Pada awalnya Briyan hanya lah anak cupu yang sedang belajar di bangku sekolah namun karena dia memiliki tekad yang begitu besar untuk melindungi orang yang dia sayangi Briyan rela melakukan apa pun.
Hingga suatu saat Briyan bertemu dengan seseorang yang bernama Revan yang mengaku sebagai ayahnya Briyan namun ia menyangkal semua itu karena yang Briyan tau ayahnya telah tiada alias meninggal.
[]
Pada saat itu ayahnya yang sedang perjalanan pulang kantor dengan membawa mobil yang selalu Briyan gunakan saat ini, pada saat tiba di lampu merah ada truk yang kehilangan kendali menabrak ayahnya hingga tewas. Tak di sangka bahwa ayahnya memalsukan dokumen kematiannya, karena ayahnya ingin tau betapa sanggup Briyan hidup sendiri tanpa seorangpun yang menemaninya, tapi nyatanya Briyan mampu hidup hingga ia bertemu dengan ayahnya.
[]
"Ini ayah... Ini ayah Briyan...Revan Anderson!!" Ujar seorang paruh baya yang nampak begitu kaya.
Briyan hanya mengangguk sembari meninggalkan orang yang mengaku sebagai ayahnya.
Ayahnya nampak keheranan dengan sikap anaknya itu entah Briyan tidak mau menerima ayahnya atau memang Briyan tidak mengingat ayahnya.
Hingga suatu saat Briyan bertemu dengan orang itu lagi, Briyan percaya pada orang tersebut dan memang benar itu adalah ayah Briyan, yang Briyan cari-cari
[]
Ibunya kemana??
Kok gak kelihatan??
[]
Saat dulu ibu Briyan melahirkan Briyan tak di sangka ibunya melahirkan bayi kembar yang dimana diberi nama BRIYAN ANDERSON & BRAYEN ANDERSON.
Kok Anderson sih??
Kok bisa?
Mereka diberi nama sesuai dengan nama ayahnya yaitu REVAN ANDERSON.
Nama ibunya siapa??
Ibu dari Briyan ini sebenarnya masih hidup, namun karena dulu Revan meninggalkan sang istri dan pergi membawa Briyan namun Briyan dititipkan pada saudara Revan agar dapat membersarkan Briyan dengan kasih sayang, namun saat Briyan duduk di bangku SMP saudara Revan meninggal karena sebuah kecelakaan yang hanya menyisakan Briyan saja.
Hingga akhirnya Briyan kembali pada pelukan sang ayah kandung hingga saat ini.
[]
Ibunya kemana?
Ibu Briyan telah meninggal saat berusaha menolong kembarannya yaitu Brayen.
Kok bisa meninggoy?
Nama ibunya siapa?
Ibu dari BRIYAN ANDERSON & BRAYEN ANDERSON yakni bernama Sarah Fandira.
[]
Revan dengan Sarah di pertemukan di sebuah universitas dan dari keduanya memiliki kasta yang berbeda begitu jauh. Revan yang saat itu sebagai kritikus ternama, dan Sarah yang hanya wanita yang kerja di restoran cepat saji, tidak sengaja di pertemukan di sebuah acara yang menampilkan Revan sedang mencicipi beberapa makanan di tempat Sarah berkerja.
Hingga mereka berkenalan sampai menikah. namun, pernikahan mereka tidak berjalan lama harus berakhir dengan dikarunia si kembar B.
Si kembar B?
BRIYAN ANDERSON & BRAYEN ANDERSON. Biar gampang manggilnya.
Pada saat melahirkan si kembar B, Revan memutuskan untuk mengambil Briyan. Karena tidak mungkin Revan merawat keduanya, di karenakan Revan yang harus tinggal diluar kota.
Mungkin Briyan seperti ini karena efek kurang kasih sayang, ya memang sih uang gak pernah kering dari ATM Briyan, namun kasih sayang begitu kering di jiwa Briyan.
[]
Setelah bertemu ayahnya Briyan sedikit lega.
Disuatu sore Briyan bertanya kemana ibunya Briyan dan apakah Briyan punya adik.
"Ayah aku boleh tanya sesuatu?" Ucap Briyan sembari duduk di sofa samping ayahnya.
"Iya tanya saja nak," ujar pria paruh baya.
Ketika itu Briyan masih berada di Jakarta.
"Apakah ibuku masih ada? Siapa nama nya?? Apakah aku punya adik?" Tanya nya dengan begitu cepat hingga membuat ayahnya hanya mengangguk kecil bingung car menjawabnya.
"Iya nak... Ibumu bernama Sarah Fandira...adikmu bernam" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya. Briyan menyela, "adik?" Bertanya dengan antusias,
"Iya nak, kau tidak punya adik namun punya kakak yang berbeda hanya beberapa menit, yaitu Brayen Anderson," Briyan membulatkan mulutnya pertanda bahwa dia mengerti.
[]
Drttt..Drtt..Drttt
Handphone Briyan berbunyi,
Seketika membuat Briyan terbangun dan nafasnya terengah-engah, Briyan mengangkat telponnya, "aku akan pulang tunggu aku dirumah," ucap seseorang di seberang sana yang langsung mematikan telponnya, mungkin karena sibuk.
"Hemm dasar ayah, anaknya kan juga mau telpon trus bicara ini itu bentar," memakai ayahnya yang jauh disana dengan tatapan matanya yang masih mengantuk.
Briyan kembali teringat akan mimpinya,dia kembali mengingat nama ibunya dan kakaknya,
"Sarah Fandira... Brayen Anderson... Kayaknya gw pernah liat mereka di salah satu stasiun tv deh tapi dimana ya?" Bingung dengan mimpinya tersebut hingga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Entah mengapa dia begitu antusias mengingat ingat mimpinya itu.
Karena hari yang sudah pagi, Briyan memutuskan untuk mandi, selesainya Briyan mandi ia langsung pergi ke salah satu perpustakaan di kota itu, berharap menemukan sesuatu tentang Sarah dan Brayen.
"Mau kemana den?" Tanya seorang nenek paruh baya, ya bisa di katakan seumuran dengan nenek nya Briyan.
"Bentar nek Briyan pergi dulu," ujar Briyan dengan terburu buru turun dari tangga.
"Jangan terlalu malam ya, jaga diri jangan berantem lagi." Ucap nenek itu agar Briyan bisa lebih hati-hati.
Briyan yang mendengar itu hanya mengangguk dan melambaikan tangannya kepada nenek itu sembari melajukan mobilnya.
[]
Di dalam mobil Briyan terlihat sedang berpikir entah apa yang dipikirkan nya,
"Dimana engkau Brayen?"berbicara pada dirinya sendiri entah dia membentak atau semacamnya,
Hingga tiba tiba dijalan yang begitu ramai dia tidak sengaja menabrak seseorang ibu ibu paruh baya, mungkin seumuran ayah Briyan.
Briyan yang kaget sontak keluar dari dalam mobil dan menolong ibu itu takutnya Briyan di bilang tabrak lari, karena semua orang sudah tau bahwa Briyan adalah anak geng.
"Auhhh... Sakitt.."ujar ibu itu kesakitan.
"Ibu tidak apa apa?? Ibu aku antar kerumah sakit ya?"tawar Briyan karena kasihan.
Ibu itu hanya menggelengkan kepala, "antar ibu pulang saja," ujar ibu itu meminta tolong agar diantar pulang kerumahnya.
Kemudian tidak lama anak dari ibu itu tidak sengaja mendorong Briyan karena khawatir dengan keadaan ibunya. Karena melihat pakaian yang sepertinya Briyan liat Briyan menyadari bahwa itu adalah salah satu karyawan yang ada di restoran ayahnya.
"Ya sudah saya akan antar kalian pulang ya," tawar Briyan dengan senyuman yang begitu manis mungkin saja saat ada yang melihat kemanisan itu akan terpesona saat melihat nya.
Mereka masuk ke dalam mobil dan Briyan melajukan mobilnya hingga sampai di tempat tinggal ibu ternyata. Ternyata mereka tinggal di kost, yang dimana pada saat mereka sampai mereka langsung di sambut oleh ibu kost,
"Bayar sekarang kalian udah nunggak 1 tahun dan kalian hanya janji janji saja, cepat bayar," ujar pemilik kost dengan muka yang menyeramkan karena marah.
"Bntar ya Bu, biarkan mereka masuk dulu," Briyan mengatakan dengan senyuman.
Ibu pemilik kost hanya mengangguk dan ketakutan karena dia juga mengenal Briyan yang dulunya sering membuat onar di sekitar kost ibu itu,
Ibu pemilik kost bernama ibu Sumi.
Saat di dalam kost betapa terkejut nya saat Briyan melihat foto ayahnya menggendong Briyan, Briyan mengambil foto itu dan bertanya,
"Kalian siapa ya?? Ini kan foto ayah saya dengan saya?" Ujar Briyan sembari mata nya yang berkaca-kaca.
"Kamu Briyan Anderson?"tanya ibu itu dengan penuh curiga bahagia.
Briyan hanya mengangguk dan ibu itu langsung memeluk Briyan, Briyan mengangkat kedua alisnya tanda bahwa dia bertanya, anak ibu itu hanya mengangkat kedua bahunya pertanda bahwa ia tidak tahu.
Ibu itu melepaskan pelukannya sembari berkata "ini ibu nak, Sarah Fandira.." ucap ibu itu sembari mengeluarkan air mata yang mungkin tidak keluar.
"Berarti ini kakak aku kan?? Brayen Anderson?" Ibu Sarah hanya menganggukkan kepalanya sembari Briyan memeluk saudaranya itu dengan penuh rasa bahagia.
Setelah beberapa lama tidak bertemu akhirnya mereka bertemu, namun Briyan langsung pergi.
"Ibu... Brayen... Aku harus pergi, Hyena sedang membutuhkan aku," ucap Briyan yang kemudian pergi.
"Hati hati ya," ucap Brayen dan ibunya bersamaan.
Briyan hanya mengangguk sembari masuk ke dalam mobil dan pergi menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments