Apa Ini Hanya Mimpi

Diceraikan

Apakah ini hanya mimpi09

Yumna tengah menatap perutnya dikaca yang ada di tempat dia kerja. Di dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan Caca. Memegang perutnya yang tampak semakin hari semakin besar. rasa takut menghantui Yumna. Takut di dalam perutnya ada penyakit yang tidak bisa diobati. Apalagi saat ini perutnya tampak semakin besar dan juga keras.

Apakah ada tumor di dalam perutnya. Sungguh sesuatu yang membuat Yumna merasa sangat takut, bahkan kadang kala dia menjadikan itu sebuah pikiran yang membuat dirinya tidak fokus bekerja.

"Yum perut kamu makin hari makin besar saja," Caca menatap perut temannya itu. Berfikir apakah temannya itu mengidap penyakit yang membuat perut itu membuncit.

"Iya Ca, aku takut banget. Apa mungkin aku memiliki sakit yang parah?" tanya Yumna yang mendapat gelengan dari Caca.

"Apa kamu hamil Yum?" Tiba-tiba saja pemikiran itu muncul di kepala Caca. Caca sudah tau jika Yumna pernah menikah. Tapi yang membuat heran Caca kenapa bisa Yumna hamil padahal sekarang dia sudah menjadi seorang janda. Atau jangan-jangan Yumna? Caca langsung menepis pikiran negatifnya terhadap Yumna. Dia yakin Yumna bukanlah perempuan seperti itu. Dan bisa juga itu anaknya bersama mantan suaminya dulu, tak menutup kemungkinan dengan itu.

"Nggak mungkin lah Ca, bulan kemaren aku haid kok, hanya saja beberapa bulan belakangan ini aku memang nggak ada haid." jelas Yumna.

"Berapa hari kamu haid Yum?" Caca menatap ke arah Yumna.

"Sekitar tujuh hari Ca, tapi cuman sedikit-sedikit saja," jelas Yumna.

"Yaudah nanti pulang kerja gimana kalau kita periksa kedokter Yum, semakin cepat maka semakin baik," usul Caca mendapat anggukan dari Yumna.

Puas berada di dalam ruangan itu, kembali kedua wanita itu bekerja. Pelanggan yang datang hari ini tidak terlalu banyak. Mereka bisa sedikit santai karena karyawan ditempat mereka bekerja lumayan banyak. Jadi jika pelanggan tidak terlalu banyak, mereka bisa sedikit lebih santai sama seperti saat sekarang ini.

Waktu sangat cepat berlalu. Kini kedua wanita yang sedari tadi menunggu waktu pulang akhirnya dengan semangat mereka menuju tempat parkiran. Caca menghidupkan motornya setelah memakai helm. Yumna naik setelah disuruh Caca karena motor sudah bisa untuk melaju.

Setengah jam perjalanan akhirnya Yumna dan Caca sampai di rumah sakit. Caca memarkirkan motornya di tempat parkir yang tersedia di sana. Ke dua wanita itu berjalan menuju pintu masuk rumah sakit. Mendaftarkan dirinya dengan nomor antrian dua belas.

Lama menunggu akhirnya sekarang nama Yumna sudah terpanggil. Yumna masuk ditemani Caca. Rasa khawatir sangat jelas mendominasi wajah Yumna. Dia sangat khawatir jika memang benar kalau dirinya tengah mengidap menyakit keras.

"Ca aku takut banget," adu Yumna sambil memegang tangan Caca dengan erat.

"Nggak usah takut Yum, kamu rilekskan saja fikiran kamu. Yakin semuanya baik-baik saja," hibur Caca menyemangati Yumna agar tidak terlalu tegang.

"Tapi aku takut banget kalau memang benar aku memiliki riwayat penyakit serius. Apalagi kamu lihat sendiri kalau perut aku semakin besar," kata Yumna pada Caca.

"Jangan terlalu kamu pikirkan, yang jelas sekarang kita periksa dulu apakah kamu benar sakit atau gimana," Caca terus menghibur Yumna agar wanita itu tidak terlalu cemas serta takut.

"Permisi Buk," ujar Yumna saat sudah membuka pintu bercat biru muda.

"Iya silahkan masuk," jawab wanita yang masih terlihat cantik meski umur tak lagi muda.

Yumna dan Caca bergegas menuju dokter wanita itu dengan sedikit canggung.

"Apa ada keluhan yang anda rasakan?" tanya sang dokter setelah melihat kertas putih yang ada di atas meja.

"Emm, begini Bu Dokter, perut saya semakin hari semakin besar. Apakah saya memiliki penyakit serius?" tanya Yumna memperlihatkan perutnya yang menang tampak lebih besar.

"Apakah anda sudah menikah?" tanya sang dokter setelah melihat perut Yumna yang ditunjuk gadis itu tadi.

"Sudah Bu, tapi saya sudah bercerai sekitaran 4 bulan kurang Dok," jawab Yumna jujur.

"Yang saya lihat sepertinya saat ini anda tengah hamil. Saya sarankan periksa kedokter kandungan," jelas dokter paruh baya itu yang membuat Yumna serta Caca tercengang.

"Tapi bulan kemarin saya masih haid Dok, bagaiamana bisa saya hamil?" tanya Yumna ragu dengan ucapan sang dokter.

"Mungkin itu hanya flek karena kemungkinan kamu kelelahan atau semacamnya,"

"Emm, ya sudah Dok, terimakasih. Kami permisi ke sebelah dulu," jawab Yumna serta meminta izin kepada sang dokter.

"Iya,"

Yumna dan Caca keluar dari ruangan dokter itu. Pikiran mereka masih berkecamuk dengan ucapan dokter wanita yang baru saja mereka temui. Ada rasa bahagia dihati Yumna dan juga ada rasa sedih jika saja ucapan dokter tidaklah benar.

Kini mereka sudah berada di depan pintu ruangan dokter kandungan. Yumna membuka kenop pintu dan melonggokkan kepalanya. Nampak di dalam ruangan itu ada seorang dokter wanita yang tengah berkutat dengan kertas-kertas di atas meja. Kemungkinan tidak ada lagi pasien yang akan dia tangani.

"Permisi Dok, boleh kami masuk?" tanya Yumna.

"Iya silahkan," jawab Dokter dengan ramah.

Yumna dan Caca melangkahkan kaki mereka masuk ke dalam ruangan yang khas dengan bau obat-obatan.

"Silahkan Ibu berbaring di sana," Dokter menunjuk tempat tidur untuk pasien agar Yumna menaikinya.

Dengan hati-hati Yumna menaiki ranjang lalu menidurkan badannya di atas. Sedangkan Caca melihat apa saja yang dilakukan Yumna. Dia juga sedikit deg-degan dengan Yumna. Tapi rasa itu ia tepis. Harapan Caca juga emang nyata apa yang dikatakan dokter ditempat mereka masuk pertama tadi. Melihat kondisi perut Yumna, Caca tidak lagi berfikir negatif kepada wanita itu. Bahkan pikirannya sebelumnya ia usahakan untuk mengenyahkan dari dalam pikirannya.

Dokter wanita menyingkapkan baju yang dikenakan Yumna. Mengambil gel lalu mengoleskan pada perut Yumna.

Dokter manatap pada monitor yang ada di depannya begitupun dengan Yumna dan Caca.

"Anda bisa melihat gambar ini?" tanya sangat dokter yang diangguki Yumna.

"Itu adalah janin anda, perkembangan normal, dan janin ada terlihat sehat," jelas sang dokter.

"Ja-janin Dok? a-apa benar saya hamil?" Tak dapat dipungkiri jika saat ini Yumna tengah menangis dengan haru. Dia tak pernah menyangka jika kini di dalam perutnya ada nyawa yang bersemayam. Bertahun-tahun dia menunggu kehadiran seorang anak, namun disaat dia sudah berpisah dari suaminya Allah menitipkan seorang anak untuknya. Dia sangat bahagia, sungguh dia sangat-sangat bahagia.

"Iya saat ini anda sedang hamil, apa tidak ada tanda-tanda jika anda tengah hamil misalnya seperti ngidam? atau menstruasi anda yang sudah tidak datang lagi?" tanya dokter.

Yumna menghapus air mata yang membasahi pipinya. "Tidak Dok, bahkan bulan kemaren saya masih menstruasi, hanya saja tidak banyak seperti biasa," jawab Yumna.

"Kemungkinan itu hanya flek saja, mungkin anda terlalu lelah atau banyak pikiran makanya anda mengalami flek. Untuk selanjutnya jangan terlalu banyak pikiran dan juga jangan terlalu kelelahan karena itu bisa berpengaruh kepada janin anda."

"Iya Dok, terimakasih. Apa boleh saya tahu kira-kira berapa bulan ya kandungan saya?"

"Janinnya sudah berumur delapan belas minggu atau empat bulan setengah," jawab dokter.

"Iya Dok, terimakasih atas jawabannya. Kami pamit pulang dulu," ujar Yumna sembari meminta izin untuk pulang.

"Iya sama-sama," jawab sang dokter.

Yumna dan Caca akhirnya meninggalkan rumah sakit. Dengan hati gembira tak henti-henti Yumna mengucap syukur kepada Sang Pencipta atas karunia yang telah diberikan untuknya.

"Ca beneran sekarang aku tidak lagi bermimpi kan?" tanya Yumna saat mereka sudah sampai di tempat parkiran.

Caca mencubit lengan Yumna dengan sedikit keras. Membuat wanita hamil itu mengaduh kesakitan.

"Iss sakit tau Ca,"

"Itu tandanya kamu tidak sedang bermimpi Yum, ini nyata. Kamu saat ini memang lagi tengah hamil," jawab Caca merasa gemas dengan kelakuan temannya.

"Alhamdulillah ya Allah, akhirnya apa yang aku inginkan selama ini terkabul Ca. Sungguh aku saat ini benar-benar sangat bahagia Ca," ujar Yumna. Namun wajah ceria itu tiba-tiba saja berubah sendu.

"Hey kenapa sedih gitu?" Caca mencolek dagu wanita hamil itu.

"Aku sedih kenapa saat aku sudah sendiri Allah memberi aku anak, tapi saat aku masih menikah Allah tidak memberikan aku seseorang di dalam sini," ujar Yumna dengan nada lirih.

"Hey-hey, nggak boleh ngomong gitu. Allah itu baik bahkan sangat baik. Allah tunjukin bagaimana sikap asli suami kamu. Kalau dia memang benar-benar menginginkan kamu dia pasti akan nerima kamu apa adanya. Baik kamu memberikan dia keturunan maupun tidak. Tapi lihatlah sekarang dia malah cerain kamu bukan? itu tandanya dia bukan laki-laki yang terbaik buat kamu. Kamu harus yakin bahwa disetiap air mata kesedihan akan ada air mata bahagia yang akan datang kepada kamu. Contohnya saja sekarang kamu bahagia bukan? kamu bahagia karena nyatanya kamu diberikan seorang anak di dalam rahim kamu,"

"Iya Ca, terimakasih nasehatnya. Terimakasih juga sudah ngingetin aku, karena suudzon sama Allah," Yumna memeluk temannya itu dengan erat yang dibalas wanita itu tak kalah eratnya.

"Iya Yumna sama-sama. Itu gunanya punya teman untuk saling mengingatkan. Jika kamu salah aku yang ngingetin dan jika aku salah kamu yang ngingetin aku. Ya udah yuk pulang," Caca melepaskan pelukan Yumna.

"Kita mmpir dulu ke supermarket ya Ca, aku mau beli susu ibu hamil dulu,"

"Ok bumil,"

TBC

Terpopuler

Comments

Dewi Dama

Dewi Dama

cerita nya di lompat2tin baca nya terlalu ber tele2..

2024-12-17

0

Bunda Malika

Bunda Malika

logika ko..waktu dlu sy lahiran ada jg yg dadak lahiran kt ny ga hamil tp lahiran..slm 9 bln ga terasa hamil krn ndn ny gendut.cm terasa ny pas mau lahiran..ke rmh sakit jg ga bawa perlengkapan lahiran jd semua ny beli dadakan

2023-08-18

0

Erny Manangkari

Erny Manangkari

selamat ya Yumna atas kehamilanmu

2022-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!