Kecemburuan Sonia

"Sonia! Sonia!" 

Tari, berteriak saat sudah di depan rumah Sonia. Sebuah rumah mewah dengan pagar yang begitu tinggi. Tak peduli seorang security menahannya Tari, tetap menerobos masuk untuk menemui Sonia. 

"Sonia!" teriak Tari. Tak lama kemudian Sonia, pun muncul dari balik pintu. 

"Ada apa kau datang ke rumahku dengan berteriak-teriak." 

"Apa maksudmu meminta pak Ferdi untuk memecatku?" 

"Apa hubungannya denganku? Mungkin kerjaanmu yang tidak benar sehingga pak Ferdi, memecatmu."

"Aku tidak bodoh Sonia. Aku tahu, kamu menggunakan pamanmu untuk memecatku, kan!" 

"Apa sih mau mu? Kamu ingin Bryan, aku mengikhlaskan ya untukmu, bahkan Bryan, sekarang sudah menjadi suamimu. Kenapa kamu selalu menggangguku Sonia, apa aku mengganggu kehidupanmu dengan Bryan? Tidak sama sekali." 

"Tentu, kehadiranmu sangat mengganggu kehidupanku." Sonia terlihat marah dan berbicara tinggi. 

Semalam, Sonia menemukan beberapa kenangan Tari, yang Bryan simpan. Dari foto, barang-barang mereka berdua semuanya masih Bryan simpan di dalam sebuah kotak yang di sembunyikan di bawah ranjang tidurnya. 

Hati Sonia, merasa panas kala melihat semua itu. Sonia, menganggap jika Bryan, masih memiliki rasa pada Tari. Sonia, pun membakar semua kenangan mereka membuat Bryan, sangat marah. 

Karena tanpa izinnya Sonia, berani mengambil dan membakar barangnya. 

"Kamu masih menyimpan kenanganmu dengan Tari, apa kamu masih menyukainya?" tanya Sonia, penuh amarah. 

"Ini barang-barangku terserah mau aku simpan atau membuangnya" sanggah Bryan, yang mengambil barangnya.

"Tapi aku tidak suka jika kamu masih menyimpan barang-barangnya Tari." 

Sonia, kembali merebut barang itu lalu di bawanya ke halaman belakang dan membakarnya. Dalam barang itu terlihat sebuah gambar Tari, yang tersenyum bahagia bersama Bryan. 

Kelakuan Sonia, malam itu membuat Bryan, sangat marah. Hingga terjadi perdebatan sengit antara mereka dan Bryan, pergi meninggalkan Sonia. 

Api cemburu terus berkobar dan bergejolak, merasa tidak puas dan tidak cukup dengan apa yang dia lakukan. Terlintaslah dari pikirannya untuk membuat Tari, pergi dari hidupnya. 

Dengan bantuan sang paman, Sonia  meminta Tari, untuk di pecat di kedai pizza milik pamannya. Berharap Tari, akan pulang ke kampung halamannya seusai di pecat sehingga pergi meninggalkan kotanya. 

"Kamu tega Sonia, melakukan itu padaku. Mentang-mentang kamu memiliki kekuasaan kamu bisa melakukan apa pun." 

"Sudahlah Tari, aku tidak ingin mendengar ocehanmu. Lebih baik kamu pergi. Apa kamu sudah tidak punya uang sehingga kamu begitu marah saat di pecat! Ck … menyedihkan sekali hidupmu." cibir Sonia, yang tersenyum sinis.

"Kau butuh uang, kan? Ini ku berikan, pasti cukuplah untuk kepulanganmu ke kampung halaman." Hina Sonia, seraya memberikan selembaran uang pada Tari.

"Aku tak butuh uangmu, dan tak butuh bantuanmu," bantah Tari, seraya menepis tangan Sonia, hingga uang itu terlempar di udara. 

Tari, pun pergi dengan penuh emosi.

*

*

*

Jam sudah menunjukan pukul 12.00 siang. Sudah waktunya makan siang. Namun, Aryan, masih menunggu kedatangan Tari, yang terus melihat gelang arlojinya. 

Tari, yang sudah biasa datang membawakannya makan siang. Tapi tidak dengan siang ini. Aryan, tidak melihat Tari, datang ke rumah sakit. 

"Tumben, bocah itu tidak datang! Biasanya dia sudah berlari dari ujung lorong dengan membawa kotak pizza. Kemana ya dia!" 

"Ish, kenapa aku mengharapkan kedatangannya? Ada apa denganku ini biasanya juga aku pergi ke kantin tidak menunggunya datang." 

"Tapi … dia sudah berjanji akan membawakan makan siang untukku." 

Aryan, terus bermonolog. Dalam hatinya Aryan, berharap namun gengsi untuk mengakuinya. Jika dirinya mengharapkan kedatangan Tari. 

Di tempat lain, Tari, duduk melamun di tengah taman. Hatinya saat ini sangatlah sedih. Beberapa hari ini ujiannya sangat berat. Setelah uang tabungannya terkuras, Tari, harus kehilangan pekerjaannya. Di tambah lagi saat ibunya meminta.  Seperti saat ini Tari, kembali mendapat telepon dari ibunya. 

"Halo ibu?"

"Tari, Bintang sakit?" Tari, sangat terkejut mendengar perkataan ibunya mengenai kabar adiknya yang saat ini sedang tidak sehat. 

"Sakit apa Bu?" 

"Panasnya tidak turun-turun, Ibu sudah memberikannya obat namun tetap saja panasnya tak kunjung turun." 

"Kenapa tidak di bawa ke dokter Bu!" Tari, begitu khawatir. 

"Ibu tidak punya uang. Uang yang kamu kirimkan kemarin, sudah ibu gunakan untuk bayar sewa rumah dan biaya adikmu sekolah, sekarang ibu tak memegang uang. Kamu tahu sendiri jika ke rumah sakit butuh biaya besar." 

Tari, terduduk lemas di saat seperti ini masalah selalu saja datang. Tari, sangat sedih karena tidak bisa membantu ibu dan juga adik nya.

"Tari,Tari," panggil ibunya di ujung sana. 

"Ibu, hari ini Tari, belum dapat uang. Begini saja ibu pinjam pada tetangga, esok atau lusa akan Tari, ganti." Tari, tidak peduli bagaimana caranya nanti membayar uangnya, yang Tari, pedulikan saat ini adalah kondisi adiknya. 

"Apa besok kamu punya uang? Apa kamu tidak bisa pinjam pada bosmu?" 

"Akan Tari, usahakan Ibu. Lebih baik sekarang Ibu bawa Bintang ke rumah sakit." 

"Baiklah Ibu akan coba pinjam pada tetanga, nanti Ibu kabari lagi ya." 

"Iya Bu."  Sambungan telepon pun tertutup. 

Tari, bingung apa yang harus di lakukannya. Kemana dia akan mencari uang. Jika dulu saat seperti ini Sonia, yang selalu membantunya, tapi sekarang semua sudah berbeda. 

"Hanya ini yang aku punya! Apa sebaiknya aku menjual motorku saja? Ah, tidak lebih baik aku gadaikan saja." Hanya motor matic itu yang Tari, miliki saat ini. Tari, berencana untuk menggadaikannya. 

Tari, pun bangun dari duduknya bergegas meninggalkan taman. Namun, saat kedua kakinya akan melangkah tiba-tiba, kepalanya terasa berputar, dan berdenyut menciptakan sensasi nyeri yang luar biasa.

Pandangan Tari, mulai kabur. Kedua tangannya terus memegang pada stang motornya, berharap rasa pusing di kepalanya akan hilang namun, tiba-tiba 

Bugh, 

Tubuhnya lemas dan terjatuh di atas aspal. Semua orang yang ada di taman panik saat melihat Tari, yang terjatuh pingsan.

...----------------...

Apa yang terjadi pada Tari!

Semoga Siska baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

Sri Mulyati

Sri Mulyati

Semoga Tari dibawa ke rumah sakit tempat Aryan.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘

2022-05-27

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!