Diceraikan
Yumna Humaira yang biasanya di panggil dengan sebutan Yumna. Seorang wanita berusia hampir genap 29 tahun dan sudah menikah dengan seorang laki-laki tampan dan sangat setia. Bahkan tak pernah ada pertengkaran serius dalam rumah tangga mereka selama mereka membina rumah tangga. Pertengkaran kecil yang memang sudah lumrah dalam sebuah pernikahan itu pasti ada. Tapi tidak tertuju pada hal yang sangat serius. Hanya sebagai bumbu untuk menghiasi pernikahan antara Yumna dan Reyhan.
Rumah tangga yang sudah dibina Yumna dan Reyhan selama tujuh tahun. Rumah tangga yang sangat harmonis tanpa cela sedikitpun. Mertua yang sangat menyayanginya seperti mereka menyayangi Reyhan sebagai anak kandung mereka. Hidup penuh dengan canda tawa, bahkan kehidupan mereka tampak sangat bahagia.
Meski sudah lama menikah namun dalam keluarga kecil Yumna belum dianugerahi seorang malaikat kecil yang membuat rumah itu menjadi tampak ramai. Berbagai cara sudah mereka lakukan. Memeriksa kesuburan pada dokter pun sudah mereka lakukan. Dari hasil pemeriksaan, mereka baik-baik saja tanpa ada yang kurang dari salah satu dari mereka.
Berobat secara alami juga pernah mereka lakukan. Namun belum juga ada tanda-tanda hadirnya malaikat kecil di dalam rahim Yumna. Sedih? sudah pasti Yumna sangat sedih. Bahkan jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat menginginkan hadirnya seseorang di dalam rahimnya. Bahkan dulu sebelum menikah Yumna menginginkan memiliki seorang anak dengan cepat. Namun takdir berkata lain, bahkan sampai kini belum juga dia dikarunia seorang bayi.
Hari-hari di jalani Yumna dengan penuh kebahagiaan. Tak pernah sekalipun Yumna merasakan sedih yang mendalam. Yumna yakin bahwa suatu saat pasti Allah akan menitipkan seseorang di dalam rahimnya. Ya Yumna sangat yakin dengan itu.
Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan dari tetangganya yang menanyakan perihal anak kepadanya, membuat Yumna sangat sedih. Bahkan sebagian mereka juga menuduh Yumna wanita ma*d*l. Tapi tak banyak dari mereka juga mengira Yumna memakai alat pencegahan kehamilan.
Perkataan-perkataan tajam itu membuat Yumna kepikiran. Bahkan pernah suatu hari Yumna tidak keluar rumah, karena dirinya sakit memikirkan ucapan tetangganya yang tiada henti menanyakan perihal anak. Mereka tidak pernah tau apa yang sedang dialami Yumna selama ini. Maka dari itu mereka dengan gampangnya berkata demikian tanpa memikirkan jika mereka yang ada di posisi Yumna dan apa yang akan mereka rasakan. Itulah kadang hidup bertetangga. Tidak banyak dari mereka yang memberikan dukungan yang baik. Namun lebih kepada hinaan serta fitnah yang tak mendasar.
Dalam beberapa hari ini mertua Yumna sering mengunjungi dirinya. Menanyakan apakah sekarang dia sudah hamil atau belum. Ntah kenapa Ibu mertuanya itu sekarang sering ke rumah dan menanyakan hal yang sama terus-menerus. Padahal selama ini Ibu mertuanya terlihat biasa saja. Tidak terlalu memaksa atau memberi tekanan pada Yumna.
Mulut yang dulunya sangat lembut kini berubah kasar. Wanita satu-satunya yang sekarang Yumna miliki, karena orang-tuanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Namun rasanya sekarang sudah sirna sedikit demi sedikit.
Rasa sakit yang sama didapatkan dari mulut ibu mertuanya. Yumna merasakan sesak di dadanya mendengar ucapan sang mertua. Rasanya tubuhnya seakan tak bertulang mendengar ucapan sang mertua. Apakah seburuk itu dirinya sehingga mertua yang sangat disayanginya berubah dalam sekejap.
"Apa sudah ada tanda-tanda?" Rena melipat kedua tangannya diperut dan menatap sinis menantunya. Biasanya Rena akan bertanya akan memakai embel-embel seperti menyebut nama menantunya atau dengan panggilan Nak. Namun sekarang sudah jarang bahkan bisa dikatakan tidak ada.
"Belum Bu," balas Yumna dengan sedikit menunduk.
"Sampai kapan?"
"Do'ain biar cepat dikasih sama Allah ya, Bu?"
"Kau tau tidak!? ini sudah mau tahun kedelapan. Sudah hampir delapan tahun saya nungguin dengan sabar. Tapi apa yang saya dapat, haaa? Nol!! Ya nol besar yang kau berikan kepada saya!!!"
"Maa--"
"Buat apa kau minta maaf? Seribu kalipun kau minta maaf jika hasilnya nol maka percuma saja!! Atau jangan-jangan kau itu memang ma*d*l!!"
Bagai disambar petir disiang bolong. Dada Yumna terasa berdetak sangat kencang. Jika orang lain yang berkata demikian Yumna tidak merasakan sakit yang teramat seperti saat ini. Tapi ini mertuanya sendiri. Wanita yang sudah di anggap seperti ibu kandungnya.
"Tidak Bu, kata dokter aku baik-baik saja," sanggah Yumna dengan nada yang sedikit bergetar.
"Jika benar apa yang dokter katakan kenapa sampai sekarang kau belum juga hamil, hmm?!"
Yumna hanya diam mendengar ucapan mertuanya. Rasanya kata-kata kasar yang diucapkan mertuanya masih tergiang-ngiang di kepala Yumna. Sangat sakit, bahkan sangat menyakitkan.
"Kenapa hitam?! nggak bisa jawab?" bentaknya dengan suara yang memekakkan gendang telinga. Setelahnya Rena langsung keluar dari rumah menantunya tanpa berpamitan.
'Astafirullah, astafirullah, astafirullah ya Allah. Kuatkanlah diri hamba dan ikhlaskanlah hamba dalam menerima takdirMu,' batinnya.
Setelah kepergian mertuanya, Yumna beranjak menuju kamarnya untuk melaksanakan ritual mandi. Badannya terasa lengket apalagi ditambah dengan perkataan kasar drakor mertuanya membuat seluruh tubuh Yumna dibasahi keringat. Badannya bergetar dan hatinya menangis.
Hanya beberapa menit akhirnya Yumna telah selesai mandi. Memoles wajahnya dengan bedak serta sedikit liptint agar bibirnya tidak tampak kering.
Malamnya Yumna menyiapkan makan malam dimeja makan. Menunggu suaminya yang mungkin sebentar lagi akan sampai di rumah. Biasanya di jam sekarang ini suaminya sudah dirumah, tapi ntah kenapa hari ini tiba-tiba saja suaminya belum pulang. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Bahkan waktu sholat isa saja sudah masuk beberapa menit yang lalu. Semua hidangan sudah tertata rapi di meja makan. Tinggal menunggu kepulangan Reyhan dari tempat kerjanya.
Detik terus berganti menit, menit berganti jam. Sudah hampir tiga jam Yumna menunggu suaminya. Namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda sang suami pulang. Sudah ditelpon namun nomor suaminya berada di luar jangkauan.
Rasa cemas menyelimuti Yumna. Tak pernah sekalipun Reyhan po ulang sampai selamat ini. Jikapun ada pasti dia akan memberi kabar pada istrinya.
'Mas, kamu dimana? Kamu sangat mencemaskan kamu Mas,' Yumna meremas tangannya karena merasa sangat cemas akan suaminya. Takut jika suaminya kecelakaan atau apapun yang menimpa suaminya.
Pikiran-pikiran buruk sudah menghantui pikiran Yumna. "Astafirullah Yum, kamu nggak boleh berfikir seperti ini,' Nasehatnya pada dirinya sendiri.
Karena terlalu lama menunggu akhirnya Yumna makan sendiri. Rasa lapar sudah sangat menganggu pulau di tengah perut Yumna. Mengambil nasi seperti biasanya dan menikmatinya.
Selesai makan Yumna kembali menghubungi suaminya, namun masih sama. Nomor suaminya diluar jangkauan alias tidak aktif. Yumna mengirimi pesan untuk suaminya. Selanjutnya Yumna memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya karena merasa lelah menunggu. Berharap nanti suaminya akan pulang dan membangunkan dirinya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Micke Rouli Tua Sitompul
suami udah selingkuh
2024-04-03
0
Mina Rasi
astaghfirullah
2023-06-21
0
Tati Suwarsih Prabowi
maaf thor...Astaghfirullah
2023-01-29
1