"Perhatian untuk para pembaca terhormat! Ceritaku ini, sedang dalam fase Revisi.
Jika kalian tak menemukan kalimat ini di awal chapter, dimohon untuk tidak meneruskan. Karena itu artinya, Chapter tersebut masih belum direvisi dan berantakan isinya.
Sekian dan terima kasih."
-snjy_3
---
Helio Utake kembali dengan teko air dan dua gelas minum untuk mereka berdua. Helio memberikan dua gelas itu kepada mereka sambil bertanya, "Bagaimana, Asta? Apa kau tertarik mendalami ilmu seni berpedang?" Ucapnya antusias.
Asta menaruh kembali gelasnya setelah minum. Tangannya bergerak mengacak rambutnya.
"Seni berpedang cukup menarik dan sangat mendalam. Namun..." Asta tak melanjutkan ucapannya sambil melirik ke arah Kenshin yang baru selesai minum.
"Apa...?" Tanya Kenshin sambil menaruh kembali gelasnya di tanah.
Asta kembali menatap wajah antusias Helio Utake sambil berkata, "Aku melihat ada banyak celah di setiap gerakannya," ucapnya sambil menunjuk ke arah Kenshin. Kenshin hanya tertawa menanggapinya.
Helio Utake mengerutkan keningnya, namun tetap mendengarkan.
"Aku bisa saja mematahkan serangannya dengan metode yang sederhana. Hanya saja, respon tubuhmu masih sangat kaku dalam pertarungan seperti ini," tambah Asta sedikit ragu untuk mengatakan hal tersebut.
Kenshin semakin tertawa mendengarkan alasan yang Asta ucapkan. Sambil tertawa Kenshin berkata, "Berhentilah bersikap sok hebat, Asta. Menyangkal sebuah kekalahan bukan sifat yang dimiliki oleh lelaki sejati," ucapnya masih tertawa. Bagi Kenshin, alasan yang Asta katakan hanyalah asumsi agar dia kembali percaya diri.
Helio Utake masih belum mengerti akan apa yang Asta maksudkan dan apa hubungannya itu dengan pertanyaannya sebelumnya. Helio pun bertanya sekali lagi untuk memastikan, "Jadi, dengan metode bertarung seperti apa agar kau bisa mematahkan serangan Kenshin? Apa metode itu juga yang saat ini ingin kau pelajari, Asta?" Ucapnya.
"Paman bisa memberikanmu Seni Surgawi yang mungkin cocok untuk kau pelajari. Sekalipun kau merasa kesulitan, Paman akan membantumu untuk mempelajarinya. Selama itu bukan seni pengendalian roh elemen, karena setiap roh memiliki cara dan metode yang berbeda untuk dapat dikendalikan," tambahnya.
"Paman, aku tertarik mempelajari seni bertarung tangan kosong. Tangan beserta kakiku adalah senjata terkuat yang menemaniku sedari lahir. Apa Paman punya tekhnik pertarungan seperti itu?" Ucapnya merasa yakin.
Asta tak begitu khawatir soal tekhnik bertarung, lagipula Flares sudah berjanji akan mengajarinya seni pengendalian roh elemen tingkat tinggi. Yang ingin Asta lakukan saat ini adalah membalas kekalahannya dari Kenshin.
"Paman memang tidak terlalu mahir dalam pertarungan tangan kosong. Tapi, Paman masih bisa membantumu berlatih untuk mempelajarinya. Tunggu di sini, Paman akan mengambil Seni Surgawi itu," ucapnya lalu pergi ke dalam.
Asta menuangkan kembali air ke dalam gelas dan meminumnya. Kenshin ikut menuangkan air ke dalam gelas dan meminumnya juga. Di sisi lain, Ace terlihat damai tertidur pulas sedari awal mereka tiba di halaman belakang.
Helio Utake keluar dengan membawa dua gulungan Seni Surgawi berwarna emas dan hitam. Helio kemudian menyodorkan dua gulungan ini kepada Asta sambil menjelaskan, "Hanya ini yang bisa Paman berikan untukmu. Gulungan emas ini, adalah Seni Surgawi Rendah Emas, Pukulan Peremuk Raga. Tekhnik bertarung yang meningkatkan daya serang dan penghancur pada setiap pukulan sebanyak dua kali lipat," ucapnya sambil memberikannya.
Asta menerima kedua gulungan ini dengan senang. Namun, dia masih belum tahu mengenai isi gulungan yang satunya. Asta pun bertanya, "Lalu, apa yang tertulis ada gulungan hitam ini?" Ucapnya.
Helio Utake tampak tersenyum menunggu Asta menanyakan hal tersebut. "Gulungan ini adalah Seni Surgawi Langit Hitam, Kultivasi Api Membara. Tekhnik ini khusus Paman berikan untuk membantu proses penyempurnaan kultivasimu. Di dalamnya, tercatat metode pernafasan lanjutan untuk menyerap sumber surgawi dengan lebih baik. Tak hanya itu, kelebihan lainnya tekhnik ini adalah membantumu memahami tentang konsep dasar elemen roh api dengan lebih baik," ucapnya.
"Terima kasih, Paman!" ucap Asta sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
"Ace, ayo bangun. Aku sudah selesai di sini," ucapnya sambil menggoyang-goyangkan badan Ace.
Karena tak ada hal lain lagi yang harus dibicarakan, Asta kemudian pamit pada mereka berdua untuk pulang dan berlatih.
Setelah Asta pergi meninggalkan kediamannya, Kenshin menghembuskan nafas panjang sambil berkata, "Itu sebabnya pedangku terasa sangat panas ketika di pegang. Aura alaminya saja memiliki dampak yang lumayan kuat, bagaimana jika dia memakai esensi rohnya?" Ucapnya.
"Daripada terus memikirkannya, lebih baik fokus pada peningkatanmu sendiri. Apa yang Asta katakan sebelumnya memang benar. Kau masih memiliki banyak celah dan kekurangan di setiap gerakanmu. Kalau kau tak segera mengatasinya, dia akan menyusulmu dengan segera," ujar Helio memberikan nasehat kepada Kenshin.
Kenshin menganggukan kepalanya mengerti. Dia tak bisa bermalas-malasan lagi saat ini. Dia harus meningkatkan kemampuannya secepat mungkin agar Asta tak dapat menyusulnya.
Kenshin memandangi bilah pedangnya yang sedikit berubah bentuk. Aura alami Asta mempengaruhi pedang tersebut hingga sedikit meleleh.
---
Asta sebenarnya tak pulang ke rumah. Asta berlari ke arah hutan dengan perasaan menggebu-gebu. Dia tak sabar untuk mempelajari Seni Surgawi pemberian Helio Utake.
Di tempat dimana Asta biasa berlatih, dia duduk dan membuka pengait gulungan berwarna hitam. Andrenalinnya terpacu untuk segera mempelajarinya.
"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Flares yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
"Tentu saja! Ini adalah hadiah dari Paman Helio untukku. Bagaimana mungkin aku tidak mencobanya?" Ucap Asta lalu mulai mengikuti setiap langkah yang tertulis dalam Seni Surgawi Api Membara.
Saat Asta mempraktikkannya, sensasi energi dingin mengalir di setiap sekujur tubuhnya melalui darah sebagai perantara. Asta terlihat damai dan tenang mempraktikkannya hingga tak terasa beberapa jam sudah terlewati.
"Bukankah ini terlalu mudah?! Sekarang, aku hanya setengah langkah menuju Master Roh Pemula! Tapi, ini masih belum cukup. Aku masih harus lebih kuat lagi!" Asta menyelesaikan proses kultivasinya dan beralih membuka gulungan berwarna emas.
Flares tersenyum melihat tekad yang Asta tunjukkan. Dia merasa tidak enak untuk mengganggunya saat ini. Jadi, Flares membiarkannya menikmati saat-saat bersemangatnya itu.
"Dengan ini, jalanku menuju puncak tidak akan lama lagi! Ayah! Ibu! Tunggu aku! Aku pasti akan membalaskan dendam kalian berdua!" Seru Asta dengan keras.
---
Keesokan paginya, Kenshin terburu-buru menuju ke hutan dengan sebilah pedang yang dia bawa. Kesha Timber yang memergokinya terlihat mengerutkan keningnya. Sangat jarang terjadi, Kenshin Utake terlihat dengan langkah yang tergesa-gesa. Kenshin seperti tidak mencerminkan sikap kebiasaannya.
Kesha Timber kemudian berteriak ke arahnya, "Kenshin! Kau ingin pergi kemana dengan pedang itu?!" Ujarnya.
---
Gadis cantik berpita ini adalah Kesha Timber. Usianya menginjak 7 tahun saat ini. Kesha memiliki rambut yang panjangnya sepunggung. Dia biasa membiarkan rambut rambut berwarna vanila miliknya terurai di belakang. Kesha memiliki sorot mata yang lembut. Dengan pupil matanya yang berwarna vanila, menambahkan kesan meneduhkan. Kesha berkulit putih bersih.
Selain itu, Kesha memiliki rasa simpati dan kasih sayang yang tinggi terhadap sesama. Dia sangat ceria, cenderung khawatir dan suka memasak.
---
Kenshin memutar kepalanya sambil berkata, "Aku hendak berlatih di hutan. Apa kau mau ikut? Aku yakin Asta saat ini juga berada di sana," ucapnya sambil menghentikan langkahnya.
Kesha berlari mendekati Kenshin dan berkata, "Ehh, kau serius?! Aku sudah tidak pernah melihatnya dalam beberapa bulan ini. Padahal dia sangat menolak keras ajakanku saat itu," ucapnya terkejut.
"Kau pasti terkejut jika melihat perubahannya," ucap Kenshin sambil tersenyum.
"Baiklah. Jika begitu, aku ikut. Aku juga ingin melihat perkembangannya selama 3 bulan ini." Ucapnya sambil mengangguk.
---
Suasana hutan terasa alami dan menenangkan hati. Semilir angin menambah kesejukan udara dan pikiran. Ketenangan ini, seolah menutupi akan sisi bahaya dari hutan.
Tak begitu sulit untuk mencari keberadaan Asta. Begitu mereka berdua memasuki hutan, terdengar suara keributan yang dihasilkan olehnya.
"Bukankah itu suaranya?" Ucap Kesha sambil menunjuk ke arah suara Asta berasal.
"Ya, itu memang dia. Tapi, sedang apa dia berbicara sendirian?" Timpal Kenshin bingung.
Mereka kemudian mengendap-endap untuk memergoki apa yang sebenarnya Asta sedang lakukan. Kesha menarik Kenshin agar bersembunyi dibalik salah satu pohon.
"Kenshin! Apa yang temanmu itu sedang lakukan?" bisik Kesha sambil mengintip Asta bersama Kenshin.
Kenshin memegang dagunya sambil berkata, "Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang dilakukan oleh bocah 7 tahun itu. Hei! Dia juga temanmu!" Balas Kenshin.
"Kita juga masih 7 tahun, bodoh! Selain itu, kita harus bergegas memanggil ayahmu," ajak Kesha pada Kenshin.
Kenshin mengernyitkan dahinya sambil melihat perilaku Asta, "Tunggu dulu. Apa mungkin ini berhubungan dengan Asila Moegi?" Ucap Kenshin menyimpulkan.
Kesha memegang dagunya sambil mengangguk dan berkata, "Mungkin saja," ucapnya.
"Kalau begitu, ayo kita cari Moegi sekarang!" Tambah Kesha sambil menarik tangan Kenshin dengan sorot mata khawatir.
Namun, Asta menyadari kehadiran mereka berdua sebelum mereka pergi. Asta melepaskan anak panah ke arah mereka berdua.
Kenshin yang terkejut langsung menarik pedangnya untuk menghadang laju panah tersebut. Jantungnya berdebar kencang, hampir saja panah itu mengenai bahu kanan Kesha.
Asta menyipitkan matanya menatap tajam ke arah mereka sambil berkata, "Tidak sopan mengintip seseorang dari kejauhan seperti itu!" Ucapnya.
-
"Guru! Mengapa kau tidak memberitahuku kalau mereka ada di sekitar sini?" Ucap Asta bertanya melalui telepati.
"Kau lihat?! Sekarang bagaimana aku harus memberikan alasan kepada mereka berdua?!" Tambahnya.
Flares tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya, "Katakan saja sedang latihan drama," ucapnya memberikan saran konyol. Ace bahkan ikut tertawa mengikutinya.
---
Kenshin memasang wajah sedikit kesal sambil memasukkan kembali pedangnya, "Apa kau menyimpan dendam padaku perihal kemarin?" Tanya Kenshin sambil berjalan mendekati Asta.
Kesha langsung berlari dengan tergesa-gesa dan berdiri di samping Asta. Mata Kesha membulat sempurna dan mulutnya terbuka lebar. Kesha menutup mulutnya dengan tangan. Kesha menunjukkan ekspresi wajah yang terkejut.
Kesha mengukur tingginya dengan Asta lalu berkata, "Tidak mungkin! Bagaimana kau bisa berkembang begitu cepat hanya dalam waktu 3 bulan?!" Kesha benar-benar tak percaya bahwa sekarang Asta jauh lebih tinggi darinya.
Asta tersenyum kaku ditanya seperti itu. Sulit untuk menjelaskannya secara rinci.
Kesha memandangi Asta dari atas hingga ke bawah secara seksama. Sampai akhirnya Kesha menyadari, bahwa Asta tengah menyembunyikan perkembangan kultivasinya.
Kesha tersenyum kecut sambil berjalan pergi, "Aku pergi! Bagaimana bisa aku kalah darinya yang baru berlatih satu hari?" Ucapnya kesal. Kesha tentu tak bisa diam melihatnya setengah langkah lagi untuk menerobos Ranah Pemula.
"Kesha, kau mau pergi kemana?!" Tanya Kenshin bingung, melihat perubahan sikapnya yang tiba-tiba berubah.
"Hmph! Aku juga akan berlatih!" Balasnya sambil mendengus kesal.
Bunyi langkah kaki tiga orang anak terdengar berisik tak jauh dari arah depan Kesha. Dia menyipitkan matanya untuk melihat siapa saja yang juga datang.
Tiga orang anak itu satu diantaranya adalah perempuan. Perempuan itu adalah Asila Moegi. Lalu, dua lelaki disampingnya adalah Shiro Nekoshi serta Zaraki Onoki. Zaraki adalah yang paling berisik diantara mereka bertiga.
---
Gadis manis yang memiliki sorot mata tajam berwarna emas itu adalah Asila Moegi. Usianya menginjak 7 tahun saat ini. Moegi memiliki rambut panjang berwarna hitam yang selalu terikat di bagian atasnya. Kesha memiliki kulit putih bersih.
Asila Moegi memiliki sifat mudah emosi dan terkesan jutek. Sekalipun demikian, Asila Moegi memiliki sifat peduli yang besar terhadap sesama.
Sosok tenang yang berada di sampingnya itu adalah Shiro Nekoshi. Usianya menginjak 7 tahun saat ini. Shiro memiliki pupil mata dan rambut pendek yang sama-sama berwarna hitam. Shiro memiliki kulit berwarna putih bersih.
Shiro Nekoshi memiliki pembawaan yang tenang dan terkesan pendiam. Shiro seperti sosok misterius yang sulit ditebak jalan pikirannya. Instingnya selalu lebih cepat dari kebanyakan orang. Meski demikian, Shiro adalah sosok yang paling royal dalam persahabatan.
Lalu sosok cerewet berambut oranye di sampingnya adalah Zaraki Onoki. Usianya menginjak 7 tahun saat ini. Zaraki memiliki pupil mata yang sama dengan warna rambutnya. Kulitnya berwarna cokelat terang.
Zaraki Onoki adalah yang paling usil dan cerewet. Dia paling aktif dan tak mau diam. Selain itu, Zaraki juga sangat gegabah dan ceroboh. Berpikir singkat dan tak mau berpikir jauh. Meski begitu, Zaraki memiliki sifat kepedulian terhadap sesama.
---
Melihat kedatangan mereka bertiga, Kesha mengurungkan niatnya untuk berlatih. Kesha berlari ke arah Moegi dan menariknya dengan cepat, "Moe! Cepat kau harus ikut aku sekarang!" ajak Kesha memaksa.
Moegi mengangkat kedua alisnya sambil berkata, "Ada apa? Tunggu! Tunggu dulu, Kesha!" ucapnya tak sempat keburu Kesha menariknya paksa.
Shiro menyipitkan matanya untuk melihat sosok yang tak jauh di depan mereka. Zaraki penasaran dan ikut memandang ke arah mana Shiro melihat. Mereka berdua tersenyum tipis melihat ke arah Asta.
"Setelah sekian lama, akhirnya kita bisa berkumpul seperti ini lagi," ujar Zaraki Onoki dengan antusias lalu berlari menuju Asta.
Kesha menarik Moegi ke arah Asta. Mata Moegi membulat sempurna, senyuman kecil merekah di wajahnya. Bertemu dengan Asta adalah kesempatan yang dia tunggu-tunggu.
"Kesha, lepaskan tanganku. Aku bisa berlari ke sana sendiri. Lagipula, aku sudah sangat lama ingin bertemu dengannya," ucap Moegi sambil tersenyum senang.
"Baiklah. Kalau begitu, ayo cepat!" Ucap Kesha lalu melepas genggaman tangannya.
"Tentu saja!" Moegi langsung melesat dengan cepat sekuat tenaga ke arah Asta. Kesha sampai tercengang tak percaya melihat Moegi begitu ingin menemui Asta.
Asta yang saat itu sedang berbincang dengan Kenshin, seketika merasakan firasat bahaya sedang bergerak mendekat.
Asta menoleh ke sisi kanannya. Wajahnya sangat terkejut melihat sosok Moegi yang melesat dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya. Bulu kuduknya bergidik ngeri. Tubuhnya langsung merespon dengan mengirimkan getaran di setiap sarafnya.
Asta mengambil busurnya dan bersiap untuk pergi sambil berkata, "Sialan! Jika ku tahu kau membawa masalah, aku takkan mau berbicara denganmu saat ini," ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut secepat-cepatnya.
"Ace, ayo pergi!" teriaknya membangunkan Ace.
Kenshin mengerutkan kening sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal. Dia tak paham dengan maksud perkataannya tersebut.
"Brengsek! Ingin lari kemana kau, keparat!" teriak Moegi sambil berlari dengan kecepatan tinggi mengejar sosok Asta yang kian menjauh.
Kenshin begitu terkejut saat Moegi melesat dengan cepat lewat di hadapannya. Kenshin menoleh ke samping dan menemukan Kesha yang juga nampak terkejut.
Kesha menatap Kenshin penuh tanya sambil bertanya, "Sebenarnya apa yang telah terjadi diantara mereka berdua?" tanya Kesha.
Kenshin menggeleng pelan sambil menjawab, "Aku pun tidak tahu. Sepertinya ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari kita semua," ujar Kenshin.
Shiro dan Zaraki kemudian menghampiri mereka berdua. Shiro sudah mengetahui apa yang terjadi antara Asta dan Moegi dari Zaraki. Jadi, Shiro tak begitu terkejut melihatnya.
Melihat kebingungan mereka berdua, Zaraki pun memberitahukan kejadiannya, "Saat sedang berlatih, aku tak sengaja mendengar teriakan Moegi. Aku hanya mendengar Moegi berteriak, bahwa Asta mengintipnya yang sedang mandi di air terjun. Itu kejadiannya," ucapnya menjelaskan.
Keduanya menatap Zaraki tajam. Kenshin merasakan kejanggalan dari cerita tersebut.
"Aku curiga kau tidak sedang berlatih saat itu," ujar Shiro menuduhnya.
"Mana mungkin! Tentu saja aku sedang berlatih!" Ucap Zaraki menampik tuduhan tersebut.
"Aku setuju denganmu, Shiro," ujar Kenshin sambil menatap tajam mata Zaraki.
Mereka mengenali sifatnya dengan baik. Besar kemungkinan, cerita yang Zaraki katakan adalah versi yang telah dia rubah. Mereka menduga kuat, bahwa saat itu Zaraki yang sedang mengintip Asila Moegi. Lalu kebetulan, Asta lewat secara tak sengaja sehingga Moegi menuduhnya mengintip.
---
Banyak hal berlalu dengan begitu cepat. Kini sudah 3 tahun berlalu, sejak Asta memutuskan untuk berkultivasi.
Suasana pagi hari tampak cerah dan damai seperti biasanya. Kicauan burung mengiringi terbitnya matahari dari arah timur.
Rumah Asta tampak sepi tak berkehidupan. Dia masih tertidur pulas sambil memeluk bantal di kamarnya. Ace memasuki ruangan sambil berdiri dengan dua kaki. Mata serigala itu memicing tajam, melihat Asta yang begitu enggan meninggalkan kasurnya.
Ace naik ke atas kasur. Dia melompat ke atas perutnya sambil berteriak, "Bangun! Anak nakal!" Teriaknya membangunkan Asta.
"Ukhh!!! Ace... Kau terlalu kejam..."Asta bangkit sambil merintih sakit. Dia memegangi perutnya yang baru saja Ace lompati. Flares tertawa terbahak-bahak melihatnya dijahili.
Asta memasang ekspresi masam melihat mereka berdua. Tiada sehari pun tanpa keusilan dari mereka.
Ace kemudian berjalan meninggalkan ruangan dengan sikap tak acuh. Dia merasa apa yang dilakukannya adalah benar.
"Dasar menyebalkan!" Ucap Asta sebal melihatnya pergi begitu saja.
Sementara Asta membersihkan dirinya, mereka berdua memasak makanan di dapur. Aroma masakan yang lezat bertebaran di udara, membangkitkan selera makan siapapun yang menciumnya.
Ace menyendok sup buatannya sambil mengajak Flares untuk ikut mencicipinya, "Bagaimana rasanya?" tanya Ace mengenai masakannya.
Flares menganggukan kepala setelah mencicipi sup tersebut lalu berkata, "Sudah pas," ucapnya.
Asta muncul dari balik kamar mandi dengan wajah segar dan senyuman ceria. Asta mengelap rambutnya yang masih basah sambil berjalan ke arah mereka berdua.
Mereka bertiga kemudian meriung di meja makan sarapan bersama. Mereka bertiga makan dengan lahapnya pagi itu.
Setelah sarapan selesai, Flares menyodorkan sebuah buku kepadanya sambil bertanya, "Asta, apa keputusanmu?" Ucapnya.
Asta tersenyum meyakinkan sambil meraih buku tersebut, "Mana mungkin murid ini mengabaikan permintaan Guru? Lagipula, aku sudah tidak sabar untuk meninggalkan desa ini. Semakin hari, Moegi bertambah kuat dan menakutkan," ucapnya.
Asta begitu bersemangat saat melihat sampul buku tersebut. Dia tak menyangka, Flares benar-benar mempercayakan Kitab Surgawi ini kepadanya.
---
Buku yang ku ambil dari tangan Guru adalah Kitab Dewa Api Kegelapan, salah satu Kitab Surgawi Tanpa Tanding yang terkenal akan kehebatannya.
Kitab Surgawi tak berbeda dengan Seni Surgawi. Karena Kitab Surgawi adalah buku yang berisi kumpulan Seni Surgawi di dalamnya. Setiap Kitab Surgawi yang tersebar di penjuru dunia, merupakan kumpulan dari Seni Surgawi Dewa Hitam. Itulah mengapa disebut sebagai Kitab Surgawi Tanpa Tanding.
---
Mereka berdua tertawa mendengar keluhan kecilnya. Setiap hari dalam waktu 3 tahun ini, Asta selalu bersiaga setiap saat. Kehadiran Asila Moegi sudah seperti ancaman tersendiri baginya. Karena setiap kali mereka bertemu, Asta selalu berakhir dengan babak belur.
"Namun, kau harus tau terlebih dulu. Perihal untuk membantu Guru bukanlah hal mudah. Akan ada banyak rintangan serta musuh-musuh kuat di jalan. Apa kau benar-benar yakin?" Tanya Flares sekali lagi mempertanyakan keyakinannya.
Asta menarik Ace dan mendekapnya gemas sambil berkata, "Selama ada Ace, siapapun itu takkan pernah bisa membuatku gentar," ucapnya lalu mencium Ace dengan gemas.
Ace yang merasa terganggu dengan itu tentu tak diam, "Akhh!! Cepatlah menyingkir bodoh!" Ucapnya kesal sambil memukul Asta dengan kakinya.
Asta melepaskan Ace dari dekapannya sambil bertanya pada Flares, "Memangnya hal apa yang membuat Guru sangat ingin melakukannya?" Tanya Asta penasaran.
Selama ini, Flares hanya berkata bahwa dia mempunyai sebuah permintaan bantuan. Hanya saja, dia tak pernah mengatakan bantuan apa yang dia butuhkan.
Flares mengangkat telunjuknya sambil berkata, "Hanya satu hal sederhana, Guru ingin sebuah tubuh baru. Hal itu hanya dapat diciptakan oleh penempa dan peracik. Karena itu, Guru ingin memintamu menjadi peracik sekaligus penempa," jelasnya.
Asta mengerutkan keningnya tak percaya sambil bertanya, "Guru, kau ingin hidup kembali?! Apakah itu benar-benar hal yang mungkin dilakukan?!" Ucapnya bertanya.
Flares menggelengkan kepala dan jarinya sambil berkata, "Aku belum mati sepenuhnya. Sekalipun hanya sisa-sisa jiwa, tapi ini cukup untuk membuktikan bahwa Guru masih hidup. Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mempertahankan avatar jiwanya seperti Guru," jelasnya.
Asta menghembuskan nafas kecewa, dia berpikir ayah dan ibunya juga dapat dihidupkan kembali. "Sudah kuduga itu mustahil," ucapnya.
"Asta, mereka hanya menghilang, bukan terbunuh. Masih ada kesempatan untuk mencari tahu keberadaan mereka," ucap Flares memberinya kata-kata semangat.
"Apa yang dikatakannya itu memang benar. Kau terlalu cepat mengambil kesimpulan mengenai kedua orangtuamu. Sekarang kemasi semua barang-barangmu dan masukan semuanya ke dalam cincin penyimpanan," ujar Ace lalu mengajaknya membenahi barang-barang keperluannya.
"Eh?! Mengapa begitu terburu-buru? Bukankah kita akan pergi setelah aku mencapai Ranah Ahli...?" tanya Asta kaget.
---
Cincin Penyimpanan, adalah sebuah artefak yang diciptakan oleh para penempa untuk keperluan menyimpan barang. Cincin Penyimpanan atau yang memiliki nama lengkap sebagai Cincin Jade Samudera, adalah artefak yang terbuat dari material batu ruang dan waktu. Cincin ini dapat menyimpan segala benda apapun kecuali makhluk hidup yang masih bernyawa.
Banyaknya kotak di dalam cincin penyimpanan, dipengaruhi oleh tingkatan cincin tersebut. Luas setiap kotak dalam Cincin Penyimpanan adalah 100 meter persegi. Misalnya, Cincin Penyimpanan level 1 hanya memiliki satu kotak. Jika levelnya 2, maka berisi dua kotak.
---
Selesai mengemas barang, Asta pergi ke rumah Helio Utake bersama Ace. Flares saat ini tertidur pulas di kalung cincin yang Asta kenakan.
Dari luar kediaman, Asta melihat Kenshin sedang duduk sendirian dan melamun. Matanya tertuju pada secangkir teh yang ada di hadapannya.
Kenshin tak menyadari kehadirannya sama sekali. Sampai dia mengambil dan meminum tehnya, "Sahabatku, kau memang perhatian," ucapnya sambil meletakkan gelas teh itu kembali.
Kenshin terkejut sambil bertanya, "Dari mana kau datang?! Ucapnya lalu bangkit berdiri.
Asta menunjuk arah dimana rumahnya berada, "Dari rumah. Daripada itu, apa Paman Helio ada?" Jawab Asta lalu bertanya kembali mencoba mengalihkan konteks obrolan.
"Dia tadi ada di sini," jawab Kenshin sambil meraih gelas tehnya tanpa melihatnya terlebih dulu. Saat gelas itu menghampiri mulutnya, barulah Kenshin sadar gelas tehnya sudah kosong.
"Apa kau haus?!" Ucapnya kesal sambil menaruh kembali gelasnya.
Asta tersenyum jahil sambil berkata, "Aku melihatmu sedang melamun, aku tak tega melihat tehnya mulai dingin. Jadi, aku meminumnya," jawabnya.
"Hah?! Apa kau bilang?!" Ucapnya kesal sambil menjewernya. "Apa kau tak punya sopan santun, haa?!!" Ucapnya dengan nada tinggi.
"Aduduhhh!!" Pekik Asta sambil berusaha melepaskan tangan Kenshin dari telinganya.
Kenshin melepaskan jewerannya sambil menatapnya kesal. Namun bukannya meminta maaf, Asta justru tersenyum usil ke arahnya.
Geram dengan perilakunya, Kenshin meraih pedang kayu yang berada di sampingnya. Refleks, Asta langsung melarikan diri. Hanya saja, Ace tiba-tiba menggigit celananya hingga Asta pun tersungkur ke tanah.
Kenshin tersenyum kecil sambil duduk di atas punggungnya sambil berkata, "Anak nakal sepertimu memang perlu diberi pelajaran," ucapnya.
"Ahhh! Brengsek! Apa yang kau lakukan?!" teriak Asta kesal. Kenshin tiba-tiba membuka celananya.
"Kau yang brengsek...!!" balas Kenshin mulai memukulkan pedang kayu itu ke pantat Asta.
"Ahh! Aduh! Baiklah, aku minta maaf! Aku minta maaf! Hentikan!!" seru Asta sambil meronta-ronta. Namun, Kenshin mendudukinya dengan kuat sehingga dia tak bisa bangun.
Kenshin mengabaikan teriakan Asta sambil melanjutkan pukulannya dengan lebih kua. Kenshin membalas ucapannya dengan kata, "Sudah terlambat sialan! Saatnya belajar!" Ucapnya.
"Bak! Buk! Bak! Buk! Bak! Buk!" Pedang kayu itu dengan keras mendarat di pantat Asta, diiringi bunyi pukulan yang berirama.
"Paman Helio...!!! Kenshin menyiksaku..!!! Padahal aku datang ke sini untuk mengatakan hal penting padamu...!! Paman! Di mana kau...?!" teriak Asta berusaha memanggil Helio Utake untuk meminta pertolongannya.
Kenshin menghiraukannya dan terus memukulnya. Hingga beberapa saat kemudian, datanglah Helio Utake sambil menggelengkan kepalanya pelan. Seperti biasa, dia selalu membawa nampan dengan makanan dan minuman.
Setelah melihat kedatangan ayahnya, barulah Kenshin berhenti. Asta buru-buru memasangkan kembali celananya sambil mendengus kesal.
"Ayo, mari kita makan dulu," ajak Helio Utake pada mereka berdua.
---
"Harapku ingin menggapaimu, tapi aku pendek. Itu katanya, bukan kataku,"
-snjy_3
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
lanjut baca
2023-05-26
1