Ke Rumah Ibu

Setelah pergi dari rumah yang kini sudah menjadi milik Yumna sang mantan istri, Reyhan pergi ke rumah orang-tuanya. Tak ada raut sedih dari wajah tegas itu. Impiannya hanya satu memiliki seorang anak. Cinta yang dulu untuk Yumna seakan hilang dengan sendirinya tanpa dapat ia cegah. Ntah karena Yumna yang tak kunjung memberinya seorang anak atau alasan lain hanya Reyhan yang tau.

Laju mobil yang dibawa Reyhan sangat santai. Matanya fokus pada jalan di depannya. Pikirannya biasa saja padahal baru saja dia menceraikan wanita yang sudah dinikahinya hampir delapan tahun lamanya. Namun perceraian itu tak berdampak pada Reyhan sedikitpun.

Kini mobil yang dikendarai Reyhan sudah sampai di kediaman orang-tuanya. Reyhan turun setelah memarkirkan mobilnya di garasi mobil. Melangkah menuju dalam rumah dengan menenteng dua buah koper besar yang tadi dia ambil dari bagasi mobil.

"Kenapa kamu bawa-bawa koper gitu Rey?" Tiba-tiba saja Rena melangkah dari dapur menuju ruang tamu dengan membawa satu gelas teh hangat. Dia dikejutkan dengan kehadiran anaknya yang menenteng dua buah koper ditangan kanan dan kirinya.

"Oh ini Bu, mending kita duduk dulu yuk," ajak Reyhan yang diangguki wanita paruh baya itu.

Kedua anak dan ibu memilih duduk disofa yang ada di depan mereka. Sebelumnya Reyhan meletakkan ke-dua kopernya di samping sofa dan duduk di sebrang sang ibu.

"Aku kesini karena aku sudah bercerai dengan Yumna," jelas Reyhan to the point.

Rena menganggukkan kepalanya karena setuju dengan tindakan anaknya. "Lalu kenapa kamu bawa-bawa koper ke sini?" Rena mengerutkan keningnya tak mengerti. Padahal anaknya itu memiliki rumah sendiri lalu kenapa malah kesini dan membawa koper.

"Iya aku akan tinggal di sini Bu, karena rumah aku sama Yumna sudah aku atas namanya dengan nama Yumna. Yang artinya rumah itu sudah aku berikan kepada Yumna. Tak ada lagi hak aku atas rumah itu Bu," jelas Reyhan kepada Rena yang membuat wanita paruh baya itu menatap anaknya dengan sedikit berbeda.

"Kenapa?" tanya Rena menatap ajak bujangnya.

"Maksud Ibu?" tanya Reyhan yang tak mengerti kemana arah pembicara Ibunya.

"Ya kenapa kamu berikan rumah itu untuk Yumna? rumah itu kan milik kamu?" ujar Rena yang tidak setuju dengan keputusan anaknya.

"Ya itu rumah memang aku yang beli Bu, tapi rumah itu aku hadiahkan untuk Yumna, karena aku sudah menceraikannya," jelas Reyhan dengan enteng.

"Huhhh, padahal jika kamu mengusirnya dari rumah itu, kamu bisa jual rumah itu. Kan lumayan uangnya bisa kamu gunakan buat beli rumah baru atau apapun yang kamu inginkan." jelas Rena yang tidak setuju dengan yang dilakukan anaknya.

"Ya aku nggak mikir kesana Bu, tapi biarlah Bu rumah itu untuk hadiah kenang-kenangan bagi Yumna," ujar Reyhan yang juga memikirkan ucapan Ibunya. Jika saja pikirannya sampai kesana tidak mungkin dia mau memberikan rumah itu untuk mantan istrinya. Egois, ya dia memang egois.

"Ya kalau sekarang hanya itu kata-kata yang akan keluar dari mulut kamu. Jika saja kamu ngomong sama ibu pasti akan ibu kasih solusi. Ini malah tidak, kamu lakukan sendiri apa yang kamu mau," omel Rena kepada anaknya itu.

"Iya gimana lagi Bu, ini juga sudah terlanjur," balas Reyhan. "Yaudah Bu, aku ke kamar dulu mau stirahat. Capek banget soalnya," pamit Reyhan yang langsung berdiri dan membawa ke-dua kopernya ke dalam kamar miliknya.

Rena hanya menatap punggung anak semata wayangnya. Menjauh meninggalkan dirinya. Jika boleh jujur ia ingin sekali marah kepada anaknya yang seenaknya saja mengambil keputusan tanpa memberinya kabar.

Jika saja rumah itu masih ada uangnya bisa dia belikan rumah baru, atau beli perhiasan mewah. Tapi karena anaknya yang terlalu bodoh menurutnya, membuat Rena hanya menghela nafas kasar.

Reyhan meletakkan kedua kopernya di dekat lemari pakaian. Melangkahkan kaki panjangnya menuju ranjang king size. Rasa lelah sangat dirasakan Reyhan. Mengendarai mobil ke tempat kerja, rumah Yumna serta rumah orang-tuanya membuat Reyhan merasakan yang namanya lelah.

Reyhan membenamkan wajahnya di dalam bantal yang ia pakai. Memejamkan mata agar cepat terlelap. Padahal sepatu yang dia pakai belum dibuka. Membiarkan seperti itu melekat indah di kakinya.

Sudah hampir dua jam Reyhan tertidur. Laki-laki itu mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya yang ada di kamar. Setelah matanya terbuka sempurna, Reyhan menuju kopernya dan mengeluarkan pakaiannya. Mengambil handuk serta baju ganti untuk dia pakai.

Melangkah menuju kamar mandi, dan membersihkan dirinya agar terlihat segar. Setelah semua itu Reyhan menuju dapur untuk mengisi perut. Apalagi sekarang sudah hampir magrib. Mana dia belum sempat makan dari siang tadi.

"Gimana pekerjaan kamu Rey?" tanya Rena yang ikut bergabung makan dengan anaknya.

"Alhamdulillah lancar Bu," balasnya.

"Alhamdulillah, terus apa rencana kamu setalah ini?" Rena tampak penasaran dengan apa yang ingin dilakukan putranya.

"Maksudnya Bu?" Reyhan tak mengerti ucapan sang ibu.

"Gini, sekarang kan kamu sudah duda alias nggak memiliki istri. Kamu nggak ingin nikah lagi apa? cari pengganti Yumna?" tanya Rena penasaran.

"Iya rencananya Bu, setelah ini aku akan cepat cari penganti istri ku. Karena sudah sangat lama aku mendambakan seorang anak," balas Reyhan sambil tersenyum dan membayangkan bagaimana dia bermain dengan anaknya dan masih banyak lagi.

"Haa iya, ibu juga pengen gendong cucu ibu. Sudah sangat lama ibu menginginkan seorang cucu. Tapi lihatlah pernikahan kamu, sudah lama menikah namun tidak juga memiliki anak," ketus Rena pada anaknya.

"Sudahlah Bu, itu sudah berlalu. Lagian sekarang aku juga sudah bisa nyari istri baru. Dan akan ngasih ibu cucu yang banyak," balas Reyhan dengan senyuman.

"Iya kamu benar banget Rey, jangan lama-lama ya nyari istrinya," ujar Rena tersenyum menatap anak bujangnya.

"Iya Bu, itu sudah pasti Bu," singkatnya."

Selanjutnya mereka melanjutkan makan sore sekalian untuk makan malam. Alias nanti malam mereka tidak akan makan lagi. Biasanya memang seperti itu jika sore mereka makan, maka makan malam nanti mereka tak akan makan lagi.

Reyhan dan Rena kini tengah duduk di ruang tamu. Menikmati cemilan yang tadi dibawa Rena teh manis. Cuaca malam ini terasa sangat dingin. Apalagi diluar hujan sangat deras melanda Kota tempat mereka tinggal.

"Besok kamu masuk kerja Rey?" tanya Rena.

"Masuk Bu, tapi cuman sampai jam sebelasan," balas Reyhan.

"Habis itu kamu mau kemana?"

"Langsung pulang keknya Bu, tapi nggak tau juga ntah ada keperluan lain atau gimana. Emang kenapa Bu?" Reyhan menatap wanita yang melahirkanmha itu dengan lebih sayang.

"Kalau kamu bisa tolong beliin ibu besok kacang telur sama keripik pisang. Yang di dapur sudah habis," ujar Rena pada anaknya.

"Baiklah Bu," balas Reyhan.

Tak ada lagi kata-kata yang keluar dari kedua orang itu. Mereka melanjutkan meminum teh serta cemilan yang masih ada.

Lelah berada di ruang tamu, Reyhan meminta izin pada Ibunya untuk pergi ke kamar. Tugasnya kemungkinan masih ada yang belum dia periksa. Maka dari itu lebih baik dia cek terlebih dahulu daripada besok yang ada tugasnya malah menumpuk. Maklum seorang guru ya itu bertugas memeriksa pekerjaan murid-muridnya. Apalagi akhir-akhir ini dia sering memberikan tugas pada anak muridnya.

Sampai di kamar, nyatanya memang banyak tugas yang harus dia kerjakan. Apalagi Reyhan mengajar tiga kelas dalam satu hari, bahkan ada lebih atau kurangnya. Maka dari itu dia hari menyelesaikan pekerjaannga agar besok saat masuk kelas dia bisa menyerahkan tugas semua siswanya.

TBC

Terpopuler

Comments

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

seharusnya tulis Flashback thor😅

2025-01-09

1

Reni Fitria Mai

Reni Fitria Mai

Umur anak Yuma sudah 18 sedangkan suami baru sampai di rumah orang tuanya setelah menceraikan Yuma, berapa lama perjalanan suaminya ke rumah orang tuanya 18??? 🤣🤣🤣

2025-01-08

0

Dewi Dama

Dewi Dama

gk...ber aturan...

2024-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Awal01
2 Perubahan Suami
3 Bukan Inginku
4 Surat
5 Tanda Tangan
6 kampung Halaman Orangtua
7 Jalan-jalan
8 Lemak Perut
9 Apa Ini Hanya Mimpi
10 Perlengkapan
11 Melahirkan
12 Kembali
13 Ke Rumah Ibu
14 Reyhan dan Lani
15 Terpeleset
16 Berusaha Ikhlas
17 Singgah
18 PENGUMUMAN
19 Bertemu
20 Ali
21 Bunda
22 Awal
23 Nyangkut
24 Nyangkut
25 Bertemu Mantan Mertua 1
26 Bertemu Mantan Mertua 2
27 Bertemu Mantan Mertua 3
28 Kediaman Reyhan
29 Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30 Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31 Kepikiran
32 Reni
33 Reni 2
34 Toko
35 Mantan Mertua
36 Sampai Kapan?
37 Bertemu Kembali
38 Sebuah Kata 'Andaikan'
39 Reyhan
40 Masih Sama
41 Ibu dan Anak
42 Bertemu Reyhan
43 Menyampaikan Keinginan
44 Nasehat Bunda
45 Mengunjungi Toko
46 Sebuah Ajakan
47 Izin
48 Hari Pertama
49 Bertemu Teman Lama
50 Kedatangan Andi
51 Pituah Sang Putra
52 Sakit
53 Sakit 2
54 Andi
55 Lamaran
56 Kenapa Aku
57 Bukan Aku
58 Rumah Sakit
59 Kembali
60 Visual
61 Kenyataan Pahit
62 Fitting
63 Kecelakaan
64 Jangan Sampai
65 Adakah Cara Lain?
66 Pernikahan
67 Sadar
68 Bulan Madu 1
69 Bulan Madu 2
70 Kembali
71 Kejahatan
72 Yang Sebenarnya
73 Penyesalan
74 Kedatangan Reyhan
75 Kabar Gembira
76 Reyhan
77 Wisuda
78 Kantor Polisi
79 Melahirkan 1
80 Melahirkan 2
81 kepingan ingatan
82 Keluarga Andi
83 Keluar
84 Gagal
85 Kebahagiaan Yumna
86 Bertemu
87 Kecelakaan
88 Duka
89 Akhir Dari Segalanya
90 SEASON 2 (Ali)
91 SEASON 2 Siapa Mimi?
92 SEASON 2 Menjemput
93 SEASON 2 Mika
94 SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95 SEASON 2 Tak Tahu Malu
96 SEASON 2 Bertemu
97 SEASON 2 Bercerita
98 SEASON 2 Mengunjungi Makam
99 SEASON 2 Rumah Lani
100 SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101 SEASON 2 Rumah Sakit
102 SEASON 2 Menjemput Mika
103 SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104 SEASON 2 Berusah
105 SEASON 2 Es Krim
106 SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107 SEASON 2 Ali
108 SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109 SEASON 2 Minta Peluk
110 SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111 SEASON 2 Berakhir
112 SEASON 2 Menutup Buku
113 SEASON 2 Mulai Kerja
114 SEASON 2 Berkunjung
115 Pengumuman
116 SEASON 2 Ali Meradang
117 SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118 SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119 SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120 SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121 SEASON 2 Kantor
122 SEASON 2 Puncak
123 SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124 SEASON 2 Kontrakan Mika
125 SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126 SEASON 2 Undangan
127 SEASON 2 Pernikahan/Malper
128 SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129 SEASON 2 Kembali Bekerja
130 SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131 SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132 SEASON 2 Memenuhi Undangan
133 SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134 SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135 SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136 SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137 SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138 SEASON 2 Villa
139 SEASON 2 Melahirkan
140 SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Awal01
2
Perubahan Suami
3
Bukan Inginku
4
Surat
5
Tanda Tangan
6
kampung Halaman Orangtua
7
Jalan-jalan
8
Lemak Perut
9
Apa Ini Hanya Mimpi
10
Perlengkapan
11
Melahirkan
12
Kembali
13
Ke Rumah Ibu
14
Reyhan dan Lani
15
Terpeleset
16
Berusaha Ikhlas
17
Singgah
18
PENGUMUMAN
19
Bertemu
20
Ali
21
Bunda
22
Awal
23
Nyangkut
24
Nyangkut
25
Bertemu Mantan Mertua 1
26
Bertemu Mantan Mertua 2
27
Bertemu Mantan Mertua 3
28
Kediaman Reyhan
29
Kedatangan Tamu Tak Diundang 1
30
Kedatangan Tamu Tak Diundang 2
31
Kepikiran
32
Reni
33
Reni 2
34
Toko
35
Mantan Mertua
36
Sampai Kapan?
37
Bertemu Kembali
38
Sebuah Kata 'Andaikan'
39
Reyhan
40
Masih Sama
41
Ibu dan Anak
42
Bertemu Reyhan
43
Menyampaikan Keinginan
44
Nasehat Bunda
45
Mengunjungi Toko
46
Sebuah Ajakan
47
Izin
48
Hari Pertama
49
Bertemu Teman Lama
50
Kedatangan Andi
51
Pituah Sang Putra
52
Sakit
53
Sakit 2
54
Andi
55
Lamaran
56
Kenapa Aku
57
Bukan Aku
58
Rumah Sakit
59
Kembali
60
Visual
61
Kenyataan Pahit
62
Fitting
63
Kecelakaan
64
Jangan Sampai
65
Adakah Cara Lain?
66
Pernikahan
67
Sadar
68
Bulan Madu 1
69
Bulan Madu 2
70
Kembali
71
Kejahatan
72
Yang Sebenarnya
73
Penyesalan
74
Kedatangan Reyhan
75
Kabar Gembira
76
Reyhan
77
Wisuda
78
Kantor Polisi
79
Melahirkan 1
80
Melahirkan 2
81
kepingan ingatan
82
Keluarga Andi
83
Keluar
84
Gagal
85
Kebahagiaan Yumna
86
Bertemu
87
Kecelakaan
88
Duka
89
Akhir Dari Segalanya
90
SEASON 2 (Ali)
91
SEASON 2 Siapa Mimi?
92
SEASON 2 Menjemput
93
SEASON 2 Mika
94
SEASON 2 Tidak Boleh Manggil Abang
95
SEASON 2 Tak Tahu Malu
96
SEASON 2 Bertemu
97
SEASON 2 Bercerita
98
SEASON 2 Mengunjungi Makam
99
SEASON 2 Rumah Lani
100
SEASON 2 Maafkan Abang, Dek
101
SEASON 2 Rumah Sakit
102
SEASON 2 Menjemput Mika
103
SEASON 2 Hancur dan Kecewa
104
SEASON 2 Berusah
105
SEASON 2 Es Krim
106
SEASON 2 Menemani Aileen Dan Azlan Bermain
107
SEASON 2 Ali
108
SEASON 2 Hari Bahagia Mika
109
SEASON 2 Minta Peluk
110
SEASON 2 Makan Bareng Tiana
111
SEASON 2 Berakhir
112
SEASON 2 Menutup Buku
113
SEASON 2 Mulai Kerja
114
SEASON 2 Berkunjung
115
Pengumuman
116
SEASON 2 Ali Meradang
117
SEASON 2 Ali Semakin Cemburu
118
SEASON 2 Ali Kebakaran Jenggot
119
SEASON 2 Emang Abang Siapa?
120
SEASON 2 Ali Berkunjung Ke Rumah Mika
121
SEASON 2 Kantor
122
SEASON 2 Puncak
123
SEASON 2 Abang Cinta Kamu, Dek
124
SEASON 2 Kontrakan Mika
125
SEASON 2 Maaf Ayah, Aku Tidak Bisa
126
SEASON 2 Undangan
127
SEASON 2 Pernikahan/Malper
128
SEASON 2 Abang, Mau Lagi
129
SEASON 2 Kembali Bekerja
130
SEASON 2 Usaha dan Terus Berdo'a
131
SEASON 2 Kabar Bahagia/Sedih
132
SEASON 2 Memenuhi Undangan
133
SEASON 2 Sebenarnya Ada Apa?
134
SEASON 2 Terima Kasih Malaikat Tanpa Sayap
135
SEASON 2 Mas, Aku Mencintaimu Karena Allah
136
SEASON 2 Abang Bolehkah Sekali Lagi?
137
SEASON 2 Terima Kasih, Dek
138
SEASON 2 Villa
139
SEASON 2 Melahirkan
140
SEASON 2 Akhir Dari Kisah
141
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!