Pagi hari di sebuah kamar pasien di rumah sakit terdapat seseorang yang sedang tertidur dan di samping nya terdapat seorang perempuan yang memegang tangan pasien tersebut, yang tidak lain adalah Nabila.
Toktoktok....
Suara pintu yang di ketuk.
"Permisi..." Ucap seseorang dari luar pintu.
"Eh Tante silahkan masuk.. " mempersilahkan seorang paruh baya dengan lembut untuk masuk ke dalam ruangan.
"Briyan.. kamu kenapa nak?" Ibu-ibu tersebut menangis di samping pasien yang tidak lain adalah Briyan.
Sesaat sebelum Nabila ingin menjawab pertanyaan dari ibu tersebut, Tio menyahut " Tante kemaren malem Briyan tawuran Tante"
"Kenapa kamu tidak melarangnya?" Tanya mama Briyan.
"Tio udah ngelarang Briyan Tante, tapi dia bilang gapapa, gitu Tante... Makanya Tio biarkan.. maafkan kami ya Tante." Mewakili perasaan Rasya.
"Kamu siapa?" Tanya mama Briyan kepada Nabila.
"Saya Nabila Tante," Nabila memperkenalkan dirinya pada mama Briyan.
"Saya mama nya Briyan," mama Briyan berusaha menerima kehadiran Nabila. Ya walaupun sebenarnya mama Briyan juga kurang suka dengan gaya Nabila yang kurang elit itu.
"Cieee ekhemm calon menantu nih Yee udah kenalan sama calon mertua," goda Tio pada Nabila. Nabila hanya mengimbangi tawa dari Tio dan Rasya.
"Masih kecil gak boleh kayak gitu," mama Briyan seakan akan menolak mentah-mentah keberadaan Nabila.
"Kamu beneran pacarnya Briyan?" Tanya mama Briyan penasaran.
"Enggak Tante, Nabila cuman temen Briyan aja" Nabila berbohong agar semua baik-baik saja.
Ya tapi emang bener sih Nabila sama Briyan masih belum resmi pacaran.
Setelah percakapan yang begitu panjang, Nabila melihat jari Briyan yang bergerak, itu pertanda bahwa Briyan akan siuman.
"Tante Tante ... Jari Briyan bergerak," Nabila kaget melihat hal tersebut.
"Tio panggilkan dokter." Pinta mama Briyan pada Tio.
Tio langsung memanggil dokter, beberapa menit setelah memanggil dokter, dokter pun datang dan memeriksa keadaan Briyan.
"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya mama Briyan memastikan keadaan anaknya baik-baik saja.
"Alhamdulillah keadaan anak ibu sudah membaik dan mungkin setelah ini akan siuman, saya permisi dulu ya Bu." Pamit dokter tersebut untuk meninggalkan ruangan Briyan.
...[]...
Waktu menunjukkan pukul 05.12 sore.
Nak kamu kapan bangun? Batin mama Briyan bertanya.
"Tante Nabila pulang dulu ya," Nabila berpamitan pada mama Briyan. Dan sempat ingin mencium kening Briyan namun di hentikan oleh mama Briyan.
"Ya sudah kamu langsung pulang ya Nabila," mama Briyan mempersilahkan Nabila untuk pulang kerumahnya.
Beberapa saat setelah Nabila keluar dari ruangan Briyan, Briyan membuka matanya. Dan mencari keberadaan dari sosok seorang Nabila.
"Kamu nyari siapa Briyan?" Mamanya bingung dengan raut wajah anaknya tersebut.
"Nabila dimana ma??" Ternyata Briyan masih memikirkan tentang Nabila.
"Nabila baru saja pergi, katanya dia mau pulang dulu, terus besok kesini lagi." Mamanya menjelaskan panjang lebar agar anaknya dapat beristirahat dengan tenang tanpa gangguan dari Nabila.
Briyan hanya mengangguk dan kembali rileks.
"Ma besok Briyan mau pulang aja." Perkataan Briyan membuat mamanya kaget.
"Iya mama usahakan," mama Briyan hanya menyetujui nya.
"Iya ma, tapi ketemu Nabila dulu ya ma biar aku gak kepikiran Nabila terus." Briyan memohon agar diizinkan bertemu Nabila.
...[]...
Keesokan paginya..
Nabila yang sudah berjanji akan kembali kerumah sakit, Nabila pun pergi kerumah sakit, anehnya Briyan sudah tidak ada di ruangan nya. Nabila mencari Briyan di seluruh sudut rumah sakit, namun tidak ada pertanda bahwa Briyan masih dirumah sakit ini.
Seketika Nabila menyadari bahwa ada yang menelpon nya, dan ternyata yang menelponnya adalah Tio,
"Nabila bisa ke taman gak, Briyan nunggu kamu disini," pinta Tio agar Nabila datang menemui Briyan.
"Taman mana ya?" Tanya Nabila bingung dengan apa yang sedang direncanakan Briyan.
"Deket rumah sakit Nabila," ucap Tio.
Nabila langsung mematikan telpon dan bergegas menuju Briyan, sesampainya disana tidak ada tanda tanda dari Briyan, Nabila berkeliling mencari keberadaan dari Briyan, setelah hampir seharian menunggu kehadiran Briyan, Nabila langsung memeluk Briyan entah kenapa Nabila melakukan itu.
"Briyan... Jangan tinggalkan Nabila ya?" Pinta Nabila dengan nada lirih sampai Nabila pun meneteskan air mata.
"Apa ini yang dinamakan dengan perasaan seorang cewek kepada kekasihnya?" Batin Briyan bertanya-tanya.
"Enggak sayang aku gak kemana-mana kok," jelas Briyan menenangkan Nabila.
Nabila hanya mengangguk dan tak mau melepaskan Briyan, mama Briyan yang melihat kelakuan Nabila hanya diam, karena mama Briyan juga pernah muda dan mama Briyan memaklumi sikap Nabila, karena mungkin Nabila memiliki perasaan begitu besar pada Briyan.
"Sayang.. aku mau kamu tutup mata," Nabila mengangguk setuju dan mengikuti perkataan Briyan.
"Jangan buka mata kalok aku belum telpon kamu," Nabila mulai curiga dengan sikap Briyan namun tetap tenang.
"Iya Briyan, Nabila bakalan nurut" Nabila tersenyum begitu manis pada Briyan.
Beberapa menit menunggu akhirnya Briyan menelpon,
"Briyan kamu dimana kok gak ada disini?" Nabila mulai khawatir dan seketika itu Nabila menangis.
"Iya maaf ya sayang aku gak bisa temani kamu setiap saat." Briyan menenangkan Nabila namun Nabila tidak mau tenang dan tetap mencari keberadaan Briyan.
"Kamu dimana!?" Nabila membentak Briyan dan tangisnya pun membuat dadanya sesak, hingga dia menemui Tio bersama Rasya.
"Udah ketemu Tio sama Rasya kan, Briyan pamit dulu ya sayang, assalamualaikum sayang." Briyan mengakhiri telpon begitu saja, dan saat Nabila menelpon lagi nomor Briyan sudah tidak aktif.
...[]...
"Ini lebih baik," sembari memegang kartu handphone nya kemudian ia mematahkan kartu itu, agar dia dapat fokus kuliah dan bisa menghidupi dan membahagiakan Nabila disuatu hari nanti.
...[]...
"Briyan kemana siihh??" Nabila membentak Tio dan Rasya. Seketika itu mereka berdua kaget dengan suara Nabila.
"Maaf Briyan harus pergi,"
Seketika itu lamunan Briyan buyar ketika Nabila mencubit hidung Briyan,
Gak nyangka gw ternyata cuman halu nya seorang Briyan saja tadi:!
"Kamu kenapa Briyan?" Tanya Nabila khawatir.
"Gapapa aku cuman mau ngomong aku harus pergi sebentar besok balik lagi kok, soalnya mau bantu mama." Mencoba membohongi Nabila.
"Iya udah janji besok kamu pulang kesini lagi kan?" Pinta Nabila agar Briyan berjanji agar tak mengingkari janjinya.
Briyan sudah berjanji tidak akan meninggalkan Nabila, dia meninggalkan Nabila hanya sebentar dan masuk kedalam mobil.
Nabila dan Briyan pun saling melambaikan tangan satu sama lain.
"Mungkin ini adalah pertemuan kita yang terakhir," batin Briyan teramat pedih karena harus meninggalkan kekasih yang amat dia sayang.
...[]...
" Aku tau kamu berbohong dan kamu gak akan kembali Briyan, karena aku tau kau ingin aku kuliah dulu kan?" Berbicara sendiri dan menebak apa yang sedang direncanakan Briyan.
Dan tak di sangka Nabila dan Briyan memiliki ikatan batin yang begitu kuat. Nabila pun kembali kerumahnya dengan perasaan yang begitu rapuh, namun bahagia dengan apa yang Briyan lakukan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments