"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.
Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.
Sekian dan terima kasih."
-snjy_3
---
Saat sebelum insiden kebakaran hutan terjadi, hutan terasa damai dan tenang. Daun-daun berterbangan di dorong angin, burung-burung berkicau dan mendengkur. Hutan terasa damai dan menenangkan.
Saat itu, Asta tengah mencari tempat untuk berlatih. Ditekani serigala putihnya, Ace. Setelah berjalan mengitari hutan di sekitar, Asta pun menemukan tempat yang nampak cocok untuk berlatih.
"Sepertinya, aku bisa berlatih di sini," ucap Asta sambil tersenyum melihat-lihat. Lokasi itu tampak luas dan tak banyak pepohonan.
Ace kemudian berbalik arah ke belakang sambil berkata, "Kau berlatihlah sendiri. Aku ingin tidur dengan tenang di rumah," ucapnya pada Asta.
Asta berbalik menatapnya terkejut, "Ehh?! Mana bisa seperti itu? Jika aku sendirian, lalu siapa yang memberiku arahan?" Tanya Asta pada Ace.
Ace berbalik sambil menyipitkan matanya dan berkata, "Kau bisa mempelajari beberapa hal, atau mungkin memperdalam pemahamanmu terhadap kekuatanmu sendiri. Jadi, selalu harus ada aku yang memberimu arahan. Lagipula kau mempunyai Guru," ucapnya sambil menunjuk dengan kakinya, ke kalung cincin yang Asta kenakan.
Asta menggaruk rambutnya yang tak gatal lalu berkata, "Guru pun tampaknya sedang tak bisa diganggu. Sedari tadi dia belum bersuara sama sekali," ucapnya sambil menyentuh lalu melihat kalung cincinnya.
"Ya sudah. Kalau kau ingin pulang, silahkan. Aku akan berlatih sendiri," tambah Asta sambil tersenyum lebar.
Ace berbalik dan berjalan pergi sambil berkata, "Jangan memaksakan dirimu," pesannya pada Asta.
Ace berjalan menuju ke rumah Asta, melewati hutan yang tampak sepi tak berpenghuni. Wajar saja, bagi Hewan Ghaib yang sudah berevolusi kekuatannya pun, Ace sangat ditakuti. Semua itu karena Ace bukanlah serigala sembarangan.
Selain dapat berbicara, Ace memiliki berbagai kemampuan hebat yang tak bisa dibayangkan. Salah satunya adalah aura intimidasi yang dia miliki, mampu menundukkan jutaan sekaligus Manusia dan Hewan Ghaib berkemampuan. Alasan mengapa sosok sepertinya bersama Asta, karena ada sesuatu hal yang membuatnya tertarik bersamanya.
Sesampainya di rumah, Ace pun membaringkan dirinya di atas kasur. Karena biasanya, Asta dan Ace selalu tidur bersama. Asta takkan tidur jika tak memeluknya.
Baru setengah jam Ace memejamkan matanya, sebuah dentuman keras yang menggelegar membangunkannya. Bukan cuman dia, semua orang di desa pun dibuat terkejut.
Ace berdecak kesal sambil merengut, tampak jengkel dibuat terkejut. Ace melompat turun dari kasur dan berjalan keluar rumah. Asap kehitaman membumbung tinggi di atas langit hutan.
Ace merapatkan giginya sambil menggeram dan berkata, "Grrr... Apa yang sedang dilakukan Bocah Nakal itu di hutan? Apa dia tak mendengarkan pesanku?" Ucapnya kesal. Ace sangat yakin dalang dibalik ledakan tersebut, adalah Asta.
Ace lalu berdiri tegak dengan dua kakinya. Ace tampak santai memasuki rumahnya kembali. Dia meraih secangkir air dan meminumnya. Setelah itu, Ace pun kembali berjalan keluar. Sambil menghela nafas berat, Ace mulai berlari dengan kecepatannya menuju ke hutan. Sebenarnya Ace ingin tak peduli, akan tetapi hatinya merasa khawatir akan keselamatan Asta.
Dengan kecepatannya, Ace berhasil mendahului rombongan Taki Garaki. Yang hendak memastikan apa yang terjadi di hutan, sampai-sampai terdengar sebuah dentuman menggelegar.
Ace berhasil tiba di tempat dimana ledakan tersebut terjadi. Sejauh matanya memandang, hanya ada api hitam yang membakar pepohonan. Api tersebut merembet kemana-mana dengan begitu cepatnya.
Ace menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Asta, dia bergumam, "Kemana Bocah Nakal itu lari?!" Gumamnya panik. Dia tak dapat menemukannya dimanapun.
Ace memejamkan matanya sejenak. Mencoba mengatur nafas dengan tenang, sembari melebarkan persepsi auranya. Akhirnya, Asta pun ketemu. Namun kemudian, terlintas sebuah ide skenario dibenaknya.
Ace menoleh ke arah suara langkah kaki orang-orang mendekat. Ace tersenyum sinis lalu melompat ke atas pohon.
"Akan ku lihat, langkah apa yang akan kalian ambil untuk mengatasi hal ini," gumam Ace lirih sambil bersembunyi di atas pohon.
Tak lama, rombongan Taki Garaki pun datang. Ace terus memperhatikan pergerakan mereka. Ace tampak kagum melihat kerjasama mereka semua, yang dengan sigap memadamkan tersebut.
Setelah kebakaran tersebut dipadamkan, seorang gadis muda mengendap-endap ke belakang. Ace terus memperhatikan pergerakan gadis tersebut, yang kemudian juga bersembunyi di atas pohon. Dia adalah Asila Moegi. Gadis cantik berambut hitam dengan mata emas.
-
"Moegi pasti sudah menemukan jejaknya. Jika tidak, mana mungkin dia bersembunyi menunggu semuanya pergi. Dia pasti hendak melacak Asta sendiri. Bocah Nakal itu pasti habis ditangannya, jika sampai Moegi mendapatkannya," batin Ace dalam hati.
---
Benar seperti apa yang Ace pikirkan, setelah rombongan Taki Garaki kembali ke desa. Moegi melompat turun dari pohon. Setelah beberapa saat berkeliling, Moegi akhirnya menemukan jejak kaki yang Asta tutupi dengan kaki kering. Dia tersenyum tipis, lalu berlari ke arah dimana seharusnya Asta berada.
Ace tercengang, tak pernah menduga Moegi bisa menemukan jejak kaki Asta secepat itu. Yang mana dirinya saja tak dapat menemukannya.
Ace turun dari pohon dan mengikutinya dari belakang. Terjadi kejar-kejaran antara Asta dan Moegi selama beberapa saat, sebelum kemudian Asta menceburkan dirinya ke sungai. Moegi pun putar balik dan memutuskan kembali, setelah kehilangan Asta.
Sesaat kemudian, Asta muncul di sebrang sungai. Ace justru tertawa lepas melihatnya malah muncul di sana. Yang mana artinya, Asta telah melanggar batas wilayah.
"Kau mati-matian menghindari seorang gadis, tapi kau malah memilih hewan buas," gumam Ace sambil tertawa lepas.
Ace tahu akan ada penjaga perbatasan datang menghukumnya. Namun, dia tetap diam di tempatnya saat ini. Di atas pohon di pinggiran sungai. Bersebrangan dengan Asta.
Ace semakin tertawa lepas, melihatnya menantang seorang penjaga perbatasan. Tentu hal bodoh menantang seseorang yang kekuatannya tiga tingkat di atasnya.
"Daripada hebat dan pemberani, apa yang kau lakukan saat ini lebih jelasnya bodoh. Menantang seseorang yang jauh lebih kuat tanpa pertimbangan apapun, sama halnya dengan cari mati," komentar Ace masih sambil tertawa.
Saat Ace tengah memperhatikan, dia merasakan ada aura lain yang sedang mendekat. Ace tahu bahwa itu adalah Taki Garaki, yang kemungkinan kembali untuk mencari Asta. Yang mungkin jaraknya masih berkilo-kilo meter darinya saat ini.
"Seperti yang kuharapkan. Kau akhirnya datang juga," ucapnya sambil tersenyum.
"Kira-kira, bagusnya Hewan Ghaib apa saja yang harus ku gunakan untuk menghambatnya?" Gumamnya lagi bertanya pada diri sendiri.
Ace tersenyum sambil mengibaskan ekornya. Puluhan Hewan Ghaib yang terdiri dari Serigala Merah, Beruang Bertanduk Api, Rubah Berekor Panjang dan Burung Jengger Api, berbondong-bondong menuju ke arahnya. Dengan sedikit auranya, Ace dapat menarik mereka untuk mendekat.
"Tak ada rencana. Halangi dia sebisa mungkin sampai aku membawanya pulang," ucapnya pada mereka. Setelah itu, Ace pun turun dari pohon dan mengikuti kemana Asta terbawa arus sungai. Karena setelah dikalahkan, Asta langsung dibuang ke sungai.
"Orang tua yang sudah mati itu benar-benar gegabah. Bisa-bisanya dia tetap tertidur di dalam kalung cincin, disaat muridnya sendiri hampir celaka," ucap Ace dengan raut sedikit cemberut.
Setelah beberapa saat, Ace akhirnya berhasil menemukan Asta yang hanyut di sungai. Ace melompat ke sungai dan menariknya keluar. Setelah membawanya ke pinggiran, Ace mengibaskan bulunya yang basah.
"Kalian boleh pergi jika kalian berhasil membuatnya kelelahan," perintah Ace pada empat Hewan Ghaib peringkat 5 yang terdiri dari Serigala Merah, Beruang Bertanduk Api, Rubah Berekor Panjang dan Burung Jengger Api.
Sebelum membawa Asta pulang, Ace mengeluarkan sebuah gulungan kertas kosong dan menuliskan sesuatu di dalamnya. Ace juga menuliskan sesuatu di atas tanah pinggiran sungai, tulisan itu berbentuk.
"KINERJAMU SANGAT BAGUS, AKU MENYUKAINYA. AKU AKAN MEMBERITAHUKAN INI KEPADANYA."
Tulisan tersebut dimaksudkan untuk Taki Garaki. Dimana bahwa Ace menyukai kinerjanya, dan akan memberitahukan hal tersebut pada Ketua Sekte Kobaran Api Sejati, Sekte dimana Taki Garaki bernaung.
Ace lalu menggigit baju Asta dan mulai membawanya kembali. Dari kejauhan, bunyi pertarungan Taki Garaki melawan Hewan Ghaib suruhannya terdengar sengit. Ace pun pergi membawa Asta pulang ke rumah.
---
Taki Garaki menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba menenangkan andrenalin dan denyut nadinya. Aura kemerahan memancar keluar dari dalam tubuhnya.
Taki Garaki maju dan melepaskan tebasan-tebasan pedang yang sangat kuat. Pedang bara apinya menyala-nyala di udara. Taki Garaki mengeluarkan sepenuh kekuatannya.
Ketiga Hewan Ghaib peringkat 5 tersebut, mulai nampak kewalahan menghadapi setiap tebasan pedangnya. Banteng Bertanduk Api dihadapannya, sedikit terdorong ke belakang. Lalu Rubah Berekor Panjang dan Serigala Merah di sisi kanan dan kirinya, juga terhempas oleh serangannya.
Taki Garaki menyeringai lebar ke arah mereka. Membuat perasaan ketiga Hewan Ghaib itu tercampur aduk. Apalagi, dengan suhu yang terus meningkat. Lama-kelamaan daya tahan tubuh mereka pun terus menurun.
Di sisi lain, Zhi Sam sang Rajawali Awan Api juga mendominasi pertarungan. Burung Jengger Api peringkat 5 itu tak sanggup melawannya lebih lama. Burung Jengger Api peringkat 5 tersebut, kemudian memekik keras. Suaranya mengejutkan Rajawali Awan Api dan Taki Garaki.
Ketika melihat kesempatan tersebut, keempat Hewan Ghaib peringkat 5 itu pun melarikan diri. Mereka pergi secepat-cepatnya.
"Akhh! Sial!" Umpat Taki Garaki kesal sambil menutup telinganya.
Dia ingin mengejarnya, namun sayang Taki Garaki tak dapat melakukannya. Stamina dan kekuatannya sudah terkuras habis, dalam pertarungan tersebut. Dia benar-benar tak menduga, bahwa mereka akan melarikan diri darinya.
Taki Garaki berdecak pelan sambil memperhatikan kepergian mereka, dia berkata, "Andai aku lebih kuat, aku pasti bisa menangkap mereka semua," gumam Taki Garaki sambil menghembuskan nafasnya gusar.
Perasaan Taki Garaki terasa kacau. Dia sudah memaksakan diri untuk sebisa mungkin menangkap mereka. Namun tak disangka, mereka justru melarikan diri saat dia hampir berhasil melakukannya.
Zhi Sam lalu menukik dan berbaring di sisi Taki Garaki. Wajahnya tampak merasa bersalah, karena melepaskan mereka.
"Tak apa, ini bukan kesalahanmu. Lagipula tujuan utama kita bukan untuk menangkap mereka, tapi untuk menemukan Asta yang hanyut di sungai," ucap Taki Garaki sambil mengelus bulu-bulu Zhi Sam.
Taki Garaki lalu menghilangkan semua jurus dan tekhniknya. Langit yang sebelumnya berwarna merah karena tekhniknya, kini kembali menjadi cerah seperti sediakala. Namun, langit terlihat nampak senja. Menandakan bahwa sebentar lagi akan petang.
"Zhi Sam, bantu aku mengumpulkan bangkai-bangkai Hewan Ghaib ini. Meskipun kita tak dapat menangkap ketuanya, setidaknya kita bisa memanfaatkan bawahannya. Mereka masih memiliki harga yang tinggi jika dijual," ucap Taki Garaki pada Zhi Sam.
Zhi Sam lalu menyeret bangkai Hewan Ghaib yang berserakan di sana dan menumpuknya. Setelah itu, Taki Garaki mengayunkan tangannya, seketika bangkai-bangkai itu pun menghilang, masuk ke dalam cincin penyimpanan.
Namun, ada salah satu bangkai Hewan Ghaib yang tak ikut masuk ke dalam cincin penyimpanannya. Yang mana itu adalah Banteng Bertanduk Api peringkat 3. Taki Garaki berkerut heran, dia pun memeriksa cincinnya. Ternyata, cincin miliknya sudah penuh. Sehingga dia tak dapat memasukkannya.
"Sepertinya aku sudah harus meningkatkan kualitas cincinku," gumamnya pelan sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Taki Garaki menoleh kesana-kemari, mencoba mencari tempat untuk menyembunyikannya. Sementara dia harus mencari Asta. Namun matanya, justru menemukan sebuah gulungan dan tulisan di tanah.
Kedua matanya terbuka lebar tak percaya, setelah menemukan tulisan di tanah tersebut. Pantas saja, ada banyak Hewan Ghaib yang menghalangi jalannya. Rupanya, itu semua adalah skenario yang Ace buat untuk mengujinya.
"Jadi begitu ya, pantas mereka pergi setelah aku kelelahan," Taki Garaki tersenyum tipis melihat pesan tersebut. Namun dengan begitu, artinya Ace telah datang lebih dulu darinya untuk menyelamatkan Asta. Sehingga, misi Taki Garaki pun selesai.
Taki Garaki mencoba mengambil gulungan kertas tersebut dan membukanya. Setelah membacanya sejenak, dia kemudian menutupnya kembali.
"Ini terlalu dalam untuk bisa ku pahami. Mungkin aku bisa mempelajarinya nanti," gumam Taki Garaki sambil melihat gulungan tersebut ditangannya.
Taki Garaki melihat ke arah cakrawala, bisa dilihat sinar matahari semakin menyurut. Hari pun mulai gelap. Taki Garaki menyentuh perutnya yang berbunyi lapar.
"Sepertinya aku harus makan segera," ucapnya sambil memandang ke bangkai Banteng Bertanduk Api tersebut.
Taki Garaki mulai mengumpulkan api dan menciptakan api unggun. Kemudian, menguliti dan memisahkan bagian-bagian tubuh hewan tersebut.
Taki Garaki mengeluarkan panci lalu mengambil air di sungai. Sambil merebus air, Taki Garaki menyiapkan bumbu halus dengan rempah-rempah sederhana lalu memasukkannya. Aroma sedap masakan pun tercium di udara.
Tak hanya memasak rebusan, Taki Garaki juga menyiapkan bumbu halus untuk daging panggang. Meskipun sederhana dan apa adanya, namun aroma sedap masakannya tercium lezat di hidung.
Di tengah kegiatan memasaknya, Taki Garaki terkejut saat mendapat pesan telepati. Dinyatakan ada seseorang yang meminta izin melewati perbatasan. Lokasi tersebut tepat di sebrang sungai, dimana Taki Garaki sedang duduk.
Dari sebrang sungai, Joashua melambaikan tangan ke arahnya. Dia memperlihat Giok Penanda sebagai bentuk meminta izin melewati perbatasan. Setelah itu, Joashua pun berlari di atas sungai dan tiba di sampingnya.
"Ku pikir kau mungkin akan bermalam setelah pertarungan sebelumnya. Jadi, aku memutuskan kemari untuk menemanimu," sapa Joashua sambil tersenyum tipis. Matanya memandang ke sekitar, dimana dalam radius lima ratus meter pohon-pohon tampak mengering. Bahkan ada juga yang terbakar karena dampak pelepasan kekuatan Taki Garaki.
Taki Garaki tersenyum tipis lalu berkata, "Jadi kau melihatnya ya. Aku benar-benar terkejut tak dapat merasakan hawa keberadaanmu," ucapnya.
"Tekhnik itu bukan sesuatu yang bisa ku abaikan. Bukan hanya aku, bahkan yang lain pun juga melihatnya," jelas Joashua sambil menyentuh pinggangnya.
"Aku takut kau justru menimbulkan kerusakan besar pada hutan. Jadi, aku kemari untuk menemuimu secara langsung. Aku tahu kau pasti akan bermalam di sini, apalagi setelah pertarungan seperti itu,"tambah Joashua.
Taki Garaki tertawa kecil sambil memegang perutnya lalu berkata, "Aku takkan berani melakukan kerusakan pada hutan. Para orang tua itu pasti akan mengomel sepanjang hari, jika tahu aku melakukannya," jawab Taki Garaki sambil tertawa. Joashua pun ikut tertawa mendengarnya.
"Lalu, bagaimana dengan pencarianmu terhadap Asta...?" tanya Joashua penasaran.
Taki Garaki terkekeh sambil menunjuk ke tulisan di tanah yang ditinggalkan Joashua tertawa terbahak-bahak setelah membacanya. Ternyata, semua itu hanya ujian yang ditinggalkan Ace untuk Taki Garaki.
"Daripada kau langsung kembali, lebih baik tetaplah di sini bersamaku. Aku baru saja membuat banyak masakan di sini," ucap Taki Garaki menawarinya makanan.
"Kau berkata tak dapat merasakan hawa kehadiranku, tapi kau malah membuat masakan begini banyaknya. Sebenarnya, kau bisa merasakan hawa kehadiranku atau tidak?" Tanya Joashua sedikit bingung dengannya yang menyiapkan begitu banyak masakan.
"Aku hanya menebaknya. Tak ku sangka kau benar-benar kemari," jelas Taki Garaki sambil tersenyum tipis.
Setelah hidangan matang, mereka pun mulai memakannya bersama. Di bawah terangnya sinar bulan purnama dan angin sepoi-sepoi yang berhembus.
---
Keesokkan harinya di rumah Asta. Ace terlihat sibuk kesana-kemari kemari, mengambil berbagai bahan masakan. Serigala putih itu, tampak sibuk dengan masakannya pagi hari tersebut.
Ace memasukkan irisan bawang ke dalam rebusan yang mendidih. Disampingnya, Flares tengah memotong kecil-kecil daging untuk dimasak. Koneksi antara keduanya dalam membuat masakan, terlihat begitu serasi.
Ace menoleh ke kamar Asta dengan malas, dia berkata, "Bocah itu, lebih pemalas dari seekor babi. Sejak kemarin, dia belum bangun juga," ucapnya.
"Kau bangunkan dia. Mumpung masih ada waktu untuknya mandi sebelum makan," ucap Flares menyuruhnya. Tatapannya tampak fokus pada pisau dan daging.
Ace menghembuskan nafas malas sambil berjalan dengan dua kaki. Tangannya bercekak pinggang, matanya menyipit melihat Asta yang masih tertidur.
Ace berjalan masuk ke dalam, dia melompat dan mendarat di perut Asta dengan kakinya.
"Ukhh! Ace... Kau... sangat... kasar..." rintih Asta sambil memegang perutnya.
Ace turun dari atas perutnya sambil berkata, "Tak usah banyak berkata-kata. Cepat bangun, dan mandi. Sarapan akan segera siap sebentar lagi," ucapnya pada Asta. Setelahnya, Ace pun kembali ke dapur.
Asta bangkit dan duduk di pinggiran kasur, sambil mengucek matanya. Sesaat berdiri, dia merasakan sesuatu yang mengganjal dibenaknya. Seperti ada hal aneh yang terlewat, namun entah apa.
Asta menyentuh dagunya, sembari berusaha mengingat apa yang dilupakannya. Beberapa saat kemudian, dia pun mengingat. Apa yang seharusnya terjadi pada dirinya.
"Apa yang terjadi? Bukankah, Elf berambut biru salju itu telah membunuhku? Kenapa aku ada di sini sekarang?" Gumam Asta bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Karena ulahnya yang melanggar hukum perbatasan, Asta sangat yakin, bahwa dia telah mati ditusuk di bagian perut. Namun ketika memeriksa tubuhnya, tak ada luka sama sekali di sana. Asta semakin heran dengan itu.
Asta menepuk-nepuk pipinya, dengan perasaan bingung. Apakah saat ini dia tengah bermimpi, atau justru kejadian itu hanyalah mimpi?
"Mustahil! Ini semua pasti bukan mimpi. Pasti Ace yang menyelamatkanku saat itu. Jika ini hanya mimpi, mustahil aku bisa mengingat nama Elf berambut panjang biru salju itu. Aku mengingatnya, dia adalah Joashua Ramier sang Light Elf Guardian. Itu dia namanya," ucap Asta sambil memalu tangan.
Asta bangkit dari kasurnya. Bertepatan dengan suara ketukan pintu dari luar. Dia pun berjalan ke pintu masuk, untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi tersebut.
Asta membuka pintunya dengan mata terbuka lebar. Dia berkata, "Ku pikir siapa. Ada apa kau datang pagi-pagi begini?" Tanya Asta.
Kenshin menyipit memperhatikannya. Tiba-tiba tangannya bergerak memukul perutnya.
"Ukhh! Sialan! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Asta sedikit emosi. Tangannya memegangi perutnya.
"Seharusnya aku yang bertanya. Sebenarnya, apa yang sedang kau lakukan di hutan kemarin?! Apa kau gila?! Kau hampir membakar seisi hutan dengan kemampuanmu?!" Bentak Kenshin, membalikkan pertanyaan dengan nada marah.
Mendengar hal itu, Asta pun tersenyum canggung sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. Dia tak tahu harus mengatakan apa.
Kenshin masih menatapnya lekat dan berkata, "Aku kemari untuk menyampaikan pesan dari Senior Taki Garaki. Ku harap, kau tak melakukannya lagi. Orang-orang tua itu akan kemari sambil marah-marah, kalau mereka tahu terjadi kebakaran di hutan. Mungkin kau tak pernah tahu, tapi jika itu aku, aku pasti pingsan mendengarkan omelannya sepanjang hari," ucap Kenshin.
Asta mengerutkan dahi bertanya, "Orang-orang tua? Maksudmu?" Tanya Asta mengulanginya.
"Mereka adalah Dewan Provinsi. Orang-orang yang bertugas mengatur keamanan dan ketenteraman. Bukankah dulu aku pernah memberitahumu akan hal ini? Mengapa kau melupakannya!" Ucap Kenshin geram sambil memukul kepala Asta ringan.
"Aduhh!! Iya, aku ingat sekarang!" Pekik Asta sambil memegangi kepalanya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Tak ada hal lain yang bisa kusampaikan lagi padamu," ucap Kenshin lalu berbalik arah dan melambaikan tangannya.
Asta pun mengangguk mengerti dan memasuki rumahnya. Aroma sedap masakan memenuhi ruangan di rumahnya. Asta pergi ke dapur untuk melihat, apa saja yang Ace dan Flares siapkan pagi ini.
Asta berdiri di samping pintu sambil memegang saka, dia bertanya, "Guru. Kau kemana kemarin? Apa kau tak tahu muridmu hampir saja mati dibunuh!" Ucap Asta kesal, mengingat kemarin Flares tak membantunya sama sekali.
Flares hanya tersenyum tipis sambil menggaruk pipinya, dia pun menjawabnya dengan kata, "Guru kelelahan. Karena itu, Guru baru bisa keluar pagi ini," alasannya.
Asta mendengus kesal dan berjalan ke kamar mandi sambil berkata, "Aku tak percaya. Guru pasti sengaja melakukannya," ucapnya lalu mandi.
Flares hanya tertawa kecil melihatnya muridnya itu merajuk. Flares mempunyai alasan tertentu, yang membuatnya tak dapat keluar saat itu..
Sementara Asta mandi, mereka berdua menyiapkan makanan yang sudah dimasak di meja. Tak lama kemudian, Asta pun keluar dengan wajah segar. Ace kemudian memanggilnya agar duduk di kursi dan makan bersama.
"Guru benar-benar terkejut, hanya karena peristiwa kemarin kultivasimu jadi meningkat pesat. Sekarang, kau hanya perlu melakukan Pemurnian Roh untuk menerobos Ranah Ahli secepatnya," ucap Flares di sela-sela sarapannya.
"Itu memang benar, tapi sebagai bayarannya aku hampir saja terbunuh," balas Asta ketus.
Mereka berdua pun tertawa mendengar ucapannya. Sambil makan, Ace mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dari mulai Asta tak sadarkan diri, hingga Ace menemukannya.
---
"Sejujurnya, aku mencintaimu dengan apa adanya. Ternyata, kau pakai guna-guna,"
-snjy_3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Slamet Riyanto
t
2023-04-03
0
Slamet Riyanto
yt..y6d k 7mmjh lmi
k8muhf
2023-04-03
0
jeck
waduuh kenapa jadi gak jelas begini ceritanya thor
2022-12-14
1