Alira menatap pintu dengan tatapan yang tajam, ia menanti kedatangan Ryan dengan tidak sabar, seolah Alira ingin melampiaskan sesuatu padanya.
Sementara di luar, Ryan justru hendak pergi dari rumah sakit, ia merasa Alira bukan urusannya. Namun langkah Ryan terhenti saat Daniel memanggilnya. "Ada apa?" Tanya Ryan kemudian.
"Apa kamu bisa menemuinya?" Daniel bertanya dengan suara lirih. "Dan tolong jelaskan padanya, aku benar-benar minta maaf." lanjutnya penuh harap.
Ryan terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk karena merasa prihatin dengan Daniel, apalagi Ryan tidak pernah melihat Daniel serapuh ini.
Ryan pun masuk ke ruang rawat Alira, ia mendekati Alira sambil tersenyum, di kepalanya ia sudah menyusun kata-kata manis untuk meluluhkan hati Alira, seperti yang biasa ia lakukan pada wanita lain.
Namun, saat ia sudah berada di samping Alira, tiba-tiba...
PLAKKKK
Satu tamparan yang tak begitu keras mendarat sempurna di pipi Ryan, Ryan terhenyak, setelah menyelamatkan sang kakak ipar, inikah yang ia dapatkan?
"Siapa yang menyuruhmu menyelamatkanku, huh?" Desis Alira tajam, sementara Ryan masih terdiam melongo, bingung dengan tingkah Alira. "Seharusnya kamu biarkan saja aku mati tenggelam disana! Sialan!" Geram Alira dengan suara yang bergetar dan kedua matanya berkaca-kaca.
"Seharusnya kamu.... Hiks" Alira tak mampu lagi menahan tangisnya. "Semuanya sudah hancur, pernikahanku, hidupku," ucapnya di tengah isak tangis yang coba ia tahan.
Hati Ryan seperti tercubit mendengar isak pilu Alira, dan tanpa fikir panjang ia langsung memeluk Alira, tak perduli Alira yang mencoba mendorong Ryan sambil terus menangis. Ryan tetap mendekapnya dengan erat, sambil mengelus kepala Alira dengan lembut.
"Menangislah jika itu bisa mengurangi sedikit bebanmu, Al," lirih Ryan.
Alira menangis sejadi-jadinya di pelukan sang adik ipar, meluapkan segala rasa sakit dan beban yang ia rasakan.
Alira sudah menyerah, dia ingin meninggalkan semua hal yang membuatnya sakit tapi Ryan justru datang menyelematkannya.
Selama beberapa saat Ryan masih memeluk Alira, karena hanya ini yang bisa ia lakukan untuk wanita rapuh itu.
Perlahan tangis Alira semakin reda, walau sesekali ia masih terisak. Ryan masih terus mengusap kepala Alira, hingga perlahan Alira mendorong tubuh Ryan agar menjauh darinya.
"Hey...." Ryan menangkup pipi Alira dan menghapus air matanya dengan lembut, sambil tersenyum Ryan berkata. "Semua akan baik-baik saja, kamu pasti bisa melewati semua ini, Al."
Alira menggelengkan kepalanya. "Tidak akan ada yang baik-baik saja setelah ini, Ryan. Semua sudah berakhir," lirihnya dan bersamaan dengan itu, pintu terbuka, Daniel datang dengan tatapan yang sendu, merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Alira.
Tentu saja melihat Daniel membuat emosi Alira kembali memuncak, rahangnya mengeras dan tatapannya berapi-api.
Daniel mendekati istrinya, sementara Ryan langsung melenggang pergi, karena ia tahu ini urusan pribadi mereka.
Setelah Ryan pergi, Daniel langsung menggenggam tangan Alira namun Alira langsung menepis tangan suaminya itu dengan dingin, membuat hati Daniel mencolos.
"Al, please! Percaya sama aku, Sayang. Aku tidak selingkuh," lirih Daniel yang membuat Alira langsung tertawa sinis.
"Tidak selingkuh kamu bilang? Setelah bukti yang kuat itu, kamu masih mengelak, huh?" Sinisnya yang membuat Daniel semakin merasa frustasi.
"Tidak, Sayang. Itu tidak seperti yang kamu fikirkan, semalam aku hanya ... aku hanya mabuk, Sayang. Aku tidak sadar, aku tidak ingat apa yang terjadi." kilahnya yang tentu saja membuat Alira semakin geram. Keningnya berkerut dalam dan tatapannya nyalang pada suaminya ini.
"Inilah sifat lelaki yang tidak termaafkan, Daniel!" Desis Alira dengan dada yang bergemuruh.
"Kamu punya pembelaan yang luar biasa atas dosamu pada istrimu. Tidak selingkuh, hanya mabuk, tidak ingat. Lalu, bagaimana kalau aku yang mabuk, hm? Kemudian tidur dengan lelaki lain, apakah kamu bisa menerimanya?" Hati Daniel seperti di remas mendengar ucapan Alira dan ia menggeleng tegas.
Melihat Alira dekat dengan pria lain saja ia tidak sanggup, bagaimana bisa dia membayangkan Alira tidur dengan pria lain?
"Sayang, jangan berkata seperti itu. Aku tahu aku salah, tapi aku mohon, berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku minta maaf, Al." Daniel berkata dengan putus asa, bahkan ia mulai meneteskan air mata, dan Alira yang sudah sangat emosi pun akhirnya kembali menangis tersedu-sedu, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, hingga air mata membasahinya.
"Aku bisa memaafkan tamparanmu, aku bisa menghadapi sikap over possessivemu, tapi tidak perselingkuhanmu, Daniel." Alira berkata dengan suara yang serak dan begitu lirih.
"Aku tidak sanggup lagi, ayo bercerai!"
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
mantap Alira🤭🤭🤭🤭
2024-01-23
0
mama yuhu
hayuuuu.. siapa takut 😢😢🥺
2023-01-07
0
Nur Evida
hanya Author yg bisa mendamaikan Daniel dan Alira
2022-11-26
0