Gadis Pizza

Tari, duduk di sebuah kursi depan meja kerjanya Aryan. Begitu pun Aryan, yang duduk di hadapannya. Tari, mengeluarkan buku tabungannya yang berjumlah dengan nominal lima ratus ribu. 

Aryan, mengerutkan keningnya menaikin sebelah alisnya. Tidak mengerti dengan semua yang di lakukan Tari.

"Dokter, ambil buku tabunganku ini. Aku tahu jumlahnya sangat kurang tapi aku akan mencicilnya nanti. Bagaimana kalau aku cicil dengan pizza setiap hari," ucap Tari, yang nyengir kuda.

"Tidak bisa, aku ingin uangku kembali." 

Tari, mengerucutkan bibirnya. Sambil berpikir bagaimana caranya bernegosiasi. Sedangkan Aryan, dia asik menikmati pizza nya.

"Kau bisa memegang ktp ku untuk jaminan. Aku janji akan membayarnya tapi tidak sekarang kau tahukan aku tidak punya uang."

Tari, memohon menangkupkan kedua telapak tangannya seraya mengkedipkan kedua matanya membuat Aryan, kesal karena lagi-lagi Tari, memperlihatkan wajah gemasnya. 

"Sudahlah, lupakan uang itu tidak perlu kau kembalikan." 

Mata Tari, berbinar 

"Benarkah? Jadi kau mengikhlaskannya? Terima kasih dokter gantengku. Tapi aku janji untuk membawakan pizza setiap hari padamu." 

"Tidak mau," bantah Aryan.

"Kenapa?" 

"Aku tidak suka pizza." 

"Oh ya, tapi dokter sudah menghabiskan pizza ini, itu artinya dokter menyukainya." 

Aryan, tidak bisa berkata apa-apa karena kenyataannya satu box pizza ia habis, kan. Tapi tidak mungkin juga Aryan, memakan pizza setiap hari, aduh Tari … Tari.

*

*

*

Tari, merasa lega masalahnya kini sudah beres. Hidupnya akan kembali tenang tanpa ada beban di pikirannya. 

"Hm … akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini," ucap Tari, seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. 

"Tidak ada Bryan, tidak ada Sonia, tidak ada hutang yang kupikrkan. Huh … akhirnya …" 

Tok, tok, tok, 

Baru saja Tari, akan tidur dengan nyenyak. Tiba-tiba suara ketukan pintu membuatnya terpaksa bangun. Tari, terus menggerutu bibirnya bersungut-sungut. 

"Huh, siapa sih malam-malam begini ganggu saja." Sungut Tari, yang membuka, kan pintu. 

Mata Tari, terbelalak saat melihat wanita gendut, berdaster, dan rambut penuh dengan roll rambut memenuhi atas kepalanya. 

Tari, hanya menelan ludah saat melihat ibu kostnya yang berbadan besar. 

"Uang sewa bulan ini kau belum bayar!" pinta ibu kost dengan sorot mata tajamnya 

"Huh, satu masalah selesai, datang masalah baru," gerutu Tari, dalam hati karena ia tak berani jika berkata di depan ibu kostnya. 

Tari, berjalan memasuki kamarnya mengambil beberapa lembar uang yang baru di ambilnya tadi siang. Baru saja Tari, kembali ceria saat Aryan, tidak lagi mengungkit masalah uangnya, tapi malam ini bibir Tari, kembali merengut karena harus merelakan uang itu pada ibu kostnya. 

"Bagus, Ingat untuk bayar sewa bulan depan mengerti!" 

Setelah menerima uangnya ibu kostnya pun melangkah pergi. Tari, kembali ke kamar dengan langkah malas. 

*

*

*

Aryan, baru saja menyelesaikan pekerjaannya, malam ini Aryan, pulang agak malam karena banyak pasien yang melakukan operasi. 

Aryan, berjalan gontai melewati 

lorong untuk keluar, saat tiba di lobi Aryan, hendak melangkah menuju parkiran tempat mobilnya terparkir. 

Tiba-tiba sebuah tangan menariknya membuatnya berbalik.

"Siapa gadis itu?" tanya Lala, yang cemburu karena melihat Tari, yang keluar dari ruangannya. 

"Lepaskan." Aryan, menepis kasar tangan Tari, hingga terlepas. 

"Siapa gadis yang selalu datang menemuimu." Suara Lala sedikit meninggi.

"Bukan urusanmu." 

"Aryan, aku bertanya padamu. Kenapa kau selalu mengabaikanku. Apa gadis itu pacarmu?" 

"Kita, sudah tidak ada hubungan apa pun. Mau aku dekat dengan siapa pun itu bukan urusanmu." 

"Aryan!" bentak Lala. Yang terbawa emosi karena cemburu. "Aku mencintaimu aku tidak bisa hidup tanpamu," lirih Lala, yang memeluk Aryan, dari belakang. 

"Aku, sudah tidak mencintaimu lagi." 

Aryan, melepaskan pelukan Lala, dari tubuhnya lalu melangkah pergi tanpa melirik sedikit pun ke arah Lala. Lala diam mematung menatap kepergian Aryan. 

"Aku tidak akan biarkan siapa pun mendekatimu Aryan" batin Lala, yang menahan emosi.

*

*

*

Aryan, membanting stirnya ke arah jalanan yang sepi. Emosinya tidak terkendali. Aryan, masih mengingat saat Arga, mencium mesra Lala, begitu pun dengan Lala, yang membalas ciuman itu dengan hangat. 

"Kamu bilang mencintaiku Lala, setelah semua yang kamu lakukan kamu masih bisa bilang tidak bisa hidup tanpa aku. Ck … omong kosong!" umpat Aryan, di dalam mobilnya. 

Sejujurnya hati Aryan, masih mencintai Lala. Namun, jika mengingat pengkhianatan itu Aryan, jadi benci. Hatinya sangat sakit dan terluka. 

Karena emosinya tak kunjung mereda, Aryan, pun keluar dari mobilnya berteriak sekeras-kerasnya melampiaskan amarahnya. Setelah lebih tenang Aryan, bersandar pada pintu mobilnya seraya meraup wajahnya kasar. 

Tiba-tiba Aryan, teringat gadis imut yang selalu mengganggunya. Wajah Tari, terus terbayang, senyumannya, sikap kesalnya, celotehannya terus terlintas dan terngiang di telinganya. 

Tiba-tiba bibir Aryan, pun mengembangkan senyumannya mengingat sikap Tari, yang lucu dan juga menyebalkan. 

"Gadis pizza," gumam Aryan, yang terus mengulum senyum.

...----------------...

Aryan mulai suka kaya nya wk wk wk

Mana dukungannya buat Aryan,

Like, vote, coment, favorit jangan lupa ya ,🙏🤗😘

Terpopuler

Comments

erenn_na

erenn_na

seruuu seruuu

2022-05-25

0

Sri Mulyati

Sri Mulyati

semoga benar benar Aryan mulai suka dengan Tari.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr😘😘😘😘😘😘😘

2022-05-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!