Ali

Yumna tengah menyusun belanjaannya, ada yang masuk ke dalam kulkas, lemari dan sebagainya. Dibantu putra yang menjadi penyemangat dalam hidupnya.

Ada rasa sedih dalam lubuk hati Yumna dikala anak bujang nya masih kecil namun sampai detik ini masih terasa oleh wanita itu. Sedih melihat anak sebaya temannya yang bermain dengan ayahnya, namun putranya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah sejak dirinya lahir.

Yumna tau persis bagaimana anaknya itu sangat merindukan seorang ayah yang tak pernah hadir dalam hidupnya meski hanya satu kali. Dulu Yumna seringkali melihat anaknya duduk sendiri sambil memperhatikan anak-anak sebayanya tengah berlari-larian dengan orang tau mereka yang lengkap. Namun anaknya, tidak sama sekali merasakan hal demikian.

Sering kali Yumna menitikkan air matanya kala melihat anaknya yang hanya dapat melihat tanpa dapat merasakan. Yumna bahkan pernah melihat anaknya menangis di malam hari, menangis menatap langit-langit kamarnya. Menagis sambil menyebut "Ayah" berulang kali. Saking rindunya Ali waktu itu membuat anak itu tertidur sambil menangis. Bahkan dalam tidurpun anaknya masih saja mengigau memanggil ayahnya.

Hati ibu mana yang tidak sedih melihat anak yang sangat dia cintai menderita karena merindukan sosok seorang ayah. Tapi apa boleh buat, Yumna tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan untuk mencari ayah sambung buat anaknya bagi Yumna bukanlah hal yang mudah. Apalagi menerima anaknya sebagai anaknya sendiri. Sangat sulit mencari laki-laki yang bisa menerima anaknya.

"Sayang boleh bunda duduk disini?" Yumna mengusap rambut halus anak laki-lakinya dengan penuh kasih sayang.

"Iya Bunda, boleh," Ali mempersilahkan sang bunda untuk duduk di sampingnya. Saat itu umur Ali sekitaran sepuluh tahunan.

"Kamu kenapa Sayang, hmm? cerita sama bunda kalau kamu merasakan sesuatu," tanya Yumna menatap anaknya tengah bermenung.

"Bunda, kenapa Ayah tidak pernah sekalipun datang menjenguk kita? apakah Ayah benci sama kita, Bun?" Ali menatap Bundanya dengan mata berkaca-kaca. Anak laki-lakinya hampir saja menjatuhkan air mata yang membuat Yumna melemah melihat itu. Air mata kesedihan yang amat Yumna tau rasanya. Meski Yumna hidup dan besar dari keluarga yang lengkap, bukan berarti dia tidak tau bagaimana rasanya berada di posisi sang putra.

"Sayang dengerin bunda ya Nak, ya. Jika Bunda jelaskan sekarang kamu belum mengerti Sayang. Bunda janji suatu saat jika kamu sudah besar dan mengerti semuanya Bunda akan cerita, tanpa ada yang akan Bunda tutupi satupun dari kamu," jelas Yumna tersenyum pada putranya. Yakinlah saat ini jika saja hatinya bisa dilihat sungguh dia tengah menagis sangat deras saat ini. Tak sanggup Yumna melihat anaknya seperti ini terus-menerus.

Dadanya terasa sesak saat melihat mata anaknya yang sudah berkaca-kaca saat bertanya perihal Ayah kepada dirinya. Bukan Yumna tak mau mengatakan yang sejujurnya kepada sang anak. Namun Yumna juga berfikir apa dampak dari semua ini setelah dia menceritakan kepada anaknya yang seharusnya belum boleh tau akan masalah itu.

"Bunda janji?" tanya Ali memberikan kelingking kecilnya kepada sang bunda.

"Iya Sayang, bunda janji. Jika nanti tiba saatnya pasti bunda akan cerita sama Ali," balas Yumna menautkan kelingkingnya kepada kelingking kecil putranya.

***

"Sayangnya bunda lagi apa nih?" tanya Yumna saat anaknya tengah duduk termenung di teras rumahnya.

Ali yang terkejut spontan melihat ke arah wanita yang melahirkannya. "Apa Bun?" tanya Ali kepada Yumna yang kini telah duduk di sampingnya.

"Kamu lagi apa Sayang?" ulang Yumna menatap anaknya.

"Nggak ada kok Bun, lagi berfikir aja," jawab Ali singkat.

"Emang kamu lagi mikirin apa Nak?" tanya Yumna menatap anaknya yang sudah tumbuh menjadi laki-laki remaja yang tampan.

"Heheh, nggak ada kok Bun," jawabnya cengengesan.

"Oh yaudah kalau n kamu memang belum mau cerita sama Bunda. Boleh bunda mengatakan sesuatu Sayang?" tanya Yumna kala Ali tengah menatap ke arahnya.

"Andaikan Bunda memberikan Ali seorang Ayah apa Ali setuju? Dan Ali akan ngerasain gimana rasanya memiliki seorang Ayah seperti yang selama ini Ali inginkan," kata-kata itu spontan saja keluar dari mulut Yumna. Meski sebenarnya dia juga tak mau untuk membina rumah tangga lagi, Yumna merasa hidup bersama putranya sudah lebih dari cukup. Hanya saja kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Mungkin kata-katanya ada menyakiti anaknya ataupun tidak Yumna sungguh tidak tau.

Ali menatap Yumna dengan tatapan intimidasi. "Maaf ya Bun, bukan Ali larang Bunda untuk menikah lagi tidak, hanya saja Ali takut jika terjadi lagi apa yang pernah terjadi pada Bunda dulu. Ali tidak masalah jika tidak memiliki seorang Ayah hingga Ali meninggal nanti. Bunda saja sudah lebih dari cukup buat Ali. Bunda sudah melengkapi dua peran, sebagai Ibu dan Ayah sekaligus. Ali nggak mau Bunda merasakan sedih lagi seperti dulu. Ali hanya mau melihat Bunda selalu tersenyum, tak ada lagi tangis yang mengalir di pipi Bunda kecuali tangis kebahagiaan," Laki-laki itu menatap Yumna dengan lembut saat mengatakan hal demikian.

"Sayang maafin Bunda, jika sampai sekarang Bunda belum bisa buat Ali bahagia," ujar Yumna menatap anaknya yang sudah remaja.

"Tidak Bun, bahkan Ali sangat bahagia dilahirkan wanita setangguh Bunda. Wanita yang tak kenal lelah seorang diri untuk mencari nafkah hanya untuk memenuhi kebutuhan Ali. Bahkan beribu terimakasih pun tidaklah akan cukup untuk semua pengorbanan Bunda selama ini untuk Ali. Sampai kapanpun apa yang Bunda lakukan untuk Ali tidak akan ada yang setara dengan apa yang Ali lakukan untuk Bunda. Terimakasih untuk semunya Bun," ujar Ali memeluk Yumna dengan erat.

"Bunda kenapa nangis?" Ali merasa heran melihat Yumna yang meneteskan air mata saat menyusun cemilan ke dalam rak yang ada di dekat lemari kaca.

"Ehhh nggak apa-apa kok, Sayang," balas Yumna dengan dekat menghapus air matanya.

"Bunda nggak usah bohong, Bunda kenapa? kalau ada sesuatu Bunda bisa cerita sama Ali," tanya Ali yang khawatir dengan Bundanya yang tidak biasanya seperti ini.

"Nggak kok Sayang, Bunda hanya ingat saat kamu masih kecil dulu, heheh. Bunda rindu masa-masa ketika kamu masih kecil. Yang mana dulu kita sering main bola di depan rumah sama Tante Caca," jawab Yumna. Bukan Yumna tak mau jujur, hanya saja Yumna tidak mau membuat anaknya ikut bersedih karenanya.

"Oo itu ya Bun. Iya Ali juga rindu main bola sama Tante Caca," ujar Ali yang masih mengingat ketika dia, Tante Caca, dan Bundanya saat bermain bola sambil tertawa bersama. Bahagia rasanya masa-masa itu ketika Ali mengingat akan semua itu.

"Kamu masih ingat kan Nak?" tanya Yumna membuat anak laki-lakinya mengguk.

"Iya Bun, jadi rindu sama Tante Caca, heheh," ujar Ali cengengesan.

"Kan bisa video call Sayang, tinggal pencet saja di HP kamu selesai bukan?" Yumna mengeleng melihat tingkah anaknya. Padahal zaman sudah cangih, hanya melalui hp saja sudah bisa berkomunikasi dengan jarak jauh.

"Oh iya Bun, aku sampai lupa," balas Ali menepuk jidatnya. "yaudah Bun, aku telpon Tante Caca dulu ya, Soalnya rindu, hehe," Lanjut Ali sambil cengengesan dan kamit pada sang bunda untuk menelpon Caca.

Yumna mengangguk, dan melanjutkan pekerjaanya yang masih tertinggal sedikit lagi.

TBC

Terpopuler

Comments

Erny Manangkari

Erny Manangkari

Yumna belum menikah sampai Ali remaja .

2022-12-17

2

Mbah goegle

Mbah goegle

ikuti alur ny az..Thor yg tau..endingnya

2022-11-30

1

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

😭😭😭

2022-11-23

1

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!