terima kasih atas informasinya," ucapnya sambil tersenyum. Taki Garaki langsung pergi menyusuri sungai tanpa banyak kata.

"Aku akan memberimu izin hingga esok pagi. Pergi dan temukan dia, Kaisar Kecil!" Teriak Joashua padanya.

Setelah Taki Garaki tak terlihat, Joashua pun duduk di akar pohon. Tangannya menyilang di atas kepalanya. Dia bergumam pelan, "Kuharap bocah itu baik-baik saja saat ini," gumamnya.

"Kau seharusnya memang tak melakukannya seperti itu. Sekarang, kau lihat apa yang terjadi?" Ucap seorang lelaki dari belakang, dia adalah Voiaxy.

"Dasar ceroboh," ucap seorang perempuan, Yeleina.

Di hadapan kedua rekannya, Joashua hanya bisa tersenyum canggung. Pikirnya, semua hal sudah terjadi.

---

Demi menghindari hal buruk terjadi, Taki Garaki bergegas menyusuri sungai untuk mencari Asta. Hal buruk bisa terjadi kapan saja, terlebih Asta dalam keadaan tak sadarkan diri.

Taki Garaki berlari ke hilir sungai, matanya melihat kesana-kemari. Arus sungai yang nampak deras, semakin menambah kesulitan dalam melakukan pencarian. Belum lagi masalah Hewan Ghaib, yang entah mengapa kini tiba-tiba berdatangan menghadangnya.

Dahinya berkerut heran. Bagaimana bisa, belasan Hewan Ghaib peringkat 4 berkumpul dalam satu lokasi? Apalagi, mereka 4 jenis yang berbeda. Mereka adalah Serigala Merah, Banteng Bertanduk Api, Rubah Berekor Panjang, dan Burung Jengger Api.

Taki Garaki merasa ada yang aneh. Sebelumnya, dia sudah menghadapi jenis Hewan Ghaib yang serupa sebanyak dua kali. Lalu sekarang, jenis yang sama kembali muncul dihadapannya. Seperti ada yang sengaja mengarahkan Hewan Ghaib tersebut untuk mencegatnya.

Sebagai Kultivator Senior, memang bukan hal sulit baginya menghabisi mereka. Yang hanya peringkat 4, satu tingkat dibawahnya. Taki Garaki menarik pedangnya, bersedia dengan kuda-kuda siap bertarung.

"Waktuku tak banyak. Tapi aku akan tetap menghadapi kalian semua," ucap Taki Garaki sambil tersenyum tipis. Debaran jantungnya terasa antusias, dengan pertarungan yang akan terjadi diantaranya.

Taki Garaki maju dengan pedangnya. Fokusnya tertuju pada Serigala Merah terlebih dulu. Karena selain gesit, cakarannya yang menyimpan racun api juga sangat berbahaya.

Taki Garaki melakukan tebasan memutar. Dua dari empat Serigala Merah terluka parah oleh tebasannya. Dari sisi sebelah kiri, Rubah Berekor Panjang hendak mengibaskan ekornya. Lalu dari sisi kanan, Burung Jengger Api bersiap menghembuskan nafas api ke arahnya.

"Rupanya, kalian lebih cerdik daripada yang kupikirkan," ucapnya memuji kerjasama para Hewan Ghaib tersebut.

Di tengah situasi berbahaya itu, Taki Garaki masih sempat untuk tersenyum tipis. Tak ada raut wajah keraguan sedikitpun yang diperlihatkan.

Taki Garaki memejamkan matanya, sedangkan tangannya menggenggam erat gagang pedang. Hawa panas berhembus dari hidungnya, menciptakan fenomena waktu yang melambat selama beberapa saat.

Taki Garaki melepaskan empat tebasan beruntun, ke samping kanan dan kirinya. Rubah Berekor Panjang dan Burung Jengger Api tersebut, keduanya ikut terluka parah. Sesaat Taki Garaki membuka matanya kembali, waktu pun kembali normal.

Taki Garaki merapatkan giginya lalu berkata, "Hari ini aku belum berlatih. Maka dari itu, bagaimana jika kalian jadi teman latihanku untuk hari ini?" Ujarnya penuh semangat.

Para Hewan Ghaib itu tentu tak peduli dengan apa ya g diucapkannya. Sorot mata mereka tampak tajam dan penuh amarah.

Keempat Banteng Bertanduk Api membentuk formasi empat arah, dengan Taki Garaki sebagai pusat targetnya. Secara bersama-sama, mereka bergerak maju menyeruduknya. Menghadapi serangan itu, Taki Garaki masih bisa tenang. Justru, dia hanya tersenyum tipis sambil melompat ke atas udara.

Keempatnya saling bertabrakan satu sama lain. Mereka saling melenguh, dan berjalan mundur. Mencari-cari keberadaan Taki Garaki yang masih berada di atas udara.

Taki Garaki memusatkan energi panas pada pedangnya. Pedangnya mulai menyala membara kemerahan. Dalam satu tebasan energi pedang, keempatnya melenguh panjang kesakitan. Tebasan selanjutnya, langsung membunuh keempatnya sekaligus.

Taki Garaki mendarat di atas mayat Banteng Bertanduk Api. Dia tersenyum memandang belasan Hewan Ghaib yang tersisa di sekelilingnya. Setelahnya, pandangannya kembali tertuju pada empat Serigala Merah. Yang mana dua dari empatnya sudah terluka parah.

Taki Garaki bergerak lalu menghilang dalam sekejap mata. Dia muncul kembali diantara empat Serigala Merah yang meraung keras. Tebasan pedangnya, memutus suara suara mereka berempat. Lagi-lagi, Taki Garaki mengakhiri empat Hewan Ghaib sekaligus.

"Seharusnya kalian berdelapan bisa menghiburku sedikit. Karena kalian adalah yang paling gesit dan cepat diantara semuanya," ujar Taki Garaki, sambil menunjuk Rubah Berekor Panjang dan Burung Jengger Api dengan pedangnya.

Empat Rubah itu meraung keras, salah satu diantaranya sudah Taki Garaki lumpuhkan sebelumnya. Begitupun dengan Burung Jengger Api, salah satu dari mereka pun sudah terluka karena sebelumnya. Mereka mericau berisik sambil berputar-putar di atas.

Taki Garaki melepaskan hawa bertarungnya yang kuat, memberikan penekanan pada kedelapan Hewan Ghaib tersebut. Mereka tampak kesulitan bergerak, sehingga mudah baginya untuk melakukan serangan. Empat tebasan pedang, membunuh mereka semua.

Taki Garaki mengibaskan darah yang menempel pada pedangnya. Lalu berjalan mendekati bangkai Banteng Bertanduk Api, sembari menyarungkan kembali pedangnya.

Sebagai seorang jenius pada generasinya, Taki Garaki dapat melakukan hal yang sulit bagi sebagian orang lakukan. Salah satunya adalah mampu menghadapi belasan Hewan Ghaib sekaligus tanpa terluka sedikitpun. Sekalipun mereka hanya peringkat 4, yang mana satu ranah dibawahnya, namun mereka masih cukup berbahaya jika berjumlah belasan. Tapi baginya, mereka bagaikan boneka jerami, yang biasanya dijadikan samsak latihan.

"Entah aku harus bersyukur atau mengeluh atas semua ini. Mereka menghalangiku untuk mencari Asta, namun mereka ini menjadi ladang uang bagiku sekarang. Apalagi, kalian adalah Hewan Ghaib yang cukup sulit ditemukan," gumam Taki Garaki sambil menyentuh dagunya.

Taki Garaki mengumpulkan bangkai-bangkai tersebut lalu mengayunkan tangannya. Seketika mereka pun menghilang, masuk ke dalam cincin penyimpanan miliknya.

"Semoga dia baik-baik saja sekarang," gumam Taki Garaki mengkhawatirkan kondisi Asta saat ini.

Setelah membereskannya, dia pun mulai melanjutkan pencariannya menyusuri hilir sungai. Taki Garaki membuka matanya lebar-lebar, berharap dia menemukan Asta dengan segera. Namun, setelah beberapa saat kemudian dia masih belum menemukannya.

Batinnya semakin risau memikirkan keselamatannya. Taki Garaki masih penuh harap bahwa Asta baik-baik saja kali ini.

Dari arah depan hilir sungai, suara berisik langkah kaki mengganggu konsentrasinya. Taki Garaki menoleh ke arah sana untuk melihat ada apa sebenarnya.

Puluhan Hewan Ghaib, berjalan dengan tatapan penuh amarah ke arahnya. Mereka adalah jenis Hewan Ghaib serupa, dengan yang baru saja Taki Garaki hadapi.

Taki Garaki sedikit gentar dan menelan ludahnya sendiri. Melihat fenomena dihadapannya itu, kini membuatnya semakin yakin. Jikalau ada yang mengarahkan para Hewan Ghaib tersebut, agar menghalangi jalannya. Namun, dia masih tak tahu siapa orangnya?

Mereka berjumlah sekitar 24 Hewan Ghaib, dimana keempat diantaranya merupakan Hewan Ghaib peringkat 5. Mereka berempat tampak seperti pemimpin yang memberi komando kepada yang lain.

"Sekaligus empat Hewan Ghaib peringkat 5? Sepertinya sosok ini memandang tinggi kemampuanku, sampai-sampai dia mengirimkan mereka sekaligus. Akan sangat tidak mungkin, jika bukan karena ulah seseorang yang sengaja mengumpulkannya," gumam Taki Garaki. Dahinya sedikit berkerut, wajahnya tampak lebih serius dan berhati-hati.

Taki Garaki menarik keluar pedangnya dan berkata, "Kali ini, nampaknya aku harus benar-benar serius. Empat Hewan Ghaib peringkat 5, ini benar-benar tantangan yang benar-benar serius untukku," ujarnya dengan ekspresi wajah serius. Tak ada senyuman tipis terpampang di wajahnya.

"Pelepasan Roh Rajawali Awan Api, Zirah Tempur Awan Api!" Ini adalah tekhnik yang didapatkannya setelah melakukan Kontrak Perjanjian Roh, dengan Hewan Ghaib Rajawali Awan Api. Aura merah menyala muncul menyelimuti seluruh tubuhnya. Tekhnik ini, memberinya kemampuan untuk menggunakan Zirah Tempur Awan Api. Salah satu tekhnik pertahanan tertinggi Rajawali Awan Api, yang juga meningkatkan daya serang dan kecepatan.

Taki Garaki benar-benar mengambil sikap serius dan penuh waspada. Tak ada main-main seperti sebelumnya. Kali ini, tantangannya bukan hanya menemukan Asta, tapi melewati mereka semua dengan kemampuannya. Karena jika tidak, maka mustahil dia dapat melanjutkan pencariannya.

"Ini bukan hanya sekedar untuk menghormati kalian, namun juga demi keselamatan diriku sendiri," ucap Taki Garaki sambil memegang erat gagang pedangnya.

Taki Garaki memusatkan energi sumber surgawinya ke dalam pedang. Pedang yang dipegangnya menyala kemerahan sampai mencipta bara api. Taki Garaki tampak serius memandang keempat Hewan Ghaib peringkat 5 tersebut.

Sang Burung Jengger Api peringkat 5 memekik keras, memerintahkan tiga bawahannya yang peringkat 3 agar menyerang Taki Garaki. Ketiga-tiganya, menerjang terbang dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya.

Taki Garaki menarik nafas dalam-dalam. Tangannya sudah siap melakukan gerakan tebasan. Dalam satu ayunan, dia menghabisi ketiganya sekaligus.

"Keeaakkk!" Pekik mereka bertiga, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka bahkan belum sempat untuk menyerang sama sekali.

"Masih terlalu mudah! Lanjutkan!" Tantang Taki Garaki sambil menarik pedangnya kembali. Detak jantungnya terasa tenang, namun gejolak darahnya seperti mendidih.

Sang Banteng Bertanduk Api peringkat 5, melenguh panjang memberikan perintah. Ketiga bawahannya yang merupakan peringkat 3, langsung berlari mengepungnya. Diikuti dengan tiga Serigala Merah peringkat 3 yang membantunya.

Para Banteng Bertanduk Api tersebut, menundukkan kepalanya ke bawah. Mereka berniat menyeruduknya dari ketiga sisi. Namun, Taki Garaki paham akan apa yang mereka pikirkan. Jika dia melompat, maka ketiga Serigala Merah itu pasti akan melompat mencabiknya. Jadi, dia pun memutuskan untuk tak melompat.

Taki Garaki memegang erat gagang pedangnya, dia menggeser posisi kaki kanannya ke belakang. Satu ayunan memutar, pedangnya mematahkan semua tanduk ketiganya sekaligus. Mereka melenguh panjang dengan rasa tidak percaya.

"Pedangku memang terasa panas dan membara. Ketajamannya pun tak lagi bisa kalian bayangkan. Tapi, terima kasih. Atas berkat kalian, sepertinya aku akan menerobos ke ranah selanjutnya. Tentunya ini semua berkat kalian yang mendorongku hingga ke batas kemampuanku," ucap Taki Garaki. Bibirnya sedikit terangkat tersenyum.

Ketiga Serigala Merah itu merapatkan giginya penuh emosi. Namun saat ketiganya hendak melompat untuk menyerang, Taki Garaki menancapkan pedangnya ke tanah. Hembusan angin panas tercipta, hingga membuat mereka bertiga terhempas karenanya.

"Pelepasan Esensi Roh Kaisar Api Langit, Domain Bara Pemusnah!" Ini adalah tekhnik Pelepasan Esensi Roh, yakni dasar kekuatan setiap makhluk hidup. Tekhnik ini menciptakan lingkup area tertentu, dengan dasar bola bara api yang tercipta dari Esensi Roh Kaisar Api Langit. Bara api tersebut kemudian Taki Garaki terbangkan ke atas langit. Membuat suhu area dalam radius lima ratus meter darinya, naik secara drastis. Saking tingginya, langit akan memerah, pepohonan terbakar, dan rerumputan pun menjadi gersang.

---

Fenomena itu bahkan terlihat hingga ke mata Joashua, yang tengah bersantai di bawah pohon. Matanya melebar terkejut saat melihat pemandangan itu dari kejauhan.

"Apa yang membuatnya hingga seperti itu? Apakah dia bertemu dengan Hewan Ghaib peringkat 5?" Gumam Joashua bertanya-tanya. Dia pun segera bangkit dari tidurnya.

"Sepertinya aku harus segera ke sana," gumam Joashua sambil membersihkan pakaiannya. Joashua pun mulai bergerak menuju ke tempatnya dengan perasaan khawatir.

---

Taki Garaki menerbangkan Bara Api Pemusnah ke langit. Area dalam radius lima ratus meter disekitar, langit berubah warna menjadi merah. Pepohonan terbakar, rumput-rumput mengering dan gersang.

Taki Garaki mencabut pedangnya yang tertancap di tanah, dan mengangkatnya ke atas langit. Wajahnya tampak serius memandang pasukan Hewan Ghaib di hadapannya tersebut.

"Seni Surgawi Bumi Emas, Formasi 100 Pedang Pembunuh!" Tekhnik ini menciptakan pemandangan 100 energi pedang berwarna merah membara, yang berjejeran di atas langit. Dalam satu ayunan, hujan tusukan pun terjadi.

Enam energi pedang melesat dengan cepat, menusuk tiga Banteng Bertanduk Api yang sudah kehilangan tanduknya hingga mati. Lalu enam energi pedang lainnya, berjatuhan menimpa ketiga Serigala Merah di hadapannya. Enam Hewan Ghaib peringkat 3 tersebut mati seketika.

Taki Garaki menari mengayunkan pedangnya yang berkilatan. Dibawah langit yang berwarna kemerahan, dia menebas mati ketiga Rubah Berekor Panjang peringkat 3 tersebut.

Kini tersisa delapan Hewan Ghaib peringkat 4 dan empat Hewan Ghaib peringkat 5. Antara lain, Banteng Bertanduk Api, Serigala Merah, Rubah Berekor Panjang, dan Burung Jengger Api.

Taki Garaki lalu menerjang ke depan. Sembari dia memberikan tebasan, pemandangan hujan tusukan pedang terjadi di sekitarnya.

Taki Garaki memfokuskan perhatiannya ke dua Serigala Merah peringkat 4. Taki Garaki mengayunkan pedangnya, memberikan dua tebasan kuat. Namun, salah satu dari keduanya melompat mundur. Dia menghindari tebasan pedangnya, namun tidak dengan hujan energi pedangnya. Mereka berdua langsung terbunuh seketika.

Taki Garaki menoleh ke arah samping. Kini, enam Hewan Ghaib peringkat 4 yang tergabung dari dua Banteng Bertanduk Api, Rubah Berekor Panjang, dan Burung Jengger Api, mengepungnya dari semua arah.

Taki Garaki menggenggam erat gagang pedangnya. Bara api pada bilah pedangnya masih membara. Seperti debaran jantungnya kali ini yang bersemangat.

Namun, Formasi 100 Pedang Pembunuh masih terus berjatuhan. Menewaskan keenamnya sekaligus, bahkan sebelum mereka bisa menyerang. Menyisakan empat Hewan Ghaib peringkat 5, yang memiliki kemampuan setara dengannya.

Burung Jengger Api berada di belakang, Banteng Bertanduk Api di depan, Serigala Merah di kiri, dan Rubah Berekor Panjang di kanan.

Namun, karena berada dalam lingkup area yang suhunya terus meningkat, kekuatan mereka terus menurun secara drastis. Sedangkan di sisi lain, Taki Garaki justru semakin kuat. Formasi 100 Pedang Pembunuh pun selesai, hanya saja tak terlalu memberikan efek pada mereka berempat.

Taki Garaki lebih waspada pada mereka berempat. Pertarungan ini akan lebih sulit daripada sebelum-sebelumnya.

Banteng Bertanduk Api peringkat 5 melenguh panjang, dia menundukkan kepalanya lalu berlari menyeruduknya. Taki Garaki menggenggam erat gagang pedangnya, dia menyilangkan pedangnya untuk menahan serudukannya. Walaupun dia tetap terdorong mundur ke belakang.

"Meskipun sulit, aku tetap harus bisa menundukkan kalian. Sebagai ganti rugi atas hilangnya waktuku, dalam mencari Asta yang terseret arus sungai," ucap Taki Garaki lalu merapatkan giginya. Denyut nadinya semakin cepat dan cepat.

Taki Garaki melompat mundur ke belakang. Dia mendekatkan tangannya ke mulut dan bersiul panjang. Seekor Rajawali Awan Api, datang sambil memekikkan suaranya, yang memekakkan telinga empat Hewan Ghaib peringkat 5 tersebut.

"Zhi Sam! Bantu aku menundukkan keempat Hewan Ghaib nakal ini! Kita harus membawanya pulang!" Teriaknya ke arah Rajawali Awan Api tersebut.

Zhi Sam menukik ke arah Burung Jengger Api di belakangnya. Kedua burung besar itu pun saling berkelahi, sementara Taki Garaki menghadapi ketiga Hewan Ghaib peringkat 5 sisanya.

Taki Garaki maju sekali lagi ke depan, namun dari arah kiri Serigala Merah berusaha mencakarnya. Lalu dari arah kanan, Rubah Berekor Panjang juga ikut mengibaskan ekor ke arahnya.

Taki Garaki merapatkan giginya. Dia hanya bisa menangkis cakar Serigala Merah. Namun tidak dengan serangan Rubah Berekor Panjang.

Taki Garaki mendesis sakit. Lengan kanannya memar dan merah. Kibasan ekornya terasa panas dan membakar ditangannya.

"Memang cukup sulit, mengalahkan Hewan Ghaib yang setara denganku. Apalagi, mereka adalah Hewan Ghaib yang mempunyai resistansi akan panas, yang mana itu adalah kelebihanku," ucap Taki Garaki sedikit tersenyum memandang mereka. Aliran darahnya terasa bergejolak semakin panas.

Melihat kesempatan untuk menyerang, Banteng Bertanduk Api kembali berancang-ancang melakukan serudukan. Taki Garaki hanya merapatkan giginya, lalu berusaha mengayunkan pedang untuk menangkisnya.

Lalu dari sisi kanan dan kiri, Rubah dan Serigala itu pun juga melompat menyerang. Membuatnya semakin kewalahan menghadapi mereka sekaligus. Dia tak bisa menangkis serangan ketiga dalam waktu bersamaan. Taki Garaki hanya bisa bertaruh pada keberuntungannya saat ini.

"Mari kita bertaruh. Aku, atau kalian yang akan bertahan," ucap Taki Garaki dengan batin penuh percaya diri.

Taki Garaki menarik nafas dalam-dalam, sembari memejamkan mata. Hembusan hawa panas, keluar dari hidungnya. Dalam sesaat, waktu beberapa kali berjalan lebih lambat.

"Seni Surgawi Langit Putih, Tekhnik Kultivasi Pengendali Elemen Yang!" Tekhnik ini memberikan kemampuan untuk merubah hawa panas di sekitar, menjadi energi sumber surgawi bagi tubuh. Selain itu, juga meningkatkan kekuatan dan kecepatan.

Dengan tekhnik Domain Bara Pemusnah, yang membuat suhu area dalam radius lima ratus meter, meningkat secara drastis, Tekhnik Kultivasi Pengendali Elemen Yang memang terlihat relevan. Namun, karena kedua tekhnik tersebut juga berasal darinya, maka tercipta juga efek tabu. Efek tabu tersebut akan membebani tubuhnya sendiri. Lalu yang paling buruk, adalah meledaknya organ-organ dalam yang bisa berakibat fatal.

Saat waktu melambat tersebut, Taki Garaki mengayunkan pedangnya ke kanan dan kirinya. Serigala Merah dan Rubah Berekor Panjang tersebut mendapat 3 tebasan pedangnya. Setelahnya, Taki Garaki melakukan tebasan vertikal ke depan, pedangnya menggores tepat ditengah-tengah tanduk Banteng Bertanduk Api tersebut.

Saat Taki Garaki membuka matanya, waktu pun berjalan kembali normal. Ketiga Hewan Ghaib peringkat 5 tersebut terdorong mundur ke belakang. Walaupun Taki Garaki berhasil mendaratkan serangan, tebasan pedang yang diselimuti bara api tersebut rupanya tak terlalu berefek banyak.

"Sebagai pewaris Esensi Roh Kaisar Api Langit, benar-benar memalukan jika aku sampai dikalahkan sekelompok Hewan Ghaib peringkat 5," seru Taki Garaki dengan penuh semangat bertarung. Ginjalnya memompa semangat bertarung ke seluruh tubuhnya. Tekadnya untuk menundukkan mereka semua semakin menguat.

Taki Garaki memutar pedangnya, menciptakan badai panas hingga puluhan meter di sekitarnya. Hingga membuat kebakaran hutan semakin berkobar. Namun begitu, rupanya empat Hewan Ghaib tersebut masih sanggup menahan serangannya.

---

"Aku kangen kamu, cuman aku malu. Soalnya aku belum pake baju, habis mandi tadi,"

-snjy_3

Terpopuler

Comments

jeck

jeck

mc nya ko ganti Asta

2022-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2 Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3 Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4 Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5 Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6 Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7 Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8 Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9 Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10 Ch10 Menerobos (Remastered)
11 Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12 Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13 Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14 Ch14 Perpisahan (remastered)
15 Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16 Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17 Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18 Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19 Chapter 019 Harapan (revisi)
20 Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21 Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22 Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23 Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24 Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25 Chapter 025 Pilihan (revisi)
26 Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27 Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28 Chapter 028 Pertanda (revisi)
29 Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30 Ch30 Konflik Internal
31 Ch31 Artefak dan Pil Obat
32 Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33 Ch33 Kebenaran
34 Ch34 Kota Tiandu
35 Ch35 Manager Row Riqu
36 Ch36 Reuni
37 Ch37 Jendral Nolan
38 Ch38 Master Senpu
39 Ch39 Hao Ryun
40 Ch40 Langit Kelam
41 Ch41 Menempa
42 Ch42 Kesepakatan
43 Ch43 Penempa Tingkat 1
44 Ch44 Ace Kembali
45 Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46 Ch46 Terkejut
47 Ch47 Hati Yang Terdalam
48 Ch48 Menuju Arena
49 Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50 Ch50 7 Sekte Besar
51 Ch51 Fase Kedua
52 Ch52 Keributan Diatas Podium
53 Ch53 Pertarungan Memanas
54 Ch54 Adu Pemahaman
55 Ch55 Menuju 16 Besar
56 Ch56 16 Besar
57 Ch57 Keributan
58 Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59 Ch59 Pertarungan Sengit
60 Ch60 Semi Final
61 Ch61 Pedang Iblis
62 Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63 Ch63 Usai Pertandingan Final
64 Ch64 Berpisah Kembali
65 Ch65 Serangan di Benteng Utara
66 Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67 Ch67 Bala Bantuan Datang
68 Ch68 Memulai Pelatihan
69 Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70 Ch70 Era Kekacauan
71 Ch71 Eliza Lira
72 Ch72 Keributan
73 Ch73 Omong Kosong
74 Ch74 Tekad Lira
75 Ch75 Meninggalkan Kota
76 Ch76 Perkemahan Musuh
77 Ch77 Perkemahan Musuh 2
78 Ch78 Korban Kekacauan
79 Ch79 Padang Rumput Berbunga
80 Ch80 Salah Paham
81 Ch81 Sumpah
82 Ch82 Permintaan
83 Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84 Ch84 Pembantaian
85 Pengumuman penting..!!!
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2
Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3
Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4
Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5
Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6
Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7
Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8
Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9
Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10
Ch10 Menerobos (Remastered)
11
Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12
Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13
Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14
Ch14 Perpisahan (remastered)
15
Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16
Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17
Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18
Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19
Chapter 019 Harapan (revisi)
20
Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21
Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22
Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23
Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24
Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25
Chapter 025 Pilihan (revisi)
26
Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27
Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28
Chapter 028 Pertanda (revisi)
29
Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30
Ch30 Konflik Internal
31
Ch31 Artefak dan Pil Obat
32
Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33
Ch33 Kebenaran
34
Ch34 Kota Tiandu
35
Ch35 Manager Row Riqu
36
Ch36 Reuni
37
Ch37 Jendral Nolan
38
Ch38 Master Senpu
39
Ch39 Hao Ryun
40
Ch40 Langit Kelam
41
Ch41 Menempa
42
Ch42 Kesepakatan
43
Ch43 Penempa Tingkat 1
44
Ch44 Ace Kembali
45
Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46
Ch46 Terkejut
47
Ch47 Hati Yang Terdalam
48
Ch48 Menuju Arena
49
Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50
Ch50 7 Sekte Besar
51
Ch51 Fase Kedua
52
Ch52 Keributan Diatas Podium
53
Ch53 Pertarungan Memanas
54
Ch54 Adu Pemahaman
55
Ch55 Menuju 16 Besar
56
Ch56 16 Besar
57
Ch57 Keributan
58
Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59
Ch59 Pertarungan Sengit
60
Ch60 Semi Final
61
Ch61 Pedang Iblis
62
Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63
Ch63 Usai Pertandingan Final
64
Ch64 Berpisah Kembali
65
Ch65 Serangan di Benteng Utara
66
Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67
Ch67 Bala Bantuan Datang
68
Ch68 Memulai Pelatihan
69
Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70
Ch70 Era Kekacauan
71
Ch71 Eliza Lira
72
Ch72 Keributan
73
Ch73 Omong Kosong
74
Ch74 Tekad Lira
75
Ch75 Meninggalkan Kota
76
Ch76 Perkemahan Musuh
77
Ch77 Perkemahan Musuh 2
78
Ch78 Korban Kekacauan
79
Ch79 Padang Rumput Berbunga
80
Ch80 Salah Paham
81
Ch81 Sumpah
82
Ch82 Permintaan
83
Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84
Ch84 Pembantaian
85
Pengumuman penting..!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!