Ch13 Latar Belakang (Remastered)

"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.

Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.

Sekian dan terima kasih."

-snjy_3

 ---

Beberapa jam sebelumnya,

Berselang setengah jam setelah Kenshin meninggalkan kediaman, Taki Garaki datang mengetuk pintu dari luar. Helio Utake kemudian membereskan gulungan kertas yang ada di hadapannya lalu pergi menemuinya ke depan.

"Masuklah, kita akan membahas semuanya di dalam." Ajak Helio Utake.

Taki Garaki masuk dengan wajah sumringah penuh kegembiraan. Helio Utake ikut tersenyum penasaran dengan apa yang sedang dirasakannya hingga terlihat se-bahagia itu.

"Senior, ada gerangan apa kau mencariku?" Tanyanya heran.

"Padahal niatku juga ingin kemari namun tak kusangka kau juga mencariku." Ucapnya lagi sambil tersenyum menampilkan giginya. Hal itu tentu memancing rasa penasaran Helio Utake semakin kuat.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Nampaknya kau begitu gembira sekali hari ini. Apa kau mendapatkan keuntungan dari kunjunganmu ke Kota Api Suci?"

Taki Garaki tersenyum tipis sambil menggaruk pipinya yang tak gatal lalu mulai menceritakan mengenai insiden kebakaran dua minggu yang lalu. Helio Utake dengan seksama mendengarkan ceritanya dari awal hingga akhir, raut wajahnya berubah-ubah setiap kali Taki Garaki bercerita, raut wajahnya terlihat panik pada saat dia bercerita tentang Joashua Ramier yang hampir membunuh Asta pada saat itu.

Helio Utake tertawa kecil pada saat Taki Garaki menjelaskan akhir dari perjalanannya yang mana ternyata semuanya hanya skenario buatan Ace. Taki Garaki lalu mengeluarkan secarik kertas yang Ace tinggalkan agar Helio Utake bisa melihatnya.

Kedua alisnya sedikit terangkat ke atas saat membaca isi dari gulungan kertas kecil tersebut. Walau dalam sekali lihat Helio Utake bisa dengan jelas merasakan esensi yang terdapat pada tulisannya.

"Isinya begitu terpampang jelas namun jauh dari jangkauanku karena gulungan kertas ini hanya ditujukan pada seseorang yang ditentukan." Helio Utake menutup kembali gulungan tersebut lalu mengembalikannya.

"Senior, jika..."

"Tak perlu. Aku tahu apa yang ingin kau katakan, tidak baik membagikan sesuatu yang telah dibagikan seseorang hanya kepadamu." Potong Helio Utake dengan cepat.

Taki Garaki kemudian mengurungkan niatnya untuk membagikan sesuatu yang tersembunyi dibalik catatan pemberian Ace tersebut karena Helio Utake bisa membaca niatnya dan menolaknya.

"Selama ini aku tak pernah berpikir jika dia memikirkan kita di sini dan hanya fokus pada Asta. Tapi ternyata aku salah, sikapnya ini menunjukkan bahwa menganggap kita semua di sini." Ucap Helio Utake menyimpulkan.

Taki Garaki mengangguk setuju. "Meskipun para Hewan Kuno memiliki sifat yang sangat tempramental tapi tak ku sangka Senior Ace mempunyai sisi seperti ini. Berkatnya juga aku berhasil menerobos ke Ranah Raja." Timpalnya setuju dengan apa yang dikatakan Helio Utake.

Kedua alisnya seketika terangkat mendengarkan pengakuannya tersebut, kini Helio Utake tahu apa yang membuat wajahnya terlihat sumringah penuh kegembiraan.

"Ini kabar gembira dan perlu dirayakan, jika bukan karena keadaannya yang seperti ini mungkin kita akan mengadakan pesta untuk merayakan kenaikan ranahmu." Helio Utake lalu tertawa kecil sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Memang cukup disayangkan empat Hewan Ghaib peringkat 5 itu melarikan diri, tapi dengan kenaikan ranahmu ini sudah lebih dari cukup untuk semua ini."

Walau begitu Helio Utake bisa mengerti mengapa Taki Garaki tak dapat menangkap mereka, hal itu disebabkan oleh Ace yang pasti memerintahkan kepada mereka agar melarikan diri. Sebagai sesama Hewan Ghaib, meskipun derajat Ace sebagai Hewan Kuno lebih tinggi daripada namun pastinya ada batas toleransi terhadap sesama Hewan Ghaib yang perlu dijaga.

Taki Garaki pun hanya tersenyum karena dia juga menyadari akan hal itu.

"Mari lupakan tentang mereka selain itu bisakah kau tak memanggilku dengan sebutan Senior? Kau dan aku memiliki jabatan yang setara, jadi bisakah kau memanggilku hanya dengan nama?"

Taki Garaki menggelengkan kepalanya menolak gagasan tersebut. Karena bagaimanapun jauh sebelum mereka menjabat sebagai tetua, Helio Utake adalah seniornya sejak awal mula Taki Garaki pertama kali memasuki sekte.

Bukan tanpa alasan mengapa Helio Utake bersikeras terhadap panggilannya, karena untuk berhasil mendapatkan posisi sebagai tetua di sekte bukan perkara mudah, apalagi di Kobaran Api Sejati yang tergolong sekte besar. Ada beberapa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi yang mana tidak semua orang dapat melakukannya.

Di Kobaran Api Sejati, tetua adalah 30 orang dengan kemampuan teratas di bawah Ketua Sekte dan Wakilnya. Persyaratan untuk mengikuti ujian dari Ketua Sekte adalah menerobos ke Ranah Senior di usia 17 tahun, jika gagal dalam ujian murid masih mempunyai kesempatan untuk mencoba kembali sebanyak satu kali setiap tahun. Lalu persyaratan kedua jika seseorang diperlukan menerobos ke Ranah Raja sebelum usia 25 tahun, namun jika gagal maka mereka langsung kehilangan kesempatannya untuk menjadi seorang tetua.

Sedangkan Taki Garaki adalah sosok jenius yang berhasil menerobos ke Ranah Senior di usia 17 tahun namun memutuskan untuk menunda ujian selama setahun. Lalu di usia 18 tahun, Taki Garaki dapat menyelesaikan ujian tetua hanya dalam sekali percobaan membuat namanya semakin melambung tinggi dan dikenal luas.

Helio Utake memanyunkan bibirnya melihatnya dengan cepat mengelak gagasannya. Walau begitu Helio Utake tak bisa melakukan apapun jika Taki Garaki tetap bersiteguh memanggilnya dengan sebutan senior.

Helio Utake menghembuskan nafas gusar. "Kali ini ada sesuatu hal yang membuatku sampai memintamu kemari." Jelasnya dengan perubahan ekspresi wajahnya yang tampak serius.

"Sesuatu hal?" Ulang Taki Garaki dengan kerutan di dahinya yang menunjukkan besarnya rasa penasarannya.

Helio Utake menganggukkan kepalanya pelan.

"Ada dua hal yang harus kau kerjakan salah satunya. Pertama, pergi ke Kekaisaran dan minta bantuan pada sang Kaisar, lalu yang kedua sampaikan berita ke Perbatasan Barat Provinsi Huo. Kau pilih yang mana?"

Kedua alisnya refleks terangkat ke atas. "Senior, apa kau bercanda memintaku memilih pilihan yang pertama? Kalaupun hanya itu aku akan menolaknya dengan tegas, Kekaisaran secara gamblang mengumumkan ketidakterlibatannya akan perang ini. Walaupun hatiku merasa tak setuju, tapi ini keputusan terbaik yang bisa Kaisar pilih. Seandainya pihak Kekaisaran mengirimkan bala bantuan maka perang terbesar yang pernah terjadi di masa lalu akan kembali pecah di Kekaisaran Arkhan. Bukan keputusan tepat jika mendesak Kekaisaran untuk mengirimkan bala bantuan." Jelas Taki Garaki tak setuju dengan pilihan pertama yang Helio Utake jelaskan.

"Meski begitu, pihak Kekaisaran juga telah secara diam-diam mengirimkan bantuan berupa sumber daya kebutuhan pasukan. Akan sangat merepotkan jika sampai mereka tahu apa yang Kekaisaran lakukan. Perang besar mungkin benar-benar akan terjadi kembali." Lanjut Taki Garaki.

Helio Utake menyipitkan matanya mendengar informasi yang baru saja didengarnya tersebut. "Darimana kau mengetahui informasi mengenai bala bantuan sumber daya ini? Kenapa aku baru mendengarnya?"

Taki Garaki kemudian menjelaskan bahwa dia mendapatkan informasi susulan tersebut saat kunjungannya ke Kota Api Suci untuk membeli kebutuhan kultivasinya beberapa hari yang lalu.

"Pertempuran sudah menemui jalan buntu, tak ada hal lain yang dapat menghentikan amukan Demon dan aliansinya. Memangnya apa yang dapat diharapkan lagi dari mereka sampai-sampai sang Kaisar masih berusaha melindunginya?" Ucap Helio Utake.

Taki Garaki menyipitkan matanya mendengar pernyataannya tersebut. Matanya tampak tak setuju dengan apa yang Helio Utake katakan.

"Seseorang telah dengan sengaja memantik pertempuran antar ras kembali terjadi di Kekaisaran yang mana membuat mereka menjadi seperti itu. Jika kita menyalahkan mereka sama halnya kita juga ikut berusaha memantik api peperangan lebih besar lagi. Selain itu, kau tak bisa melupakan kejadian itu, Senior."

Helio Utake dibuat tak mampu berkata-kata mendengarkan argumentasi miliknya dan hanya bisa menghela nafas panjang. Karena apa yang Taki Garaki katakan adalah fakta yang tak terbantahkan, apalagi dirinya sendiri juga berhutang budi pada salah seorang bangsa mereka di tahun-tahun yang lalu saat sebelum menjadi tetua.

"Mereka haus akan pertempuran tapi tidak dari mereka semua adalah Kultivator Iblis." Tambahnya mengakhiri argumennya.

"Senior, tolong beritahu aku apa saja yang harus aku sampaikan pada Ketua Sekte di Perbatasan Barat, aku akan mendengarkan dengan seksama." Pintanya pada Helio Utake.

Helio Utake menghela nafas berat sebelum menjelaskan apa saja yang harus dia sampaikan pada Ketua Sekte Kobaran Api Sejati di Perbatasan Barat.

Selama mendengarkan Taki Garaki hanya mengangguk-anggukkan kepalanya menyimak ucapannya. Karena sebenarnya apa yang harus disampaikannya hanyalah perihal Asta yang akan pergi meninggalkan desa setelah ini.

"Menurutmu apakah aku membahayakannya karena mengizinkannya untuk pergi meninggalkan desa saat situasi tengah kacau begini?"

Taki Garaki menyentuh dagunya sambil berpikir. "Menurutku tidak, kehadiran Senior Ace sudah bisa menjamin keamanannya selama di luar. Selain itu Asta memiliki tekad yang kuat dan mewarisi sesuatu yang mungkin akan menggemparkan dunia kultivasi secepatnya."

Helio Utake justru nampak murung dengan ucapannya tersebut. "Justru, kehadirannya di sisinya menjadikannya lebih mengkhawatirkan. Asta memang beruntung terlahir dengan Esensi Roh Dewa yang sangat kuat dan dapat menarik perhatian salah satu ras Hewan Kuno, namun jangan lupakan bagaimana caranya dia melatihmu dengan skenario itu pengepungan Hewan Ghaib itu."

Taki Garaki hanya tersenyum sembari menelan ludahnya sendiri. Sekarang dia justru ikut khawatir akan apa yang mungkin pastinya Asta lalui.

"Jika begitu, mungkinkah mereka akan menuju..."

"Ya, mereka pasti kesana. Serigala itu pasti akan membuatnya menjadi kuat secepat mungkin tak peduli jika bocah itu harus melewati tantangan tersulit dalam hidupnya." Potong Helio Utake sambil memijat keningnya.

"Kau pergilah sekarang juga. Mungkin saja dan siapa tahu bantuanmu dibutuhkan juga di sana." Perintahnya agar Taki Garaki segera pergi.

Taki Garaki mengangguk mengerti. "Baik, Senior. Kalau begitu aku pamit pergi." Ucapnya lalu membungkuk dan pergi meninggalkan kediamannya bersiap menuju ke Perbatasan Barat melalui portal ruang.

 

Konflik yang terjadi di Perbatasan Barat Provinsi Huo dan Provinsi Shan di dasari oleh peristiwa pembantaian yang terjadi sekitar 3 tahun yang lalu.

Di tengah kedamaian sesaat antar ras di Kekaisaran Arkhan, pada suatu malam seseorang dengan sengaja mencoba memicu terjadinya peperangan antar ras kembali. Pada malam itu, seseorang dengan kekuatan luar biasa kuat mendatangi Provinsi Shan Pegunungan Iblis dan melakukan pembantaian, menewaskan hingga ribuan Demon, Goblin dan Monster.

Kepala Provinsi Shan tentu saja murka dan langsung menuduh pihak Kekaisaran telah menindas mereka dan mencoba menyiasati janji perdamaian. Kepala Provinsi Shan begitu murka, dia memang sadar jika bangsanya kebanyakan adalah Kultivator Iblis, namun bukan berarti sang Kaisar bisa melakukan pembunuhan massal tanpa pandang bulu.

Kaisar Arkhan tentu menyangkal bahwa itu perbuatannya, karena selama kejadian itu Kaisar Arkhan benar-benar tak meninggalkan singgasananya sama sekali. Perdebatan pun semakin memanas di Istana Kekaisaran, Kepala Provinsi Shan merasa Kaisar Arkhan melukai perjanjian damai mereka, sedangkan di sisi lain Kaisar Arkhan sendiri tak merasa melakukan hal tersebut.

Kepala Provinsi Shan jelas masih tidak percaya karena di Kekaisaran Arkhan, hanya Kaisar Arkhan yang mempunyai kemampuan sebesar itu.

Demi mendapat kepercayaan mereka kembali akhirnya sang Kaisar sampailah pada keputusan untuk memberikan kebebasan kepada mereka untuk mencari dalang pembantaian tersebut. Kaisar Arkhan juga menegaskan tidak akan ikut andil dalam peperangan yang mungkin saja terjadi, kecuali ada yang melakukan pelanggaran etika kehidupan seperti memperbudak ras lain ataupun ras sendiri.

Meski tak meredupkan amarahnya, Kepala Provinsi Shan cukup puas dengan keputusan yang diberikan oleh pihak Kekaisaran. Sepulang dari Istana Kekaisaran, Kepala Provinsi Shan kemudian mengumumkan pergerakannya kepada 6 Kepala Provinsi yang lain untuk mencari dalang pembantaian tersebut. Namun secara tak terduga, 6 Kepala Provinsi yang lain menolak keras hal tersebut karena akan mengakibatkan terjadinya kegaduhan dimana-mana, tapi sebagai gantinya mereka mengajukan diri untuk membantu mencari dalang dibalik insiden itu dengan cara mereka.

Kepala Provinsi Shan tentu tak puas akan hal itu dan bersikeras akan mencari dalangnya sendiri, karena mereka sudah tak mempercayai manusia lagi. Akibatnya, 7 sekte besar aliran lurus membentuk aliansi untuk menghentikan pergerakan mereka dan melakukan diplomasi.

Namun dengan segala usaha diplomasi, Kepala Provinsi Shan menolak menurut untuk memberikan kepercayaan kepada manusia karena Kepala Provinsi Shan tahu akan sifat manusia yang memiliki simpati terhadap sesamanya. Pandangannya berpikir bahwa bisa jadi mereka justru sedang melindungi sosok itu bukan malah membantunya. Akibatnya peperangan antar ras pun tak bisa dihindari di Perbatasan Barat Provinsi Huo dan Provinsi Shan.

 

Kembali ke waktu sekarang,

Tak pernah terpikirkan sama sekali jika Ace akan menggigit bokongnya sedemikan rupa dan parahnya. Bekas giginya menancap masih terasa ngilu sampai saat ini. Asta dibuat tak bisa duduk dengan keadaannya sekarang.

Asta meringis kesakitan saat berusaha untuk duduk, bokongnya tak dapat mentolerir gerakan sama sekali, sedikit saja bergerak Asta merasakan ngilu pada pinggulnya.

Di sisi lain Flares dan Ace keduanya asyik tertawa senang melihatnya kesulitan dan tersiksa dengan keadaannya saat ini.

"Berhenti mengeluh dan gunakan sumber surgawi untuk mempercepat penyembuhannya." Seru Ace lalu kembali tertawa terbahak-bahak.

"Sopankah begitu? Kau pikir siapa yang membuatku sampai seperti ini?" Asta merengut kesal mendengarnya seenak jidatnya berkata agar tak usah mengeluh.

"Lalu apa yang kau harapkan? Apa kau ingin aku memanggangmu terus memakanmu secara perlahan?" Tanya Ace balik sambil menggelak tawa.

"Jangan banyak bicara dan cepat sembuhkan dengan segera. Aku tak ingin mendengar apapun selama kau belum selesai dengan masalahmu itu. Apalagi untuk menjawab pertanyaan bodohmu mengenai apa aku ingin menjadi Hewan Roh-mu atau tidak."

Asta tercengang dengan apa yang Ace katakan, karena sebenarnya Asta belum mengatakan apapun soal itu namun dia secara tepat menebak niatannya mencari Ace saat ini.

"Apa yang dikatakannya memang benar, lebih baik kau pulihkan dirimu lebih dulu." Ucap Flares ikut menyarankan.

Asta menyalurkan sumber surgawi ke bagian bokongnya yang terluka. Hanya butuh waktu beberapa menit hingga lukanya kembali ke keadaan semula.

"Akhirnya aku bisa merasakannya lagi." Asta bernafas lega tak lagi merasakan ngilu saat menyentuh pantatnya.

Flares tak henti-hentinya tertawa sedari tadi. Asta sampai geram melihatnya.

"Guru bisakah kau berhenti tertawa?!"

"Maaf, tapi ini diluar kendaliku." Ucapnya masih tertawa sembari memegangi perutnya, air matanya sampai keluar karena tergelak tawa.

Asta berusaha mengabaikannya dan memilih mengajak Ace berbicara.

"Ace, bisakah kita berbicara sekarang? Kita tak punya banyak waktu sebelum Moegi menyadarinya."

Ace mengangkat kepalanya sedikit malas untuk menatapnya.

"Selain itu bisakah kau jelaskan mengenai bagaimana kau bisa mengatur ukuran tubuhmu seperti itu?" Asta bertanya heran mengenai metode yang Ace gunakan sebelumnya.

"Kau sudah tahu bahwa aku ini istimewa dan kau masih bertanya bagaimana aku melakukannya? Sederhananya itu kemampuan bawaan. Jika kau pikir 3 tahun yang lalu aku ini benar-benar seekor bayi serigala, maka kau salah. Garam yang ku makan lebih banyak dari nasi yang kau makan."

Asta menyentuh dagunya berpikir, dahinya mulai terlihat dipenuhi kerutan-kerutan.

"Sekarang aku jadi memikirkan alasan mengapa kau berpura-pura menjadi seekor bayi serigala saat itu, apa kau berniat untuk menarik perhatianku agar memeliharamu? Selain itu, memangnya kisaran berapa usiamu saat ini?"

"Usia adalah hal tabu untuk dibicarakan, lagipula kau masih seorang bocah yang baru lahir kemarin. Jadi lupakan itu semua dan kembali ke topik semula pembicaraan." Ace mengelak melanjutkan obrolan tersebut apalagi membahas usianya saat ini.

Asta masih memiliki berbagai pertanyaan yang tersirat di kepalanya setelah tahu jika Ace bukanlah serigala biasa. Jika bukan karena Gurunya, Asta takkan pernah menyadari hal itu sampai kapanpun. Namun sekarang, sepertinya hanya butuh waktu sampai Ace mau menceritakan semuanya dengan jujur. Namun untuk itu Asta hanya bisa menunggu dengan sabar dan tak memaksanya menjawab segala pertanyaannya.

"Ya, kau benar, aku hanyalah bocah yang baru lahir kemarin sore. Memang belum saat aku tahu begitu banyak tentang dunia." Asta memanyunkan bibirnya kesal.

Ace hanya tertawa menggelitik mendengar pernyataannya.

"Kalau begitu apa kau ingin ikut bersamaku atau tetap tinggal di sini? Meskipun kau memutuskan ikut, aku takkan memaksamu menjadi Hewan Roh-ku, keputusan itu mutlak berada pada dirimu." Tanpa basa-basi lagi Asta langsung berbicara pada intinya.

Ace justru tertawa lepas mendengarnya berkata seperti itu. "Berhenti berlagak seperti kau ini tuanku, aku memang akan menjadi Hewan Roh-mu namun bukan berarti aku ini suruhanmu. Selain itu jika kau ingin membawaku kau harus lolos dari ujianku."

Asta menyipitkan matanya menatapnya lekat. "Tapi, bukankah selama ini kau memang peliharaanku? Kau bahkan menuruti beberapa perintahku sebelumnya." Ucapnya membuat Ace seketika terdiam tak dapat membalas.

Ace terdiam tak dapat membantah pernyataan tersebut, karena mau bagaimanapun Ace tetaplah peliharaannya sekalipun selama ini Ace hanya berpura-pura.

Ace cukup lama terdiam sembari memandangi langit yang tampak cerah dipenuhi awan putih yang berarak menutupi sebagian langit. Cahaya mentari menyorot tajam melalui rongga-rongga yang terbuat dari awan tersebut. Angin sepoi-sepoi berhembus pelan menerpa wajah mereka semua, suasana begitu damai dan tentram.

"Ada beberapa alasan mengapa aku harus melakukannya dan salah satunya adalah agar aku bisa mengenalmu. Ada banyak hal yang masih belum bisa kujelaskan apalagi saat ini kita tak mempunyai cukup banyak waktu untuk berbicara lebih lama." Ucapnya setelah beberapa saat terdiam.

"Seperti yang kubilang, bukan? Mari kita mulai ujiannya sekarang juga. Guru, kau yang akan jadi saksinya." Ucap Asta tak sabar akan ujian apa yang akan Ace berikan padanya.

"Nak, apa kau benar-benar serius berniat menantangnya?" Tanya Flares memastikan, kedua alisnya sedikit terangkat ke atas.

"Sekarang ini aku adalah Master Roh Ahli. Apapun tesnya aku sangat yakin bisa menuntaskannya." Pungkasnya penuh percaya diri.

"Ohh, jadi kau berani bersikap menyombong di hadapanku sekarang?" Ace tertawa terbahak-bahak meremehkan.

"Aku memang suka dengan sikap penuh semangat tapi tidak dengan kebodohan." Tambahnya lagi dengan tatapan serius.

"Jadi, kapan kita akan mulai?" Tanya Asta penuh senyum percaya diri sambil mengangkat tinjunya.

"Ahh, jadi kau benar-benar tak sabar untuk itu? Baiklah, bagaimana kalau kita mulai sekarang?" Ace menyeringai lebar meremehkan.

"Aku siap kapanpun kau mau. Jadi, apa saja ujian dan aturannya?" Tanya Asta.

"Sederhana saja, tahan satu saja pukulan dariku dan kau ku nyatakan berhasil." Ucap Ace dengan seringainya.

"Bagaimana jika ku kembalikan pernyataan tersebut kepadamu?"

"Itu lebih baik jika kau benar-benar dapat melakukannya." Ace menyeringai penuh siasat.

Asta mendorong kakinya ke bawah hendak melakukan gerakan melesat dengan cepat ke depan, namun sebelum dia berhasil seketika Medan gravitasi disekitarnya meningkat berkali-kali lipat memaksanya ke dalam posisi membungkuk ke tanah. Asta benar-benar dibuat tak berdaya sama sekali dengan hal tersebut.

-

"Ini apa-apaan ini?! Akhh! Tubuhku, kenapa tak bisa digerakkan sama sekali?!" Batin Asta berteriak kesal dalam hati, dia benar-benar tak tahu akan apa yang terjadi dengan medan disekitarnya saat ini.

 

Asta mencoba mengangkat kepalanya untuk sekedar melihat apa yang Ace lakukan padanya, namun kepalanya tak sanggup menahan tarikan gravitasi tersebut. Di sisi lain, Ace hanya berdiam diri sambil menatapnya tajam dengan tatapan serius.

-

"Aku tahu bahwa Ace memiliki kekuatan yang luar biasa kuat, tapi aku tak menyangka jika dia masih memiliki kemampuan lainnya." Batin Asta menjerit tak sanggup menahan tekanan tersebut.

 

Asta terdiam kewalahan melawan tekanan dan tak mampu melakukan perlawanan apapun terhadapnya. Semakin lama tekanan tersebut semakin memberatkan pundaknya, meski begitu Asta tetap enggan jika harus bersujud padanya.

Tak ada perubahan apapun selama beberapa menit berjuang Asta masih tak dapat berdiri dengan dua kakinya. Keringat dingin mengucur deras di seluruh tubuhnya, detak jantungnya semakin tak beraturan seiringnya waktu. Lama-kelamaan pandangannya sedikit kabur dan Asta mulai tak kuat menahan tekanan tersebut.

"Sialan! Apa ini benar-benar batasku?!" gumam Asta pelan menyadari bahwa tubuhnya tak sanggup menahan tekanan tersebut yang semakin menggila.

"Jadi, apa kau sudah menyerah sekarang? Kau seharusnya tak semudah ini menyerah apalagi dengan kata-kata sombongmu di awal, kontrol auramu masih benar-benar payah. Ku pikir kau sudah meningkat pesat." Ace tertawa terbahak-bahak melihatnya yang hampir menyerah.

Asta begitu geram dan ingin balas memukulnya namun dia tak dapat melakukannya saat ini dan hanya bisa mengumpat di dalam hati. Asta ingin berkata bahwa bukan kesalahannya jika kontrol auranya masih terlalu rendah, karena dia sendiri tak pernah merasa jika Flares ataupun Ace mengajarinya tentang itu. Selama ini latihannya selalu berpusat pada peningkatan raga tubuh dan kultivasi, jadi bukan kesalahannya jika kontrol dasarnya sangat buruk.

 

Di sisi lain terdapat sepasang mata Kenshin Utake yang sedari awal memperhatikan mereka dari kejauhan. Melihatnya terjatuh dan hampir bersujud di tanah Kenshin Utake hanya bisa menelan ludahnya sendiri tak dapat melajukan apapun.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan sampai membuatnya murka seperti itu?!" Gumam Kenshin Utake ikut geram melihatnya sebelumnya seperti menyinggung Ace.

Meski khawatir akan keselamatannya Kenshin Utake hanya bisa berdiri mematung saat Ace menatap ke arahnya. Tatapan matanya seolah memberikan ancaman yang mana apabila dia bergerak maka itulah akhir riwayatnya. Oleh sebab itu Kenshin Utake hanya bisa berharap jika Asta dapat mengatasi hal itu sendiri secepatnya.

"Kalau sudah seperti ini maka apa boleh buat. Kau hanya bisa mengandalkan dirimu sendiri, Asta." Kenshin mengambil langkah mundur ke belakang dan kembali bersembunyi dibalik pohon.

Kenshin sadar, menggerakkan tubuhnya saja begitu sulit apalagi memberikan pertolongan pada Asta. Batinnya dibuat tak karuan dengan tatapan mata Ace yang hanya sesaat sebelumnya terarah padanya.

 

Kontrol dasar adalah kemampuan untuk mengontrol seberapa banyak dan seberapa mampu mengeluarkan potensi kemampuan diri sendiri secara penuh. Umumnya dalam dunia kultivasi kontrol dasar meliputi dua bagian, yakni kontrol aura dan kontrol roh.

Kontrol dasar cukup penting untuk dipelajari namun tak semua orang mendalami keduanya. Dalam kasus-kasus tertentu, seseorang ada yang hanya mendalami kontrol rohnya saja bahkan ada yang hanya mendalami kontrol auranya saja. Semua itu tergantung dengan keinginan dan kemauan orang itu sendiri.

Kontrol dasar pun memiliki tingkatannya sendiri sesuai kadar persentase potensial yang dapat dikeluarkan, antara lain:

1. Rendah, hanya dapat mengeluarkan sebanyak 0-25 persen potensi secara penuh.

2. Menengah, dapat mengeluarkan sebanyak 26-75 persen potensi secara penuh.

3. Atas, mampu mengeluarkan sebanyak 76-100 persen potensi secara maksimal.

 

"Kupikir kita ditakdirkan untuk bersama, nyatanya hanya pertemuan singkat yang tak disengaja."

-snjy_3

Episodes
1 Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2 Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3 Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4 Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5 Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6 Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7 Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8 Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9 Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10 Ch10 Menerobos (Remastered)
11 Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12 Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13 Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14 Ch14 Perpisahan (remastered)
15 Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16 Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17 Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18 Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19 Chapter 019 Harapan (revisi)
20 Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21 Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22 Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23 Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24 Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25 Chapter 025 Pilihan (revisi)
26 Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27 Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28 Chapter 028 Pertanda (revisi)
29 Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30 Ch30 Konflik Internal
31 Ch31 Artefak dan Pil Obat
32 Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33 Ch33 Kebenaran
34 Ch34 Kota Tiandu
35 Ch35 Manager Row Riqu
36 Ch36 Reuni
37 Ch37 Jendral Nolan
38 Ch38 Master Senpu
39 Ch39 Hao Ryun
40 Ch40 Langit Kelam
41 Ch41 Menempa
42 Ch42 Kesepakatan
43 Ch43 Penempa Tingkat 1
44 Ch44 Ace Kembali
45 Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46 Ch46 Terkejut
47 Ch47 Hati Yang Terdalam
48 Ch48 Menuju Arena
49 Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50 Ch50 7 Sekte Besar
51 Ch51 Fase Kedua
52 Ch52 Keributan Diatas Podium
53 Ch53 Pertarungan Memanas
54 Ch54 Adu Pemahaman
55 Ch55 Menuju 16 Besar
56 Ch56 16 Besar
57 Ch57 Keributan
58 Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59 Ch59 Pertarungan Sengit
60 Ch60 Semi Final
61 Ch61 Pedang Iblis
62 Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63 Ch63 Usai Pertandingan Final
64 Ch64 Berpisah Kembali
65 Ch65 Serangan di Benteng Utara
66 Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67 Ch67 Bala Bantuan Datang
68 Ch68 Memulai Pelatihan
69 Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70 Ch70 Era Kekacauan
71 Ch71 Eliza Lira
72 Ch72 Keributan
73 Ch73 Omong Kosong
74 Ch74 Tekad Lira
75 Ch75 Meninggalkan Kota
76 Ch76 Perkemahan Musuh
77 Ch77 Perkemahan Musuh 2
78 Ch78 Korban Kekacauan
79 Ch79 Padang Rumput Berbunga
80 Ch80 Salah Paham
81 Ch81 Sumpah
82 Ch82 Permintaan
83 Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84 Ch84 Pembantaian
85 Pengumuman penting..!!!
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ch1 Bocah Kecil (Remastered)
2
Ch2 Langkah Awal (Remastered)
3
Ch3 Keinginan Flares (Remastered)
4
Ch4 Asta Vs Kenshin (Remastered)
5
Ch5 Ancaman Moegi (Remastered)
6
Ch6 Insiden Kebakaran (Remastered)
7
Ch7 Seorang Elf (Remastered)
8
Ch8 Kaisar Kecil (Remastered)
9
Ch9 Skenario Ace (Remastered)
10
Ch10 Menerobos (Remastered)
11
Ch11 Kerusuhan (Remastered)
12
Ch12 Konflik Kekaisaran (Remastered)
13
Ch13 Latar Belakang (Remastered)
14
Ch14 Perpisahan (remastered)
15
Chapter 015 Kota Api Suci (revisi)
16
Chapter 016 Manager Zao (revisi)
17
Chapter 017 Lembah Neraka (revisi)
18
Chapter 018 Ledakan Pertempuran (revisi)
19
Chapter 019 Harapan (revisi)
20
Chapter 020 Akhir Pertempuran (revisi)
21
Chapter 021 Hasil Ujian (revisi)
22
Chapter 022 Berita Kemenangan (revisi)
23
Chapter 023 Pulang Ke Rumah (revisi)
24
Chapter 024 Ilmu Pedang Tak Berwujud (revisi)
25
Chapter 025 Pilihan (revisi)
26
Chapter 026 Tak Terduga (revisi)
27
Chapter 027 Sedikit Pelajaran (revisi)
28
Chapter 028 Pertanda (revisi)
29
Chapter 029 Rekan Baru (revisi)
30
Ch30 Konflik Internal
31
Ch31 Artefak dan Pil Obat
32
Ch32 Bangkitnya Jiwa Tersembunyi
33
Ch33 Kebenaran
34
Ch34 Kota Tiandu
35
Ch35 Manager Row Riqu
36
Ch36 Reuni
37
Ch37 Jendral Nolan
38
Ch38 Master Senpu
39
Ch39 Hao Ryun
40
Ch40 Langit Kelam
41
Ch41 Menempa
42
Ch42 Kesepakatan
43
Ch43 Penempa Tingkat 1
44
Ch44 Ace Kembali
45
Ch45 Pertemuan Tak Disengaja
46
Ch46 Terkejut
47
Ch47 Hati Yang Terdalam
48
Ch48 Menuju Arena
49
Ch49 Teratai Biru Surgawi, Hao Chen
50
Ch50 7 Sekte Besar
51
Ch51 Fase Kedua
52
Ch52 Keributan Diatas Podium
53
Ch53 Pertarungan Memanas
54
Ch54 Adu Pemahaman
55
Ch55 Menuju 16 Besar
56
Ch56 16 Besar
57
Ch57 Keributan
58
Ch58 Kera Emas VS Pedang Ilusi
59
Ch59 Pertarungan Sengit
60
Ch60 Semi Final
61
Ch61 Pedang Iblis
62
Ch62 Final Turnamen Seni Bela Diri
63
Ch63 Usai Pertandingan Final
64
Ch64 Berpisah Kembali
65
Ch65 Serangan di Benteng Utara
66
Ch66 Serangan di Benteng Utara 2
67
Ch67 Bala Bantuan Datang
68
Ch68 Memulai Pelatihan
69
Ch69 Memperbaiki Kegagalan
70
Ch70 Era Kekacauan
71
Ch71 Eliza Lira
72
Ch72 Keributan
73
Ch73 Omong Kosong
74
Ch74 Tekad Lira
75
Ch75 Meninggalkan Kota
76
Ch76 Perkemahan Musuh
77
Ch77 Perkemahan Musuh 2
78
Ch78 Korban Kekacauan
79
Ch79 Padang Rumput Berbunga
80
Ch80 Salah Paham
81
Ch81 Sumpah
82
Ch82 Permintaan
83
Ch83 Menyusup ke Markas Musuh
84
Ch84 Pembantaian
85
Pengumuman penting..!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!