Sore hari setelah Nabila bertemu Briyan dan akan pergi belanja ke toko, Nabila teringat sedikit akan kenangan bersama ayahnya, entah mengapa tiba-tiba dia ingin sekali bertemu ayahnya.
Nabila adalah anak kesayangan bagi ayahnya namun tidak dengan ibunya, semua pada awal Nabila pergi dari Jakarta itu adalah air mata palsu. Nabila menyadari itu setelah Nabila berada dalam pesawat saat akan ke Kediri.
Mungkin Nabila adalah orang paling beruntung mempunyai ayah seperti Andik yang begitu memperhatikan Nabila. Namun setelah perusahaan ayah Nabila yang berada di luar negeri ada masalah, Nabila harus rela berpisah untuk beberapa waktu dengan ayahnya.
Saat di jalan saat akan dengan mengendarai mobil barunya yang Nabila beli dengan hasil uang yang ia kumpulkan akhirnya Nabila dapat membeli mobil kesukaannya.
"Kenapa gw jadi rindu banget ya sama ayah gw," ujar Nabila melihat toko yang akan Nabila kunjungi.
Didalam toko Nabila memilih makanan serta sayuran yang akan ia beli.
Dertt...dertt...
Handphone Nabila berbunyi, Nabila segera mengangkatnya. Saat Nabila melihat layar handphone nya saat akan mengangkat telpon tersebut betapa kagetnya Nabila mengetahui bahwa yang menelpon nya adalah sang ayah.
"Ayahhh gimana keadaan ayah disana?" Ucap Nabila penuh semangat menanyakan keadaan ayahnya.
"Ayah baik, gimana hubungan kamu dengan Briyan?" Tanya ayah Nabila dengan santainya.
"Baik-baik saja ayah." Ujar Nabila menjelaskan.
"Nabila... Ayah akan pulang mungkin 2 hari lagi ayah sampai dirumah." Ucap ayah Nabila dengan semangatnya.
"Baik ayah aku juga akan kenalkan ayah dengan Briyan." Nabila menyetujui dan memberi tahu bahwa Nabila akan memberi tahu ayahnya tentang Briyan.
Setelah selesai telpon, Nabila melanjutkan belanjanya. Selesainya belanja Nabila langsung pulang di tengah jalan Nabila tidak sengaja melihat Tio di pinggir jalan yang sedang duduk termenung di amperan toko.
Nabil turun dari mobil dan berjalan pelan menuju Tio, sembari berkata..
"Ini Tio?" Tanya Nabila hati-hati.
"Iya ini aku," ucapnya dengan raut muka yang begitu tidak mengenakkan.
"Kamu kenapa disini udah malam loh," ujar Nabila memberi tahu keadaan hari ini.
"Aku di usir dari rumah sama ayah ku karena aku beban katanya," ucapnya dengan penuh kesakitan di hatinya.
"Minta tolong Briyan aja, kalau enggak kamu tinggal sementara dirumah Briyan," tawar Nabila pada Tio yang terlihat begitu sedih dan kecewa terhadap ayahnya.
"Aku gak mau ganggu kebahagiaan Briyan untuk saat ini." Ucap Tio dengan senyum yang terpaksa ia keluarkan.
Nabila tampak berpikir keras untuk membantu sahabat pacarnya itu. Saat Nabila akan berbicara tiba-tiba handphone Nabila tiba-tiba berdering kembali, dilihatnya Briyan yang menelpon.
"Sayang kamu dimana?? Tanya Briyan dengan amarah karena Nabila tidak mengabari Briyan dari pagi hingga malam.
"Maaf ihh... Aku pulang kok.. kamu dimana sekarang?" Jawabnya sembari bertanya kepada Briyan.
"Di rumahmu nungguin kamu, eh ternyata dirumahmu cuman ada bi Narti, dan Sandra udah balik ke Jakarta." Rengek Briyan seperti rengekan bocah yang pengen air susu.
"Ya udah aku pulang tunggu aku dirumah ya," setelah pamit Nabila langsung mematikan telpon dan kembali berbicara dengan Tio.
"Emmm kamu ikut kerumah ku aja deh, gimana?" Tawar Nabila pada Tio.
"Emmm tapi aku gak enak sama tetangga kamu." Ucap Tio merasa tidak enak dengan keadaan yang menyulitkan Nabila seperti ini.
Nabila menarik tangan Tio dan memaksa Tio masuk kedalam mobil dengan lembut. "Udah ayo masuk!" Ucapnya sembari mendorong Tio agar mau masuk.
[]
Dirumah Nabila....
"Dasar cewek kalok mau pergi gak bilang dulu!" Ucap Briyan pada foto Nabila. Yang sedari tadi bi Narti hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan Briyan.
[]
Di perjalanan pualng dan hampir sampai rumah Nabila.
"Bener nihh gapapa bil??" Tanya Tio kepada Nabila.
"Iya bener loh!" Ucap Nabila penuh emosi karena sedari tadi yang Tio tanyakan hanya pertanyaan itu-itu saja.
Di depan rumah Nabila disambut oleh Briyan. "Darimana aja kamu?!" Celotehnya memarahi Nabila.
"Ihh baru dateng udah di dimarahin... Ayang nyebelin:(" ucap Nabila menunjukkan bibir nya yang manyun dan wajah nya yang gemesin.
Tio keluar dari mobil Nabila, Briyan nampak kaget dengan keadaan temennya.
"Ehh iya itu Tio temen kamu tadi aku ketemu dia di pinggir jalan." Ujar Nabila menceritakan semua kejadiannya pada Briyan.
"Tio lu makan dulu sana, lu minta sama bi Narti, udah gak usah malu anggap rumah sendiri," dengan jahil Briyan mempersilahkan dan mengantar Tio untuk pergi ke dapur.
Di dapur bi Narti yang sedang memasak hanya berbicara dengan membelakangi karena sedang menyiapkan makan malam untuk mereka semua.
"Bi ini temenku bibi kasih teh anget ya bi, soalnya dia agak meriang kayaknya." Pinta Briyan kepada bi Narti.
"Iya nak Briyan." Ucap bi Narti.
Tio yang penasaran ingin melihat wajah bi Narti. Namun terhenti saat Nabila memberikan baju Briyan yang Nabila beli untuk Briyan. Namun karena Tio sekarang lagi butuh Nabila mengikhlaskan baju itu untuk di berikan kepada Tio.
"Nih baju buat kamu, sekarang ganti baju dulu di kamar mandi." Ucap Nabila sembari menjulurkan tangan yang berisi dengan baju.
Tio hanya mengangguk dan lalu pergi ke kamar mandi untuk ganti baju.
"Bi nanti kalok udah selesai panggil Nabila ya." Pinta Nabila.
"Udah selesai nak.. panggil nak Briyan ya.. kita makan bersama," ucap bi Narti dengan senyuman yang merekah dan sangat khas.
Bi Narti, Nabila dan Briyan yang sedang menunggu Tio di kagetkan saat Bi Narti tidka sengaja menjatuhkan gelas karena melihat kedatangan Tio.
Sontak Nabila dan Briyan begitu kaget dengan hal tersebut.
"Kamu Tio??" Tanya bi Narti penuh cinta dan kerinduan.
"Iya ini Tio. Ibu siapa ya?" Tanya Tio memastikan.
"Ini ibu nak, ibu kandung kamu, maaf ibu tidak pernah ada di sampingmu selama ini," bi Narti mengucapkan hal tersebut dnegan penuh tangisan.
Tio yang sudah rindu akan kehadiran ibunya langaung memeluk bi Narti. Briyan dan Nabila yang melihat sontak keheranan.
"Kok jadi gini?" Tanya Briyan pelan pada Nabila.
Nabila hanya membalas pertanyaan Briyan dengan mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan.
"Jadi selama ini bi Narti ibunya Tio?" Tanya nabila penasaran.
"Iya.. sebenarnya bibi udah lama mencari Tio.. namun ayah Tio selalu menyembunyikan tentang Tio, berharap bibi dapat melupakan Tio." Jelas bi Narti.
"Ibu ayah mengusir ku, dan ayah telah pergi dari kota ini, dia menganggap ku sebagai beban baginya." Ujar Tio dengan muka yang begitu kecewa.
"Sekarang kita udah bertemu dan bersama lagi, jadi tidak akan ada yang memisahkan kita," bi Narti menyemangati Tio.
"Nah kita juga gak akan tinggalkan elu kok." Ucap Briyan membuat senyuman Tio kembali hadir di wajahnya.
Mereka berempat pun makan dengan penuh kesenangan dan kenangan yang tidak akan di lupakan.
Selesainya makan mereka tidur karena ya menurut mereka ini sudah begitu malam. Sebelum Briyan pulang Briyan berbicara...
"Besok kamu ikut aku gak boleh nolak." Ujarnya mengacungkan tangannya.
Nabila hanya mengangguk dan melambaikan tangannya sembari melihat kepergian Briyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments