Berusaha Ikhlas

Reyhan tampak mondar-mandir di depan ruangan dimana istrinya tengah ditangani dokter. Dia sangat khawatir jika terjadi sesuatu kepada sang istri begitupun dengan anak yang dikandung istrinya. Rasanya dia belum sanggup untuk kehilangan anaknya yang sudah sangat lama ia impikan atau inginkan.

Sedangkan Rena tampak menitikkan air matanya melihat bagaimana keadaan menantunya itu yang penuh dengan darah. Sungguh dirinya terasa sangat ngilu jika membayangkan itu terjadi pada dirinya. Rena sagat takut jika terjadi sesuatu kepada mentu serta cucunya.

Bayangan Rena kembali pada dimana tempat Lani terpeleset tadi. Tempat dimana minyak goreng yang tumpah karena tangannya. Maka dari itu dia mengambil pel keluar. Namun nasnya malah menantunya yang terjatuh di atas minyak tersebut.

"Rey maaf ibu, Nak," Rena tergugu berkata kepada sang anak.

Reyhan menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan ibunya. "Ibu minta maaf buat apa?" Reyhan tampak binggung dengan ucapan Rena.

"Maafkan ibu, karena ibu, Lani malah kepeleset di dapur," jawabnya semakin lirih. Air mata tampak tumpah dari kedua sudut mata paruh baya itu.

"Makaud Ibu apa? aku semakin tidak mengerti," ujar Reyhan.

"Rena jatuh karena minyak yang tumpah dari tangan ibu di lantai. Andai saja ibu dengan cepat melap lantai tersebut Lani tidak akan mengalami musibah seperti ini. Andai saja ibu tidak mengambil pel lantai kebelakang tempat jemuran Lani tidak akan jatuh seperti tadi dan dia pasti tidak akan pen--"

"Sutttt, Ibu tidak salah. Mungkit itu sudah takdirnya Lani, Bu. Kita berdo'a saja semoga istri dan anak aku selamat Bu," Reyhan memeluk wanita itu dengan erat. Dia tidak bisa menyalahkan Ibunya karena disini pun ibunya bisa dikatakan tidak bersalah. Kecuali Ibunya sengaja menumpahkan minyak pada lantai yang akan dipijak Lani sang istri.

"Maafkan ibu, Rey," ujarnya sekali lagi.

"Tidak Bu, ibu tidak salah. Jadi ibu tidak perlu merasa bersalah begini," Reyhan terus menghibur Ibunya meski hatinya sangat mencemaskan keadaan sang istri.

Setengah jam kemudian akhirnya pintu UGD terbuka. Reyhan dan Rena langsung saja menghampiri wanita paruh baya yang mengenakan jas putih dokternya.

"Dok gimana keadaan istri saya?" tanya Reyhan yang tampak cemas menunggu ucapan sang dokter.

"Iya Dok gimana keadaan menantu saya?" tanya Rena yang tak kalah cemasnya sama seperti Reyhan.

Dokter tersebut menatap bergantian keluaga pasiennya. "Maaf Buk, Pak untuk saat ini kondisi pasien sungguh sangat kritis. Saya kesini cuman mau bilang kami membutuhkan tanda tangan dari Bapak untuk operasi istri, Bapak. Kondisi janinya tidak bisa lagi diselamatkan, bahkan Ibunya belum sadar sedikitpun dari tadi. Maka dari itu istri, Bapak harus segera untuk dioperasi demi keselamatan istri, Bapak," jelas sang dokter kepada Reyhan dan Rena.

Reyhan yang mendapat kabar yang sangat tak ingin dia dengar, nyatanya kini membuat dada laki-laki itu berdetak dengan kencang. Bahkan dadanya terasa teriris, bertahun-tahun dia menunggu kehadiran seorang anak, namun disaat sudah hadir takdir malah berkata lain.

"Yaudah Dok, lakukan yang terbaik buat istri saya. Tolong selamatkan istri saya Dok," pinta Reyhan kepada sang dokter yang dibalas anggukan dari dokter itu.

***

Kini Reyhan dan Rena tengah berada di ruang rawat Lani. Tampak wajah wanita itu tampak pucat. Dua jam di dalam ruang operasi membuat Lani membutuhkan donor darah akibat dia kekurangan banyak darah. Untung saja darah Reyhan sama dengan Lani, maka dari itu Reyhan tidak perlu mencari pendonor darah kepada orang lain.

"Sayang cepat bangun ya," Reyhan membelai dengan lembut rambut sang istri yang masih setia dalam tidur lelapnya.

Rena menatap menantunya itu dengan tatapan sedih. Dia merasa sedih karena dirinya yang tidak hati-hati, malah membuat menantu dan cucunya celaka. Cucu tidak lagi cucu, bahkan cucunya sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Dua jam kemudian akhirnya mata cantik itu mulai mengerjab. Menyesuaikan dengan cahaya yang ada diruangan itu.

"Mas ini dimana?" tanya Rena dengan lirih saat penglihatannya sudah sempurna.

Reyhan yang tengah menutup matanya di samping Lani terkejut mendengar ucapan istrinya. "Sayang, kamu sudah sadar?" ucapnya dengan bahagia. Sudah lama dia menunggu istrinya lekas sadar.

"Ini dimana Mas?" ulang Lani.

"Ini dirumah sakit Sayang," jawab Reyhan mengelus surai hitam milik istrinya.

Ingatan Lani kembali pada saat dia terpeleset di dapur. Dengan spontan tangan itu memegang perutnya yang sudah mengempes. "Mas, ke-kenapa perut aku ja-jadi ra-ta gini?" Lani menitikkan air matanya. Sunguh dia belum rela jika anak yang dia tunggu kelahirannya sudah meningalkan dirinya.

Reyhan hanya diam. Dia sungguh tak sanggup untuk menjawab pertanyaan istrinya. Bahkan rasanya sangat berat berkata yang sejujurnya kepada sang istri.

"Mas kenapa diam? dimana anak kita?" tanya Lani dengan mulut bergetar.

"Sayang, kamu tenang ya, jangan terlalu banyak gerak nanti perut kamu malah sakit," ujar Reyhan menenangkan istrinya yang tampak sangat gelisah.

"Jawab Mas, dimana anak kita," ulang Lani untuk kesekian kalinya.

"Kamu yang sabar ya Sayang. Mungkin ini belum rezki kita. Anak kita sudah keguguran Sayang," Air mata Reyhan mengalir dari pelupuk mata nan tegas itu. Dia teramat sedih ketika mengetahui anaknya tidak bisa diselamatkan.

"Kamu nggak bohong kan Mas, anak kita pasti selamat Mas, aku yakin itu," ujar Lani yang tak percaya ucapan suaminya.

Reyhan memeluk tubuh itu dengan erat. Menenangkan sang istri yang tengah tampak tak terima dengan apa yang dia katakan. "Sabar Sayang, percayalah Allah pasti punya rencana terbaik untuk kita," Reyhan terus berusaha menenangkan sang istri.

Air mata Lani tampak mengalir tanpa henti. Darahnya berdesir saat mengetahui anak yang dia nantikan sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya. Mau marahpun Lani tidak bisa. Lagian kepada siapa dia harus marah. Ini salahnya sendiri. Jika saja dia mengikuti ucapan suaminya, ini semua tidak akan terjadi. Anaknya mungkin saja masih baik-baik saja di dalam perutnya.

"Maafkan aku yang lalai menjaga anak kita, Mas," Lani menangis dalam dekapan sang suami. Dia menyesal kenapa tidak menuruti perlatan suaminya.

"Tidak Sayang, kamu tidak salah. Ini sudah menjadi takdir kita. Mungkin saja sekarang belum rezki kita untuk memiliki seorang anak." Reyhan berusaha menghibur istrinya agar tidak menyalahkan dirinya. Reyhan takut terjadi sesuatu kepada istrinya jika saja istrinya itu terus saja menyalahkan dirinya.

"Iya Mas, aku akan berusaha untuk iklas dengan apa yang ditakdirkan Allah untuk aku dan juga kamu Mas. Aku ngantuk Mas," Mata Lani terasa berat kala pelukan hangat Reyhan membuat wanita itu tenang. Bahkan matanya yang semula tak mengantuk tiba-tiba saja merasakan kantuk yang teramat sangat.

"Yaudah kamu tidur dulu ya, Mas mau keluar sebentar nyari makan buat kita nanti pas kamu bangun," izin Reyhan yang diangguki wanita itu.

Sepeninggal Reyhan, Lani langsung saja masuk ke alam mimpinya. Sedangkan Reyhan menuju kantin rumah sakit untuk membeli makan untuk mereka nanti. Reyhan tahu bagaimana rasanya makanan di rumah sakit. Apalagi tak ada rasanya sangat hambar. Bukan tak bersyukur dengan apa yang dikasih oleh pihak rumah sakit, hanya saja itu lah kenyataannya.

TBC

Terpopuler

Comments

novi 99

novi 99

lani keguguran ... yumma melahirkan...

yang di cari anak doang

2025-01-11

0

sur yati

sur yati

permulaan karma mu dtg wahai sang pelakor

2024-05-21

0

Yati Syahira

Yati Syahira

good yg dzolim sama yumna ,jgn ketemukan lgi

2024-05-21

0

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!