Baim benar-benar merawat istrinya dengan baik, setelah sholat subuh, Ia mencoba melakukan kebiasan yang di lakukan Nur, yaitu mencuci beras dan memasaknya.
Ini untuk pertamakalinya terjun ke dapur untuk masak selain masak mie instan.
Di Rumah nya dulu, Ia tidak pernah membantu Ibunya, yang ada Ia hanya merecoki Ibunya saat memasak, beda dengan kakak nya yang suka membantu Ibunya di Dapur, dan kenangan itu muncul dalam memorinya, yang membuat Dia rindu rumah.
Kali ini Baim mengambil beras sebanyak dua gelas, kemudian mencucinya, hanya dua bilasan, kemudian memasukkannya ke dalam penanak nasi.
"Selesai deh, ternyata gampang ! Setelah ini Lauk nya pilih yang gampangan alias murahan, telur mata ayam eh, telur mata sapi " ucap Baim pada dirinya sendiri, saat mencoba memecahkan telur, saat teflon sudah terisi minyak yang lumayan , Ia memasukkan telur tadi, namun tanpa di duga Ia kabur menjauh, karna telurnya berbunyi letupan-letupan kecil, mau membaliknya Baim ketakitan, hingga akhirnya, telur pun menghitam alias gosong.
Baim pun mencoba lagi, kali ini Dia memakai helm agar tidak terkena letupan telur yang digoreng nya, percobaan kedua masih gagal, percobaan ketiga sudah lumayan tidak gosong. Setelah telur nya sudah siap, Ia membuat teh hangat untuk sang Istri.
"Sayang...minum dulu yuk, mumpung masih hangat," Baim membangunkan istrinya dengan mesrah.
"Jam berapa sekarang , Yah ?" Nur membuka mata.
"Masih jam enam ."
"Kepala ku sedikit pusing, setelah shalah subuh tadi, ternyata Tidurku nyenyak juga"
"Makanya Bunda harus lebih banyak istirahat lagi !" Ucap Baim sambil meminumkan teh yang di buat nya.
Saat meminumnya sedikit, Nur langsung menaruhnya
"Ini teh apa?"
"Teh celup , memang nya kenapa Bun ?"
"Coba Ayah cicipi !" Pinta Nur sambil menahan tawa.
Baim pun mencoba nya, sontak Ia pun menyemburkan teh yang baru sajs di minumnya.
"Gimana Yah rasanya?"
"Asin, hehehe !oh iya, Aku tadi juga sudah masak telur mata sapi, Bentar ya, Aku siapin dulu" Baim beranjak ke dapur.
"Astaghfirullahal adzim !" Ucap Baim getun.
"Ada apa , Yah ?"Nur yang kawatir menghampirinya ke dapur.
"Ada apa?"tanya nya lagi.
"Ini nasinya, belum berubah jadi nasi, masih berupa beras kayak tadi "
Nur pun melihat isi megicom nya, yang masih berupa beras, dan terlihat air nya keruh. Kemudian pandangan nya beralih ke arah tombol yang ternyata posisinya masih warm, buka cook.
"Haha...suamiku ini ada-ada saja, mau sampai besok pun ini gak bakal jadi nasih, kalau tombol cook nya masih belum di nyalakan. Dan Apa ini, ini dapur atau kapal pecah " Nur mentertawakan suami Brondongnya itu, sementara Baim pun hanya bisa ikut terkekeh malu.
Karna sudah lapar, Baim pun memutuskan untuk beli di luar, Ia pun beranjak keluar, di luar Ia berpapasan dengan Rara dan Bu Halimah yang baru datang.
"Rara, Bu, kalian sudah sarapan belum?" Tanya Baim pada kedua nya.
"Sudah Mas" jawab Bu Halimah.
"Kalau belum, sekalian Saya belikan , soalnya Aku mau beli nasi campur, tadi Aku masak, nasinya gak mau mateng"
"Gak usah Mas, kami sudah sarapan"
"Ya sudah, Saya nitip istriku ya !" Baim pun berlalu.
Namun saat mau berangkat, Baim bertemu dengan Novi, mereka tampak bicara serius, Novi terlihat memaksa dan memohon-mohon pada Baim, kemudian Baim pun seperti mengiyakan dan membonceng nya, melihat itu Rara dan Bu Halimah curiga.
"Jangan-jangan mereka ada apa apa ya Budhe, Mbak Nur kan lagi kurang sehat, bisa saja mereka ada sesuatu ?" Ucap Rara penuh selidik.
"Hust ! Jangan suka Suudzon, dosa !"Jawab Bu Halimah, pada keponakan nya itu.
"Sudah , Ayo mulai jahitnya!"
Tatlama kemudian Baim datang membawa nasi bungkus, Ia mengantarnya pa istrinya.
"Bunda...., Bunda sarapan dulu ya, Ayah mau keluar dulu, ada urusan penting " Baim meminta ijin pada Nur, belum sempat Nur mengijinkan, Baim sudah pergi .
Nur menunggu kepulangan Baim, cukup lama Baim keluar, hingga pukul 2 siang Ia Baru pulang. Sesampai nya di rumah, Baim langsung beranjak tidur, seperti sedang kecapek an, karna takut mengganggu istirahatnya, Nur pun membiarkan Baim tidur pulas dengan suara khas nya, yaitu ngorok.
"Suamiku kok bersikap hari ini, tidk biasanya Ia sepertu ini, seolah ada yang sedang di sembunyikan, tapi Aku tidak ber buruk sangka pada nya" pikir Nur.
Lama di Kamar, Nur pun merasa bosan, Ia turun perlahan, ingin melihat Rara dan Bu Halimah bekerja.
"Bagaimana Bu, pekerjaan nya, lancar ? Sudah makan siang kan "tanya Nur pada Bu Halimah.
"Lancar Mbak, Kami juga sudah makan siang di warung sebelah, dekat musolla. Oh iya terimakasih, tadi sudah di belikan es teler sama Mas Baim !"ujar Bu Halimah.
"Es teler? "
"Iya Mbak, Bagaimana kondisi Mbak, apa masih lemes?"wanita paruh baya itu bertanya penuh kecemasan.
"Iya Bu, rasa nya sama kayak kemarin, lemes"
"Tapi kalau makan gak muntah-muntah?"
"Alhamdulillah normal "
"Bagus kalau begitu, kalau dulu, Aku tuh hamil anak peetama bau matahari, tidak bisa lihat matahari, jadi selama kurang lebih 6 bulan Aku tidak keluar rumah, semua yang mengerjakan pekerjaan rumah suamiku"
"Kok bisa bau matahari Bu?"
"Gak tahu juga Mbak, Tapi memang beneran, ketika Aku coba keluar disiang hari, Aku langsung muntah-muntah dan rasa nya mau pingsan gitu " mendengar pengalaman Bu Halimah, Nur jadi terheran-heran.
"Memang begitulah Mbak, hamil itu tidak mudah bagi sebagian orang, apalagi melahirkan, taruhan nya nyawa, semoga Mbak Nur dan baby nya terus sehat dan lancar lahiran nya." imbuh nya lagi.
"Amin, terimakasih Bu!"
"Oh iya, tadi Mas Baim keluar sama Mbak Novi, tampak nya mereka ngomongin hal serius sebelum berangkat tadi, memang mereka mau kemana ya Mbak" tanya Bu Halimah, Rara pun melirik Budhe nya.
"Tadi aja ngelarang Aku Suudzon, dan bilang dosa, sekarang malah menyampaikan nya pada istrinya, dasar Emak-emak !" Batin Rara.
Mendengar pertanyaan Bu Halimah, tiba-tiba rasa curiga menelusup dalam hatinya, karna sejak keluar beli sarapan tadi sikap nya aneh, pikir Nur.
"Saya kurang tahu Bu, nanti Aku tanyakan ke orang nya, oh iya Bu, Aku permisi dulu, mau buat susu Ibu hamil!"Nur pamit.
Menuju lantai atas, saat masih di tangga, langkah Nur terhenti, Ia mendengar suaminya sedang menelfon seseorang. Dan buru-buru menutupnya ketika tahu Aku datang.
"Bunda dari mana?"tanya Baim.
"Dari bawah, mau buat susu" nada suara Nur sedikit jutek.
"Jawab nya Kok jutek sih, jadi teringat waktu pertama kali Kita ketemu, sikap Bunda jutek "Baim melingkarkan tangan nya ke pinggang istrinya, tapi Nur menepisnya.
"Oh iya, tadi Aku beli es teler dua untuk Rara dan Bu Halimah, Satu untuk Bunda, nih !" Baim mencoba mencairkan suasana.
"Ayah mulai berubah, apa karna Aku sekarang hamil dan belum boleh di sentuh, jadi Ayah berpaling pada wanita lain?" Nur langsung menayakan hal yang mengganjal di hatinya dari tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Maya Ratnasari
Baim ya, bukan arman
2022-06-24
0
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
wes Angel angel 🤦
2022-06-17
0
Devi Sihotang Sihotang
terima kasih ya thour up nya sampai 2 bab... besok 2 bab ge ya thour cerita nya...
semangat thour
2022-06-05
2