Sebenarnya mau siang ataupun malam, hutan ini tetap saja sama. Sesuai seperti namanya, hutan kegelapan. Tempat ini selalu gelap gulita selama dua puluh empat jam penuh. Tapi terkecuali dengan gua ini. Sinar matahari pagi menerobos masuk ke dalamnya melalui celah kecil di atas sana. Sepertinya Hwang Ji Na yang sengaja membuat lubang itu.
Eun Ji Hae membuka matanya perlahan-lahan. Ia segera bangkit dan merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Nyawanya belum kembali seutuhnya. Pandangannya juga tak begitu jelas.
"Sudah bangun?"
Tiba-tiba suara lembut itu terdengar menyapa kedua telinganya. Eun Ji Hae membuka matanya lebar-lebar. Ada seseorang yang berjalan masuk ke arah gua. Meski pengelihatannya masih samar-samar, tapi perlahan bayangan itu menjadi solid dan membentuk rupa yang begitu elegan.
"Apakah kau baru saja pergi ke suatu tempat?" tanya Eun Ji Hae.
"Ya.... Aku hanya mencari beberapa makanan yang bisa kita makan."
"Baiklah kemari biar aku bantu."
Eun Ji Hae segera beranjak menuju wanita itu, meninggalkan kedua mahluk yang masih terlelap di sampingnya sejak tadi malam.
"Apa yang kau bawa?"
"Tadi aku mengambil beberapa ikan yang melewati sungai di belakang gua ini."
"Sungguh? Apa di sana ada sungai?"
"Iya ada... Tapi tak terlalu besar
Hei, tunggu dulu!"
"Kenapa?"
"Apa seekor Phoenix bisa makan ikan? Haha..."
"Lalu apakah seekor serigala juga bisa makan ikan? Haha..."
Memang baru semalam mereka bertemu. Tapi rasanya seperti sudah berteman lama.
"Bagaimana dengan teman-temanmu, apakah mereka bisa memakan ikan ini? Hanya ini satu-satunya sumber protein yang ku miliki," ujar Hwang Ji Na sambil menunjuk ke arah Griffin dan Pegasus yang baru saja bangun.
"Kurasa tidak dengan Pegasus, dia herbivora. Kau tau dia tak memakan daging."
"Baiklah, dia bisa memakan beberapa tumbuhan liar di depan sana."
"Terima kasih banyak, kau sangat baik."
Eun Ji Hae segera menyalakan kembali perapian kemarin. Mereka sudah tak sabar ingin menyantap ikan segar itu. Eun Ji Hae merasa aman berada di tempat ini. Sinar matahari dan perapian ini cukup untuk menggertak pasukan dari kaum kegelapan.
"Apa kau sengaja membuat lubang ini?"
Eun Ji Hae memberanikan diri untuk bertanya.
"Lubang yang di atas ini maksudmu?"
Eun Ji Hae menganggukkan kepalanya dengan cepat.
"Sebenarnya aku sendiri juga tidak tahu bagaimana lubang itu bisa terbentuk. Mereka sudah ada saat aku tiba di sini."
"Itu artinya lubang ini terbentuk jauh sebelum kau datang kemari."
"Ya benar sekali. Hal kecil ini sangat membantuku. Kaum kegelapan tak ada yang berani datang ke tempat ini, terlebih saat siang hari."
"Apa mereka masih menyakitimu? Padahal kau sudah cukup lama tinggal di tempat ini."
"Ya... terkadang begitu. Mereka suka bersembunyi dalam gelap, lalu menyerang tanpa aba-aba saat aku berburu di tengah hutan. Itu sebabnya aku harus selalu waspada."
"Ku kira kalian sudah bersahabat."
"Tetap saja kami berasal dari kaum yang berbeda."
"Jadi artinya kau masih di anggap seperti orang asing oleh mereka?"
"Kurang lebih seperti itu. Tapi seharusnya kau aman saat melewati hutan ini sendirian. Kau punya api, kau memiliki cahaya itu. Dengan menggunakannya sedikit saja, sudah cukup untuk menggertak mundur para vampir atau klan bayangan," jelas Hwang Ji Na
Eun Ji Hae memperhatikan telapak tangan sendiri setelah mendengar kalimat itu barusan. Ia sendiri juga heran bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kekuatan hanya dari kutukan. Itu terdengar agak tak masuk akal baginya.
"Seperti apa rupa klan bayangan?" tanya Eun Ji Hae pada wanita itu.
"Mereka sama saja seperti klan vampir jika di lihat dari struktur tubuh mereka. Kedua mahluk itu sama-sama memiliki taring, takut dengan cahaya dan masih banyak lagi kesamaan yang mereka miliki," jelas Hwang Eun Ji sambil menghabiskan makanannya.
"Lalu apa yang membuat nama mereka berbeda?"
"Struktur penyusun DNA mereka berbeda. Keduanya berasal dari garis keturunan yang berbeda, namun masih satu ras. Itu sebabnya mereka hidup berdampingan."
Eun Ji Hae mengangguk paham. Sepertinya apa yang di katakan Hwang Ji Na tadi benar. Klan bayangan dan klan vampir akan lemah saat berhadapan dengan cahaya, karena memang itu salah satu kelemahan mereka. Tapi di sisi lain ia juga merasa terancam. Sebuah cahaya kecil akan menarik perhatian mereka untuk datang padanya. Sinar itu akan terlihat begitu menyala di suasana gelap seperti ini. Entah apa yang menjadi alasan mahkluk-mahkluk itu ingin tinggal di tempat ini. Hidup abadi dalam dunia terkelam nya.
"Bisa kita berangkat sekarang? Seseorang sedang menunggu ku, nyawanya sedang dalam bahaya," ujar Eun Ji Hae.
"Baiklah, akan ku ambil beberapa anak panah perak," balas Hwang Ji Na.
Eun Ji Hae segera bersiap, begitu pula dengan Pegasus dan Griffin yang selalu setia menemaninya. Sementara Hwang Ji Na terlihat mengalungkan busur panah di badannya, tak lupa ia juga membawa beberapa anak panah bersamanya. Mereka sudah siap berangkat untuk menemui pangeran. Ia lah penguasa seluruh hutan ini, Pangeran Chanwo.
Setelah merasa perbekalan mereka cukup, kedua gadis ini langsung menuju istana pria itu dengan menumpangi Griffin dan Pegasus. Mereka terbang di atas lapisan terluar dedaunan hutan ini. Keluar melalui celah lubang yang ada di atap gua. Terbang di bawah cahaya matahari akan membuat mereka aman. Sinarnya akan melindungi mereka secara tak langsung. Para kaum kegelapan juga tak akan mengetahui keberadaan mereka sekarang ini. Meskipun jika para kaum kegelapan itu mengetahui hal ini, mereka tak akan berani naik ke atas. Atmosfirnya sudah berbeda dengan alam mereka yang biasanya, dan itu akan menjadi bahaya tersendiri bagi kaum tersebut.
Tak lama setelah perjalanan lewat jalur udara, mereka melihat sebuah menara dari bangunan tua yang terlihat menjulang tinggi. Atapnya mengerucut tajam menembus pepohonan rindang nan rapat.
"Apa itu istananya?" tanya Eun Ji Hae memastikan.
"Iya kau benar. Kita akan turun sebentar lagi, jadi bersiaplah," balas Hwang Ji Na dengan suara yang lebih keras.
Hembusan angin kuat dari arah Utara membuat mereka kesulitan berbicara. Seringkali suara mereka tak terdengar karena terbawa angin.
"Ayo turun!" perintah Hwang Ji Na.
"Sekarang?"
Hwang Ji Na mengangguk cepat.
"Baiklah!"
Mereka segera mendarat tepat di depan gerbang kerajaan. Terlihat beberapa prajurit yang berjaga di pintu gerbang utama. Seperti bagunan penting pada umumnya. Eun Ji Hae tetap dalam posisinya, ia enggan ikut turun. Ia membiarkan wanita itu berkompromi sebentar dengan para prajurit. Kelihatannya mereka sudah saling kenal, para prajurit itu terlihat biasa saja ketika Hwang Ji Na datang menghampiri mereka. Sebenarnya hal itu wajar, lagipula ia besar bersama mereka dan hidup berdampingan selama belasan tahun.
"Ayo masuk, kita sudah di izinkan!" sahut Hwang Ji Na.
Eun Ji Hae mengangguk mengerti kemudian segera turun dari atas Pegasus. Ia berjalan menghampiri wanita itu dengan tetap berhati-hati.
"Apa kau yakin mereka sudah benar-benar aman bagi kita?" bisik Eun Ji Hae dengan Hwang Ji Na.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
imah umaraya
anaway .. kenapa gak jalur udara aja? kan lebih cepat?🤔🤔
2022-01-13
0
Cristabel Renata H /Susi
bagus ceritanya.....jadi penasaran
2020-10-18
0