Kembali

Hari-hari terus berjalan dengan cepatnya. Minggu berganti bulan, bulan berganti dengan tahun. Tak terasa sudah sembilan belas tahun kurang Yumna menetap di kediaman orang-tuanya. Anak yang dulu masih kecil sudah tumbuh menjadi remaja pria yang sangat tampan.

Sudah delapan belas tahun umur anak yang dilahirkan Yumna dulu. Anak yang menjadi semangat untuk dirinya terus berjuang dan berjuang. Kini anak itu sudah lulus dari sekolah menengah akhir. Satu bulan yang lalu putranya sudah perpisahan disekolahnya yang ditemani dirinya sendiri.

Dan satu minggu yang lalu, Ali sudah mengambil ijazahnya di sekolah tempat dia menuntut ilmu selama tiga tahun ini.

"Li makan dulu yuk," Yumna mengajak anaknya untuk makan malam. Makanan kesukaan sang putra sudah tersedia di atas meja makan, bukan hanya putranya tapi juga dirinya.

"Iya Bun," Ali berjalan mengikuti sang bunda yang tadi memanggilnya dari ruang tamu, karena dirinya asik menonton televisi.

Yumna mengambilkan nasi untuk anak bujangnya. "Segini Nak?" Yumna memperlihatkan nasi yang ada di atas piring kepada putranya.

"Iya Bun, segitu saja." balas Ali dengan senyum manis menghiasi wajah tampannya. Wajah yang mirip dengan sang ayah. Bagian dari Yumna hanya bibir serta matanya, selebihnya sudah duplikat Reyhan sang ayah kandung.

Kadang Yumna merasa sedih, kenapa wajah putranya malah mirip dengan mantan suaminya. Padahal dia yang mengandung selama sembilan bulan, dia yang berjuang membesarkan anaknya hingga detik ini. Tapi bagiannya hanya dapat bibir dan mata. Meski demikian Yumna tidak masalah, dan juga tidak terlalu mengingat mantan suaminya, bahkan bisa dikatakan tak ada lagi cinta di hatinya untuk mantan suaminya.

Selanjutnya Yumna mengambilkan ayam kecap kesukaan anaknya. Memberikan piring yang sudah berisi dengan makanan kepada Ali yang disambut laki-laki itu dengan senyuman disertai ucapan terimakasih kepada wanita yang sudah melahirkan dirinya ke dunia ini.

Kedua ibu dan anak itu menikmati makan malam mereka dengan tenang. Karena makan sambil berbicara itu tidak baik apalagi kalau sampai terseleg karena makanan.

Hanya dalam waktu tiga puluh menit akhirnya mereka selesai makan. Makanan yang sangat enak menurut mereka berdua. Makanan kesukaan anak dan ibu.

Yumna dan Ali tengah duduk di ruang tamu sambil menonton film di televisi, apa lagi kalau bukan film 'Ku Menangis'. Meski Ali tidak suka tidak mungkin dia meminta bundanya untuk menukar dengan film kesukaannya. Ali sangat tau bagaimana bundanya itu sangat menyukai film di Indosiar itu.

Suka tidak suka Ali tetap menonton film kesukaan Bundanya. Tapi kadang kala Ali juga kesal dengan pemeran laki-lakinya yang terbilang sangat egois. Saat sudah memiliki istri setia malah mencari yang lebih cantik. Memiliki istri sederhana malah mencari yang kaya. Saat memiliki istri yang usahanya masih dibawah harus dituntut supaya usahanya cepat berkembang. Rasanya Ali ingin memukul jika saja pria-pria itu ada di hadapannya.

"Bunda," Ali menghadapi Yumna yang fokus menonton serial yang ada di televisi.

"Iya Li, ada apa?" Yumna memerengkan wajahnha agar menghadap sang buah hati yang menjadi penyemangatnya selama ini.

"Kapan kita ke kota Bun?" Ali sangat ingin ke kota di mana tempat dulu ibunya tinggal. Bukan ingin menemui laki-laki yang memilih meninggalkan ibu dan dirinya. Hanya karena susah hamil dengan seenaknya laki-laki itu mencampakkan ibunya.

"Besok siang Sayang. Pagi-pagi kita beresin rumah serta pakaian yang akan kita bawa. Terus sebelum berangkat ke bandara kita mampir dulu ke rumah Tante Caca," jelas Yumna dengan senyum manis di bibirnya. Meski tak muda lagi namun wajah Yumna masih seperti wanita berumur tiga puluh tahunan. Wajahnya selalu dia rawat sejak dulunya, maka dari itu dia tampak awet muda.

"Ooo gitu Bun. Emmm, emang jam berapa pesawatnya berangkat besok Bun?" tanya Ali dengan penasaran.

"Kira-kira jam satuan. Emang ada apa? Apa ada yang mau kamu beli?"

"Nggak ada Bun,"

Setelah pembicaraan antara ibu dan anak itu, selanjutnya mereka memilih melanjutkan menonton televisi yang masih tayang di hadapan kedua ibu dan anak itu.

***

Cuaca pagi ini sangat indah. Sinar matahari sepertinya mendukung keberangkatan Yumna dan Ali ke kota tempat dimana Yumna dulu tinggal.

Yumna kini tengah membersihkan dapur. Mencuci piring kotor bekas makan mereka tadi malam serta bekas makan mereka satu jam yang lalu. Melanjutkan menyapu rumah dan mengepel lantai agar tampak lebih cantik.

Sedangkan Ali tengah memasukkan baju-bajunya ke dalam ransel yang cukup besar milik dirinya yang dibelikan Yumna saat dia kemping semasa waktu dia kelas sepuluh.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Yumna masuk ke kamarnya dan mengambil koper biru muda kesukaannya. Memasukkan semua pakaiannya serta perlengkapan mandi yang beberapa hari lalu dia beli. Jika ditinggal maka akan mubazir. Lebih baik dibawa dan pasti akan terpakai nantinya. Itulah pikir Yumna.

Dua buah koper dan satu ransel milik Ali sudah berada di ruang tamu. Setelahnya kedua anak dan ibu itu melanjutkan untuk mandi dan bersiap untuk pegi. Jam di dinding rumah Yumna sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Tandanya dua jam lagi mereka harus sampai dibandara.

Yumna dan Ali kini tengah berada di dalam taksi yang mereka pesan. Berjalan menuju kediaman caca. Hanya butuh waktu lima belas menit akhirnya mereka sampai di kediaman Caca.

Yumna dan Ali turun dari taksi yang kini terparkir di halaman rumah Caca. Supir taksi hanya akan menunggu mereka di dalam taksi tersebut tanpa ikut masuk ke dalam rumah Caca.

"Assalamu'alaikum," Yumna mengucap salam sambil mengetuk pintu yang ada di depannya.

"Wa'alaikumsalam," Terdengar suara dari dalam rumah. Terdengar tidak terlalu keras kemungkinan pemiliknya berada di dekat dapur atau di mana yang jelas Yumna tidak tau.

Ceklek...

"Ehh, kamu Yumna. Mari masuk Yumna, Ali," Caca membukakan pintu untuk tamunya. Rasa antusiasnya datang dalam sekejab saat melihat tamunya yang tak lain adalah Yumna dan juga anaknya.

"Iya Ca/Tan" balas kedua orang itu dengan senyum manisnya.

Yumna dan Ali mengikuti langkah Caca. Caca menuju dapur sedangakan Yumna dan Ali duduk di sofa ruang tamu. Tak lama setelah itu Caca datang dengan membawa dua gelas air di atas nampan dan menghidangkan kepada Yumna dan Ali.

"Hanya ada air doang Yum, soalnya cemilan aku kosong belum dibeli hehe," ujar Caca dengan kekehan. "Silahkan diminum Yumna, Nak Ali," Lanjutnya.

"Ini saja sudah lebih dari cukup Ca. Kamu ini terlalu berlebihan." balas Yumna.

"Iya Tan, terimakasih," balas Ali yang langsung menyesal tega panas yang dibuat Caca.

"Nggak ada yang berlebihan kok Yumna, kamu tau sendiri kan gimana aku."

"Iya deh, mau dilawan terus kamunya nggak bakal mau kalah mending aku nyerah saja." balas Yumna. "oh ya suami dan anak kamu mana? kok nggak kelihatan?" Yumna melirik sana-sini untuk melihat kehadiran putri Caca yang masih berumur sepuluh tahun yang artinya putri Caca lahir saat Ali berumur delapan tahun.

"Tadi pergi sama Bang Rangga. Nggak tau juga aku kemana mereka pergi. Mana mau mereka ngajak aku kalau mau bepergian. Palingan anak dan ayah itu maunya pergi berdua doang tanpa mau ngajakin aku." balas Caca dengan wajah sendu.

"Sabarrr, ini ujian. Hahah," Yumna melepaskan tawanya mendengar keluhan temannya. Memang selama ini jika bepergian anak dan suaminya, Caca jarang diajak bahkan bisa dikatakan tidak ada. Diajak pun jika bepergian jauh.

"Itu sudah pasti kali Yumna, kalau tidak mana mungkin aku masih di rumah sekarang. Pasti aku akan maksa untuk ikut sama mereka," ujar Caca.

"Iya juga ya Ca. Oh ya Ca, aku dan Ali datang kesini mau pamit. Kita akan kembali ke Jakarta. Ali mau lanjutin kuliah disana. Jadi mungkin untuk kedepannya kita akan sangat-sangat jarang ketemu. Kalau ada waktu nanti aku akan balik lagi kesini buat liburan,"

"Kenapa cepat sekali Yum, kan masih ada waktu beberapa hari lagi atau seminggu lagi. Lalu gimana kalau aku kangen nanti sama kamu dan juga itu anak bujangmu, hehe," Bisa-bisa Caca saat berkata dengan lirih begitu masih menatap anak bujangnya dengan tatapan sedikit genit. Meski begitu Caca sudah menganggap Ali seperti anaknya sendiri.Ya Caca sudah menganggap Ali sebagai anaknya sendiri. Dulu saat Ali masih kecil Caca sering mengajaknya untuk bermain di rumah.

"Isss kamu ini gimana sih Ca, kita masih bisa video call. Zaman sudah canggih loh," Yumna menggeleng saat Caca menampilkan raut wajah sepeti anak kecil minta permen.

"Oh iya ya Yum, maklum aku lupa Yum," balas Caca dengan cengiran khasnya.

Yumna melirik jam di dingin rumah Caca. "Yaudah Ca, aku sama Ali pamit dulu ya. Soalnya jam satu nanti pesawatnya akan berangkat. Sampaikan salam aku buat suami kamu serta anak gadismu ya," Yumna berdiri dari duduknya. Memeluk teman yang bahkan sudah dia anggap sebagai saudaranya sendiri.

"Ali pamit ya Tante, salam buat Om dan adik kecil," Ali menyalami tangan Caca dengan takzim.

"Iya hati-hati Yum, Li. Oh ya nanti jangan lupa kabarin aku kalau sudah sampai ya, Yum," pinta Caca yang mendapat anggukan dari Yumna.

Yumna dan Ali meninggalkan kediaman Caca. Berangkat menuju bandara Internasional Minangkabau. Keberangkatan mereka ke Jakarta hanya tinggal sepuluh menit lagi. Karena terlalu banyak berbincang-bincang di rumah Caca membuat Yumna seakan lupa waktu. Yumna meminta sang supir untuk mempercepat laju mobilnya.

Saat sampai di bandara ternyata sudah banyak penumpang yang masuk ke dalam pesawat. Untung saja Yumna dan Ali sampai tepat waktu. Jika saja telat maka mereka akan ketinggalan pesawat. Yumna dan Ali melangkah menuju tempat duduk mereka.

Hanya dalam waktu dua jam kurang akhrinya pesawat yang ditumpangi Ali dan Yumna mendarat dibandara Soekarno-Hatta. Mereka turun secara bergantian dengan penumpang yang lain.

Mata indah Ali menatap betapa indahnya kota Jakarta. Ditambah dengan gedung-gedung pencakar langit yang membuat Ali sangat kagum.

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Yumna yang sudah sejak seminggu yang lalu dikosongkan oleh orang yang menyewa rumahnya. Ali tak henti melihat pemandangan kota Jakarta yang sangat indah.

"Ini rumah kita, Bun?" Saat ini Ali dan Yumna sudah sampai di depan rumah yang dulu menjadi tempat tinggalnya dan mantan suaminya. Rumah ini tampak sedikit berbeda. Dulunya tak ada bunga yang tersusun rapi di teras rumah. Namun kini mata indah Yumna menangkap beberapa bunga di dalam potnya. Tampak sangat indah dan menyegarkan pandang.

"Iya Nak. Kamu tunggu disini dulu ya Bunda mau minta kunci pada tetangga kita," ujar Yumna yang diangguki Ali.

Yumna melangkah menuju rumah tempat dimana dulu dia menitipkan kunci rumahnya. Sedangkan Ali membawa koper serta ransel menuju teras rumah yang tampak rapi dan juga bersih.

TBC

Terpopuler

Comments

Diah Susanti

Diah Susanti

itu sebagai bukti kalo Yumna gk hamil di luar nikah/Grin//Grin//Grin/

2025-02-28

1

novi 99

novi 99

yang ngontrak berarti orang baik.
dirawat rumahnya.

2025-01-11

0

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

bgus ni 18thn kemudian ngak perlu ada drama² lagi sma mantan😁😁

2025-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!