Arman tipe lelaki yang cuek dengan perempuan, namun sangat penyayang bagi keluarga, pada orang tuanya maupun adiknya, Baim yang mereka panggil dengan nama Alfin. Ia seorang dokter muda yang gagah, tampan dan mapan, pesona itulah yang membuat Nadia tak bisa melupakannya.
Nadia adalah gadis paling cantik dan populer waktu SMA, sehingga membuat Baim tergila-gila pada Nadia.
Dia tak pernah lelah mengejar cinta Nadia, segala macam cara dan upaya telah dilakukan Baim, hingga Ia disebut penderita virus bucin akut, dan pada akhirnya mereka pun jadian meski Nadia kakak kelasnya.
Perjalanan cinta mereka pun dipenuhi banyak drama yang selalu membuat Baim terkena masalah di sekolahannya, karna Nadia selalu ingin dianggap ratu, apa yang Dia inginkan harus dipenuhi kalau tidak Dia akan ngambek, Aneh nya, Baim seperti tersihir oleh cinta Nadia, perjalanan cinta mereka pun berlanjut tiga tahun lebih sampai mereka kuliah.
Hingga suatu hari sikap Nadia berubah setelah Baim membawa Nadia ke Rumahnya.
Saat duduk menunggu Baim yang sedang mandi, Nadia yang duduk di ruang tamu tidak sengaja bertemu Arman.
"Tampan, gagah, juga mapan, wanita mana yang tidak tertarik dengan pesonanya, hatiku benar-benar ketar ketir tak karuan memandang nya, kau jauh di atas Alfin, Aku harus mendapatkannya.!"batin Nadia.
Sedangkan Arman hanya menganggap Nadia adalah teman dari adiknya, namun berbagai cara dilakukan Nadia agar bisa dekat dengan Arman. Hingga suatu saat, Nadia sengaja tidak makan selama 2hari, sehingga mag nya kambuh, Ia pun jatuh sakit dan ingin agar di tangani oleh dokter Arman.
"Kamu kenapa sampai begini, kenapa tidak makan, asam lambungnya naik, memangnya Kamu lagi mikirin apa?" Arman menanyai Nadia yang saat itu harus di rawat di Rumah sakit dimana Arman bertugas.
"Mas Arman sih, gak peka ! jadi cowok kok cuek banget!"keluh Nadia manja,
"Memang nya Aku kenapa?"Arman heran.
"Sebenarnya dari dulu , Aku tuh menyukai Mas"
"Bukankah kamu pacaran sama adikku ?"
"Kami tidak punya hubungan apapun, kami hanya berteman, dan Aku dekat dengannya karna agar bisa dekat dengan Mas Arman, bukan berarti Nadia memanfaatkan Alfin, tapi Aku tidak punya cara lain untuk dekat dengan Mas Arman" Nadia memasang wajah memelas.
"Sebaiknya kamu fokus dengan kesehatanmu dulu, oh iya, jangan lupa minum obat ini sebelum makan dan yang ini sesudah makan, Aku tinggal dulu, mau memrriksa pasien yang lain" Arman tak mengihiraukan Ucapan Nadia.
"Mas, Mas Arman belum menjawab pernyataan Nadia, mas !"Nadia merasa kalah.
Kedua orang tua Nadia yang baru datang membujuk Nadia untuk makan dan meminum obat nya, tapi Nadia ngambek, hingga malam nya penyakitnya semakin parah.
Nadia memohon pada orang tuanya untuk memanggil dokter Arman.
"Dok, tolong anak saya dok, kondisinya drop , hanya dokter yang mampu menolong anak saya" Ucap Bu Susi penuh harap saat Arman mulai memeriksa Nadia
"Dia tidak mau makan apalagi minum obat dok" keluh Bu Susi.
"Nadia, Nadia ayo makan dulu, nanti penyakitmu tambah parah !" Pak Burhan pun mencoba membujuk Nadia yang lemas setengah sadar.
"Pokoknya Nadia tidak mau, sebelum Mas janji mau menerima Nadia" lirih Nadia
"Tapi..."Arman bingung
"Tolong dok, apakah dokter punya istri? Sehingga menolak permintaan Nadia ?" Bu Susi menanyai Arman, sementara Arman hanya menggeleng.
"Baiklah, Aku akan menerimamu " guman Arman terpaksa.
"Benarkah ? Kapan kita akan menikah ?"
"Menikah ? Bukankah kita hanya pacaran saja ?"
"Cinta itu berati nikah, Aku hanya tidsk mau kehilangan Mas Arman" suara Nadia lemah.
"Tapi Nad, Aku belum siap untuk menikah "
"Ya sudah kalau begitu, lupakan saja lah, Aku tidak mau makan, Aku tidak mau minum obat, Aku mau mati saja, karna perjuanganku selama ini tidak dihargai oleh Mas Arman" Nadia terlihat putus asa.
"Nadia..!!"orang tua Nadia semakin kawatir.
"Baik, Aku bersedia menikahimu"Nadia tampak tersenyum penuh kemenangan.
Rangkaian kisah tentang awal mula Arman menikahi Nadia itu, membuat Arman mengerti kalau Nadia adalah pribadi yang manja, yang setiap keinginannya harus dipenuhi, Seperti yang terjadi sekarang, Nadia meminta untuk bulan madu, apapun alasannya tidak boleh ditunda, kalau tidak, Dia nekat mau pulang ke Rumah orang tuanya, Alias Nusyuz.
Dengan terpaksa, Arman pun mengiyakan permintaan Nadia, untuk bulan madu ke Bali, meski sebenarnya Ia merasa berat karna Ibunya sedang sakit, meskipun sudah ada Ayahnya yang pensiunan tentara itu setia menemani Ibunya, Tapi Arman memang sangat menyayangi keluarganya, sehingga merasa sangat berat.
***
Setelah makan siang dengan menu pecel bunga turi, serta terong penyet, Baim seperti sedang kebingungan, Nur faham, Baim bingung karna merasa tidak enak jika belum mempunyai pekerjaan.
"Hey, kamu bisa mencangkul gak ?"
"Tidak bisa sih, tapi Aku akan belajar, soal nya di Desa ini sepertinya pekerjaan yang tersedia cuma bertani, jadi kuli, jadi pedagang , Hmmm apa gak ada yang bisa profesi lainnya gitu ?" Ujar Baim.
"Ya banyak sih, tergantung kemampuan dan kemauan kita, sebagaimana diterangkan kalau Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu mengubahnya sendiri." Timpal Nur.
"Hmmm..oke lah, Aku akan mencoba pekerjaan apa saja , asal bisa bekerja dan menafkahi istriku "
"Bagus, itu baru juwa muda, semangat !" Nur menyemangati suami Brondongnya itu.
"Di kebun, masih ada sisa singkong sekitar 3 batang, kamu cangkul seperti Dayat kemarin, juga ada ubi jalarnya, kamu pasti bisa panennya, dan juga nanti ada pisang yang sudah waktunya di panen, tolong kamu panen, sebagian nanti kita jual ke pasar sebagian lagi kita masak, kamu bisa kan ilmu ekonomi, menjual sesustu?"
"Kebetulan, Aku kuliah di jurusan kedokteran "Baim semangat.
"Loh apa hubungannya dengan jurusan ekonomi?" Keheranan.
"Ada, karna Ayahku ingin Aku kuliah di kedokteran, tapi Aku inginnya di jurusan ekonomi, Aku kuliah di kedokteran meskipun setengah hati dan sangat semangat jika berurusan dengan ekonomi" terang Baim.
"Baguslah kalau begitu , ya sudah kamu kerjakan semuanya, Aku mau ngurus Bapak dan mau nyuci"
"Siappp....!!"
Tatlama kemudian setelah Nur menyelesaikan semuanya, Dia tampak senang karna singkong dan ubi sudah di panen dengan baik, Ia pun mencari keberadaan Baim, hingga Ia menemukan Baim sedang bersusah payah naik pohon pisang. Melihat itu Nur tertawa.
"Hey kamu ngapain manjat pohon pisang segala " Nur terkekeh.
"Ya panen pisang lah , masak panen pepaya" tampak peluh keringat membasahi wajah dan tubuh Baim.
"Kamu itu ada ada aja, dimana mana, paneh pohon pisang itu di tebang, bukan di panjat, emang monyet, "
"Kan kasian kalau di tebang, kan bisa berbuah,lagi"
"Pohong pisang itu cuma berbuah satu kali, sini Aku yang nebang kamu yang ngangkat tandan pisang nya"
"Emang mbak bisa,?"
"Aku sudah biasa panen sendiri, nanem sendiri, cangkul sendiri, bahkan memperbaiki genteng bocor sendiri, anak desa seperti aku memang harus serba bisa"
"Tidurpun masih sendiri, tapi tenang mbak, setelah ini biar kerjakan semuanya bersama, termasuk tidur bersama" Tatapan Baim menggoda.
"Mulai deh !" Nur cuek, kemudian menebang pohon pisang itu dibantu Baim.
Keesokan paginya, Nur menyuruh Baim membawa hasil panen itu ke pasar traditional yang tak jauh dari tempat mereka, dengan menggunakan sepeda motor sport milik Baim, sedangkan Nur mengikuti dengan sepeda matic miliknya.
Di pasar, teryata Baim cekatan menjual singkong dan ubi nya, tinggal satu tandan pisang nya yang belum ada yang nawar.
"Jadi ini suamimu ? " guman sesorang lelaki bertubuh gempal mendekati Nur dan Baim yang sedang menjajakan dagangan mereka.
"Pantas !! gak punya kerjaan, masih bocah begini, coba kalau dulu kamu nikah sama Aku, yang sekarang sudab jadi PNS, kamu tinggal duduk manis di rumah, bukan panas-panasan kayak begini" ucap Ihsan, orang yang pernah di tolak lamarannya oleh Nur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jumiati Jumi
sabar ..dan berusaha ...semangat.
2022-06-18
1
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
biarkan anjing menggonggong kafilah berlalu
2022-06-17
0
Devi Sihotang Sihotang
lanjut thour
2022-05-26
0