Keesokan paginya Nabila bersiap-siap akan kembali ke Jakarta untuk kuliah. Nabila tidak berpamitan pada Briyan takutnya Briyan tidak rela atau semacamnya.
"Non makan dulu trus berangkat." Ucap bi Narti.
Di meja makan Tio bertanya.
"Lu yakin mau balik ke Jakarta?" Tanya Tio dengan mata bulatnya dan memakan nasi.
"Yakin," ucap Nabila dengan enaknya tanpa memikirkan perasaan Briyan.
Tio hanya mengangguk seperti orang gila yang sedang menikmati makanannya.
Setelah selesai makan Nabila berpamitan kepada bi Narti dan Tio.
"Bi Nabila berangkat dulu ya," sembari menyalami tangan bi Narti.
"Gw titip Briyan ya," sembari memeluk Tio anak bi Narti itu.
"Oke siap." Ucap nya menunjukkan senyuman yang begitu merekah.
"Jangan lupa jenguk Briyan ya." Pinta Nabila sembari masuk ke dalam taxi.
Nabila kemudian menoleh untuk melihat jawaban Tio atas permintaan nya, Tio mengangguk dengan penuh kegembiraan.
Nabila pun menjauh dari rumahnya. Bi Narti terlihat begitu kehilangan. Bi Narti mengusap air matanya yang terjatuh.
"Buk aku jenguk Briyan dulu." Langsung berlari ke garasi mengambil mobil Briyan.
Bi Narti kemudian masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan kesedihannya itu.
Tio langsung tancap gas.
Di dalam mobil Tio berkata,
"Napa sih tu anak pakek pergi segala?" Tanya nya bingung akan sikap Nabila yang menurut Tio sedikit aneh.
©©©
Sesampainya di rumah sakit, Tio langsung pergi keruangan Briyan di rawat. Di sana terlihat bahwa Briyan yang sedang melihat keluar jendela, entah apa yang sedang ia lihat.
"Briyan lu kenapa?" Wajah Tio begitu kebingungan.
"Gw nunggu pesawat yang membawa Nabila ke Jakarta." Ucapnya kembali ke ranjangnya.
Tio berjalan dengan tidak pasti ke arah Briyan dengan perasaan was-was.
"Tenang aja gw gak bakalan gigit lo ataupun nyakitin lo," ucap Briyan sembari tidur kembali.
Tio nampak sangat tidak tega melihat Briyan yang seperti ini.
©©©
"Maafkan aku Briyan," Nabila melihat ke arah dia datang tadi.
Dengan perasaan nya yang takut akan sesuatu namun Nabila menguatkan perasaan dengan berpikir bahwa semua itu tidak akan terjadi.
©©©
Di parkiran rumah sakit Tio menelpon orang tua Briyan namun tidak ada jawaban dari mereka entah mengapa nomor dari kedua tidak aktif.
Tio memutuskan untuk chat Rasya karena mungkin dia yang tau dimana orang tua Briyan mengapa telpon mereka tidak aktif.
Tio Griyandra
Woi kampret dimane lu
Bramasta Syahrasya
Ya dirumah lah begok. Gimane sih lu.
Tio Griyandra
Bisa ke rumah sakit gak?
Bramasta Syahrasya
Bisa Napa emang?
Tio Griyandra
Em anu lu bisa lacak orang kan melalui nomer handphone nya kan?
Bramasta Syahrasya
Bisa, okey gw otw tunggu y, lu dimane sekarang?
Tio Griyandra
Di parkiran rumah sakit.
©©©
Sambil menunggu kedatangan Rasya Tio mencoba menghubungi Bimo. Tio tidak menelpon nya karena dia malas untuk mendengar suara Bimo, ntah lah mengapa Tio seperti itu.
Tio Griyandra
Bim gimane keadaan Scorpions? Keadaan Hyena gimana?
Bimo Zalfano Ar
Sorry aja nih ya, Scorpions udah di bubarin sama Brayen dan Hyena juga dia ceramah beberapa hari lalu di GC Scorpions dan Hyena, disuruh tobat.
Tio Griyandra
Parah sih tuh abangnya Briyan. Adiknya sakit bukannya di temenin malah di tinggal ke Jakarta jemput Sandra.
Bimo Zalfano Ar
Emang iya?
Tio Griyandra
Iya bjerr, lu gak tau?
Bimo Zalfano Ar
Gak tuh:|
Tio Griyandra
Eh udah dulu ye, Rasya udah dateng.
Bimo Zalfano Ar
Read
©©©
Kedatangan Rasya membuat Tio menghentikan keasikannya ngobrol di WhatsApp dengan si Bimo.
"Woi ngape lu?" Tanya Rasya yang kebingungannya sudah mulai ia rasakan.
"Gak papa anjerr gw lagi chatan sama Bimo." Ucapnya dengan mata melotot.
Rasya menepuk pipi Tio karena tingkah seperti bocah yang kesurupan.
"Dia bilang apa?" Rasya mulai penasaran akan apa yang di sedang di bicarakan oleh teman teman nya tadi.
"Scorpions sama Hyena udah bubar, gak ada lagi geng." Sontak Rasya menendang ban mobil yang ada di sampingnya, entah mobil siapa yang ia tendang.
Karena tendangan tersebut pemilik mobil itu keluar yang mengejutkan keduanya.
"Bisa gak sih gak us--" perkataannya terhenti saat melihat Rasya dan Tio.
"Leny?" Tanya Tio yang masih melongo, Rasya hanya mendelik melihat kecantikan Leny.
"Iya gw Leny lu Tio sama Rasya kan?" Tanya Leni girang bertemu dengan teman mantannya itu.
"Akhirnya ketemu anjim lu dari mana aje? Kenapa ngilang lu?" Rasya mengintimidasi Leny.
"Ya sorry gw harus ikutin kemauan nyokap gw buat nikah diluar negri." Leny menjelaskan dengan singkat padat namun jelas.
"Suami lo dimana sekarang?" Tanya Tio melihat ke dalam mobil Leny lebih dekat.
"lu nyari apa geblek? Dia gak ada di mobil." Leny menepuk keningnya yang tidak terasa sakit sama sekali.
"Trus?" Tio begitu antusias ingin tahu tentang suami Leny.
"Tuh lagi di dalem lagi mengoperasi pasien." Reni menunjuk ruang operasi yang terlihat dari tempat parkir rumah sakit.
Terlihat mulut Tio dan Rasya yang membulat sok tau dan membentuk huruf o dengan kepala mengangguk seolah-olah mengerti segalanya.
Leni mengalihkan pembicaraan.
"Dimana Briyan?" Tanya nya yang heran karena biasanya Briyan selalu ada bersama sahabatnya itu.
"Lagi di rawat di dalem. Kalok mau jenguk jenguk aja. Di ruang mawar nomer 14 lantai 2." Tio menunjukkan alamat lengkap dari ruangan yang sedang Briyan tempati saat ini.
Leny kemudian berpamitan kepada keduanya untuk pergi ke dalam rumah sakit entah itu menemui suami nya atau menemui mantannya.
©©©
Tio menarik tangan Rasya pergi ke taman. Sesampainya di taman Tio menjelaskan,
"Lu bisa lacak kan pakek nomer telpon?" Tanya Tio memastikan.
Rasya hanya mengangguk
"Emang mau lacak siapa?" Rasya bertanya dengan pelan karena dia tidak mau rahasia hack nya terbongkar orang lain.
"Orang tua Briyan. Dari tadi gak bisa di hubungi padahal kemaren masih aktif dan kata Nabila orang tua Briyan bakalan jenguk Briyan. Tapi kayaknya sampai sekarang mereka gak datang." Jelas Tio panjang lebar.
Rasya mengangguk dan mulai melacaknya.
Sembari menunggu Rasya melacak nomer telpon orang tua Briyan, Tio melanjutkan kegiatannya untuk menonton tik tok dimana para gadis cantik dan seksi berada di sana.
Setelah Rasya selesai Rasya membuat Tio kaget dan bertanya.
"Gimana?" Ucap Tio menunggu jawbannya.
"Terakhir berada ini di pantai gak jauh dari sini. Sinyal nya tetep dari sana sekarang aja masih disana." Rasya menjelaskan secara detail dengan memperlihatkan hasilnya kepada Tio.
Tio hanya mengangguk seakan akan dia mengerti padahal mah ya kagak ngerti apa pun.
"Lu yakin gak?" Tanya Tio mengintimidasi.
Rasya mengangkat kedua bahunya yang di balas dengan Tio yang menepuk jidatnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments