Bukan Inginku

Setelah perdebatan tadi siang bersama Reyhan, Yumna kini tengah duduk bermenung dihalaman belakang rumahnya. Menatap langit jingga yang kini menghiasi permukaan langit.

Cahaya jingga yang membuat mata setiap insan berbinar saat melihatnya. Namun tidak bagi Yumna. Bahkan biasanya dia sangat senang jika jingga sudah datang, kali ini rasanya dia tak bersemangat untuk melihatnya.

Perubahan sikap suaminya membuat Yumna sedih. Rasa sedih kian muncul dalam dirinya. Ditambah Ibu mertua yang kini juga sudah berubah seperti suaminya. Tak ada tempat mengadu lagi selain kepada sang pencipta.

Biasanya jika dia sedih, jika tak kepada Reyhan, Yumna akan mengatakan kepada ibu mertuanya. Namun kini tak bisa lagi dia berharap untuk mencurahkan isi hatinya pada wanita yang sudah berubah drastis dari sebelumnya.

'Ya Allah, kenapa ujianmu semakin kesini semakin banyak. Rasanya sangat sesak ya Allah. Hamba mohon titipkanlah nyawa seseorang di dalam rahim hamba,' Sambil menatap langit jingga tak lupa Yumna meminta kepada sang pencipta. Meski disetiap sholatnya dia selalu meminta diberi keturunan, bukan berarti dia tak berdo'a jika tidak dalam keadaan sholat.

Setelah puas di sana, Yumna masuk ke dalam rumah, karna waktu magrib sudah hampir masuk. Berjalan menuju kamarnya yang kini tampak kosong. Jika dulu sekitaran jam segini suaminya berada di dalam kamar, namun kini laki-laki itu memilih duduk di ruang tamu dengan laptop di pangkuannya.

Suara azan sudah berkumandang, Yumna melihat ke arah pintu berharap suaminya masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan sholat magrib berjemaah seperti yang biasa mereka lakukan. Sekitar lima menit dia menunggu, suaminya tak kunjung masuk. Yumna melangkah keluar dari kamar melihat apakah suaminya masih di ruang tamu atau tidak.

Sampai di luar Yumna tak melihat suaminya di ruang tamu. Yumna melangkah untuk mencari suaminya. Melihat di dapur suaminya tidak ada, lalu langkah Yumna menuju kamar tamu. Melihat suaminya yang tengah sholat di dalam kamar tamu membuat hati Yumna sedih.

Air mata yang tak ingin Yumna keluarkan, malah dengan jahatnya mengalir melewati pipi mulus wanita itu. Yumna berbalik menuju kamarnya untuk melaksanakan sholat magrib. Tak mungkin dia akan terus berdiri di depan pintu kamar itu. Yang ada suaminya keburu selesai sholat dan dia belum juga melaksanakan perintah Allah.

Menggelar sajadah di atas karpet berbulu dan menghadap ke arah barat. Setelahnya Yumna melaksanakan sholat magrib dengan hati yang tak karuan.

'Ya Allah, sesungguhnya apapun yang Engkau berikan kepada hamba itu suatu yang baik ya Allah. Hamba yakin ujian yang saat ini kau berikan tidak akan pernah melampaui batas dari kemampuan hamba. Ya Allah hanya engkau tempat hamba mengadu, tempat hamba menceritakan setiap keluh kesah yang hamba rasakan saat ini. Tak ada lagi tempat untuk hamba mengurangi rasa sesak ini selain kepada-Mu. Hamba mohon ya Allah, kuatkanlah diri ini menerima berbagai ujian-Mu. Dan hamba memohon ya Allah, anugerahkanlah hamba seorang anak di dalam rahim ini. Aamiin,' Yumna mengusap air mata yang mengaliri pipinya. Lalu bergegas melipat mukenah serta sajadah yang tadi dia gunakan untuk sholat.

Yumna kini tengah menyusun makanan di atas meja. Karena kini sudah waktunya untuk makan malam.

"Mas makan dulu yuk, aku sudah siapin makanan untuk kita," Yumna mengajak suaminya yang kini kembali asik dengan laptopnya.

Tanpa menjawab ucapan istrinya, Reyhan meletakkan laptop di atas meja. Berjalan menuju meja makan yang ada di dapur.

"Biar aku ambilin Mas," cegah Yumna saat Reyhan hendak mengambil nasi untuknya.

"Tidak usah, saya bisa sendiri!" ketusnya melanjutkan mengisi piring yang ada di tangannya.

"Yaudah Mas," balas Yumna sedikit sedih.

Yumna mengisi sedikit piringnya. Rasa lapar yang tadi menyeruak kini menghilang dengan seketika.

Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara. Biasanya Yumna akan menawarkan pada suaminya untuk menambah makanan. Tapi sekarang Yumna memilih diam, karena dia tahu pasti suaminya akan berbicara ketud atau bahkan mendiamkan pertanyaannya.

'Ya Allah kuatkanlah hamba. Rasanya sangat sakit,' batinnya sambil menyuap nasi ke dalam mulut. Air mata Yumna dengan tiba-tiba sudah menganak sungai dipelupuk matanya. Ingin jatuh, dengan sekuat tenaga Yumna tahan.

Selesai makan Reyhan memilih meninggalkan istrinya tanpa berkata sedikitpun. Yumna membereskan piring kotor bekas makan mereka dan meletakkan sisa makanan mereka ke dalam lemari kaca yang ada disana.

Mencuci bersih piring bekas makan mereka dan menyusunnya di atas rak piring plastik yang menang sudah tersedia di dapur.

Yumna berjalan menuju ruang tamu di mana suaminya berada. Duduk di samping suaminya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Menikmati siaran yang kini tengah tayang di televisi.

Reyhan hanya cuek dengan kehadiran istrinya. Dia menganggap istrinya tidak ada didekatnya kecuali dirinya sendiri. Bahkan jika bisa Reyhan berharap istrinya segera pergi dari hadapannya. Ia kesal dengan istrinya karena sampai kini belum juga hamil anaknya. Padahal sudah hampir delapan tahun menikah istrinya itu belum juga hamil. Kadang rasanya ia benci melihat Yumna. Meski ia tahu ini ujian dalam rumah tangganya. Tapi Reyhan sangat egois, ia berfikir memang benar jika istrinya itu mandul seperti yang di bilang tetangganya. Dan perkiraan dokter tentang istrinya baik-baik saja ia sangkal, karena buktinya hingga kini istrinya tak juga mengandung anaknya.

Reyhan sesekali menatap sinis pada istrinya. Berharap secepatnya istrinya itu meninggalkan dirinya. Menghentakkan kakinya agar istrinya sadar jika dia tak ingin ada istrinya di sana.

Yumna yang melihat gelagat suaminya merasa tersinggung. Mau berkata tapi dia enggan, karena takutnya nanti suaminya malah berkata kasar atau semacamnya. Yumna memilih berdiri dari sana menuju kamarnya. Ia sangat mengerti dengan isyarat yang diberikan suaminya.

Lagi-lagi hatinya merasakan sakit. Dirinya saja tidak bersalah namun suaminya seakan tak menganggapnya ada. Sungguh kejam pikir Yumna.

Yumna membaringkan tubuhnya di atas kasur king size. Menatap langit-langit kamar yang dihiasi lampu kelap kelip yang sengaja dipasang di kamar itu.

'Bunda, Ayah, aku rindu kalian. Apa Ayah dan Bunda lihat jika sekarang aku sangat sedih. Hatiku sakit Bun, Yah. Tak ada lagi tempat aku mengadu. Bunda, Ayah kenapa kalian begitu cepat meningalkan ku. Kalian tau disini aku merasakan kesedihan yang mendalam. Suami serta mertuaku sangat membenciku saat ini. Ayah, Bunda apakah salah jika aku sampai sekarang belum juga memberi Mas Reyhan keturunan? ini semua bukan keinginan aku Yah, Bun. Bunda sungguh ini sangat menyakitkan,' Yumna berujar sambil menatap langit-langit kamarnya. Air mata sudah merembes keluar dari netra indah itu. Meski Yumna tau apakah Ayah dan Bundanya mendengar atau tidak ucapannya. Ingin rasanya Yumna mengadu pada seseorang agar rasa sakitnya berkurang. Tapi kepada siapa, mertua? itu suatu hal yang mustahil. Bukannya menghibur nanti malah mertuanya akan menyalahkan dirinya.

Puas menangis akhirnya Yumna tertidur dengan sendirinya. Bahkan ia tak berfikir apakah suaminya akan tidur sekamar dengan dirinya atau tidak.

TBC

Terpopuler

Comments

paty

paty

yumma lo cengeng cerai sj n buktikan stlh lo kawin lg n bisa hamil

2024-12-19

0

Akun Tiga

Akun Tiga

gak suka pemeran utama wanita cuma bisa nangis nangis sangat tidak suka

2024-05-19

2

Erny Manangkari

Erny Manangkari

yang sabar yumna,apa kemungkinan suamimu yang mandul

2022-12-16

2

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!