Waktu sangat cepat berlalu. Kemaren rasanya Yumna hamil namun kini sudah sembilan bulan usia kandungannya. Sebentar lagi anak yang ada di dalam perutnya akan lahir. Ada rasa takut, was-was, dan bahagia yang menyelimuti dirinya.
Meski dia sudah berusaha rileks, namun tak menutup kemungkinan jika dirinya juga merasa cemas. Melahirkan seorang anak dengan bertaruh nyawanya. Rasa sakit yang belum pernah dirasakan Yumna sebelumnya, sebentar lagi akan dia rasakan.
Berjuang seorang diri tanpa ada sosok seorang suami yang memeberikannya semangat. Bahkan keluarga seorang pun dia tak punya. Hidup sebatang kara di kampung halaman ke-dua orang tuanya. Pahit manisnya hidup sudah dirasakan Yumna.
Meski demikian Yumna masih bersyukur dengan rahmat yang diberikan Allah kepada dirinya. Disaat dia seorang diri Allah titipkan nyawa seseorang di dalam rahimnya. Anak yang akan menjadi penyemangat dirinya untuk terus berjuang tanpa henti.
Tangis kesedihan yang dulu dia rasakan sekarang hanya tinggal tangis kebahagiaan yang datang menghampiri. Rasa bahagia yang mana sebentar lagi Yumna akan memiliki seorang anak yang sudah sangat lama ia inginkan.
"~"
Saat ini Yumna tengah berada di ruang bersalin seorang diri. Beberapa menit yang lalu dokter sudah keluar dari dalam kamar tempat Yumna akan melahirkan anaknya. Pembukaan jalan keluar untuk anak Yumna masih pada pembukaan tujuh. Tinggal tiga pembukaan lagi maka anaknya akan lahir.
Rasa sakit itu datang dalam waktu lima menit sekali. Sungguh perjuangan yang belum ada akhrinya. Masih lama proses itu akan Yumna lalui seorang diri. Tak ada kerabat ataupun teman yang menemaninya saat ini.
Caca yang sebagai temannya tak bisa menemaninya lantaran dia sedang bekerja dan tidak bisa ambil cuti.
"Ayo Buk dorong sedikit lagi," Dokter wanita yang bertugas untuk membantu Yumna melahirkan memberikan instruksi kepada Yumna saat dia masuk dan pembukaan sudah pada akhir yaitu sepuluh.
"Aaarrghhh" Sekuat tenaga Yumna berusaha mengejan agar anaknya lekas lahir.
"Sedikit lagi Buk, yang kencang dari tadi, ayo Buk semangat!" Dokter cantik itu terus menyemangati Yumna.
"Aaarrrggghhhhhh!!!" Yumna mengengejan dengan sangat kencang. Terasa dua puluh tulang dipatahkan secara bersamaan. Rasa sakit yang hanya dirasakan seorang ibu yang berjuang melahirkan anak-anak mereka.
"Owekk, owekk," Akhirnya perjuangan Yumna untuk melahirkan buah hatinya selesai juga. Rasa sakit yang tadi dia rasakan seakan hilang dengan seketika. Yang ada hanya rasa haru serta bahagia yang dirasakan Yumna.
Tak henti-hentinya Yumna mengucap syukur dalam hatinya kepada Allah yang telah memberinya nikmat sebesar ini.
'Alhamdulillah ya Allah, terimakasih atas karunia yang engkau berikan kepada hambamu ini,' Doa Yumna dalam hatinya.
"Alhamdulillah anak Ibu sehat, tidak ada kekurangan satupun. Dan kelaminnya laki-laki," Suster yang membantu persalinan Yumna memberikan putranya yang masih merah itu kepada Yumna. Agar putranya dikasih asi pertama yang dibantu oleh suster.
***
Kini Yumna sudah berada di ruang rawat inap. Setelah selesai semuanya diruang bersalin akhirnya Yumna dipindahkan keruangan rawat. Yumna menatap wajah putranya dengan haru. Wajah seseorang yang selama ia kandung dan dia nantikan kehadirannya semenjak dia tau bahwa dirinya sedang berbadan dua.
"Sayang, terimakasih sudah hadir di dalam kehidupan Bunda," Yumna mencium dengan lembut pipi anaknya yang masih sangat merah.
Yumna kembali tidur di samping bayinya yang saat ini tengah tertidur dengan pulas. Beberapa menit bayinya sudah selesai menyusu. Yumna lelah, maka dari itu dia tidur sejenak untuk menghilangkan rasa lelah yang menyerang dirinya. Apalagi tadi tenaganya banyak terkuras karena melahirkan bayi yang sangat dia cintai.
***
Dua hari sudah berlalu. Yumna telah sampai dikediaman dirinya karena sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Membawa anaknya yang masih merah di dalam gendongan dirinya. Barang-barang yang dibawa ke rumah sakit sudah dimasukkan supir angkot karena Yumna meminta tolong kepada sang bapak.
Yumna melangkah menuju ranjang bayi yang tersedia di dalam kamarnya. Menidurkan bayi merahnya di dalam boks bayi yang sangat cantik dengan warna biru muda kesukaan dirinya. Setelahnya Yumna pergi kedapur saat dirasa anaknya tidak akan bangun. Memasak nasi dan sayur bayam untuk dia makan.
Hanya butuh waktu setengah jam, akhirnya Yumna sudah bisa memakan nasi yang tadi ia masak serta sayur bayam. Membawa piring serta gelas makan ke dalam kamar. Takut anaknya akan bangun.
Yumna makan dengan lahap. Perutnya terasa kosong karena sang buah hati terlalu lahap meminum asinya. Untung saja asi Yumna keluarnya banyak jadi tidak perlu dirinya membeli susu tambahan untuk anaknya.
Selesai makan Yumna kembali ke dapur untuk meletakkan piring kotor bekas makan dirinya.
"Sudah bangun ya anak, bunda?" Sampai di kamar Yumna melihat anaknya sudah terbangun dari tidur lelapnya. Mengeluarkan lidah karena kemungkinan merasa lapar.
Yumna mengangkat tubuh mungil bayinya dan membawanya ke dalam pelukan. Selanjutnya Yumna memberikan asinya kepada sang anak. Dengan sedikit kuat sang putra meminum asinya. Mungkin karena terlalu lapar.
"Lapar banget ya Nak? maaf ya Sayang, tadi bunda nggak bangunin kamu karena bunda lapar biar kamunya juga bisa nikmatin ASI bunda yang banyak ya," Yumna mengelus pipi putranya dengan dengan lembut.
"Oiya kamu belum bunda kasih nama, siapa ya nama yang bagus untuk putra bunda satu ini, hmm?" Yumna tampak berfikir siapa nama yang akan dia kasih untuk putra semata wayangnya. Selama dia hamil Yumna tidak pernah memikirkan nama untuk buah hatinya.
"Emmm, gimana kalau kamu, bunda kasih nama Maula Ali Ramiza. Haa iya itu bagus kan Sayang? Bunda akan manggil kamu Ali. Arti nama kamu itu adalah seorang anak lelaki yang penyayang, yang akan menjadi simbol kebaikan. Bagus bukan Sayang," Dengan gemas Yumna berkali-kali mencium pipi anaknya yang kini sudah selesai meminum asinya.
Kembali Yumna menaruh anaknya ke dalam boks bayi. Badannya terasa sangat gerah. Yumna memilih mandi kilat takut anaknya terbangun lantaran tidak ada yang menjaganya.
Satu minggu telah berlalu. Keadaan anak Yumna semakin hari semakin membaik. Bahkan tubuhnya sekarang sudah mulai agak berisi dari sebelumnya.
"Yumna i'm coming?!" Caca yang baru saja datang langsung memanggil temannya yang kini tengah berada di dalam kamar. Yumna sedang melipat baju anaknya yang sudah siap dicuci.
"Nggak sudah berisik tau Ca, lihat tuh nanti anak aku bangun," omel Yumna yang mendapat kekehan dari Caca.
"Heheh, maaf Yum, aku kira anak kamu masih bangun," Caca meletakkan bingkisan yang dia bawa di atas meja yang ada di kamar Yumna.
"Kamu datang sendiri Ca?" tanya Yumna saat tak melihat suami temannya itu. Karena biasanya kalau Caca datang kesini selalu ditemani suaminya.
"Iya Yum, Bang Rangga lagi kerja," jawab Caca menghampiri putra Yumna yang tengah tidur di dalam boksnya.
"Oo gitu, kerja dimana?" tanya Yumna basa-basi.
"Biasa Ca, tempat kemaren," balas Caca yang diangguki Yumna.
"Issa ganteng banget sih kamu, Sayang. Kamu sudah kasih nama buat putra kamu, Yum?" Caca menoel-noel pipi bayi yang ada di dalam boksnya.
"Sudah Yumna, namanya Maula Ali Ramiza. Panggilan Ali,"
"Emm, bagus Yumna, aku suka namanya,"
Yumna meletakkan baju yang sudah dia lipat ke dalam lemari khusus untuk Ali. Setelahnya duduk di atas ranjang dan melihat apa yang dilakukan Caca pada putranya.
"Wahhh, dia bangun Yum? boleh aku gendong Yum?" Dengan mimik wajah yang terlihat seperti anak kecil Caca menatap Yumna.
"Iya boleh kok Ca, gendong saja. Tapi sebentar saja ya, dia belum minum asi," balas Yumna yang diangguki Caca.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Dewi Dama
cerita nya terlalu di panjang2ngin...yg gk.pelu di bahas...di bahas..jadi baca nya di loncat2tin..
2024-12-20
1
Erny Manangkari
ko blm ada cerita mantan suami Yumna ya thor
2022-12-16
2
Muly Yanti
kok ceritanya lurus aj thor..
2022-09-27
2