Tangan mereka membeku, dingin ngilu merasuk menembus hingga ke tulang. Mereka berdiri kaku, terpaku menatap patung Phoenix tersebut. Ketakutannya semakin terasa begitu nyata ketika perlahan lapisan batu ini mulai retak di berbagai sisi. Suasana semakin mencekam.
Mereka berusaha melawan rasa takutku yang berusaha menguasai dirinya sendiri. Hingga akhirnya seluruh lapisan batu keras itu berhasil dirontok kan. Sang Phoenix mulai berusaha menggerakkan tubuhnya yang terlihat kaku setelah bertahun-tahun tak pernah bergerak sedikitpun.
Mereka mundur beberapa langkah, memberikan sedikit tempat untuk mahluk yang satu ini.
Phoenix dalam mitologi Mesir adalah sejenis burung api legendaris yang keramat. Burung api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan. Phoenix dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun. Setelah hidup selama itu, Phoenix membakar dirinya sendiri.
Oliver berdecak kagum melihat pesonanya yang begitu memukau. Sangat indah, ia tak pernah melihat burung secantik ini sebelumnya. Yang paling sering ia lihat adalah burung gagak hitam dan burung gereja yang tak pernah absen setiap harinya. Biasanya burung-burung kecil itu terbang mengitari sekolah, lalu berhenti sejenak di atap, roof top atau bahkan di tepi jendela.
Ga Eun memberanikan diri untuk mendekati mahluk itu dengan tetap waspada. Tapi tampaknya Phoenix yang satu ini telah menurut dengan Ga Eun dan tidak menganggap orang-orang di sekitarnya adalah ancaman baru baginya.
Perlahan Ga Eun membelai halus tubuh burung Phoenix tersebut dengan sangat hati-hati. Matanya terpejam sambil merapalkan sebuah mantra. Sesaat setelah itu, muncullah seorang wanita dengan paras yang tak kalah cantik.
Wanita itu langsung memeluk erat Ga Eun sambil membisikkan sesuatu yang tak bisa di dengar oleh Jongdae dan Oliver.
"Maafkan aku bibi Ga Eun."
Ga Eun menangkup pipi wanita itu dengan kedua tangannya. Tatapan matanya berubah menjadi sangat serius.
"Aku membebaskan mu untuk menyusul Vallery ke Orton," tegas Ga Eun.
"Apakah setelah ini aku akan kembali menjadi patung lagi selama bertahun-tahun?"
"Selama tugas yang ku berikan ini kau jalankan dengan baik, kau akan ku bebaskan."
"Tapi untuk apa aku menyusul ibu ke Orton?"
"Adikmu sedang terancam nyawanya."
"Anak yang waktu itu? Yang membuat ibu meninggalkanku sendirian di sini? Tidak! Aku tidak akan melakukannya."
Pada dasarnya Nhea dan Eun Ji Hae mengalami nasib yang sama. Mereka sama-sama di tinggalkan oleh kedua orang tua mereka sejak kecil. Merek berdua tumbuh dewasa dan beranjak besar di bawah asuhan Ga Eun. Tapi inilah kenyataan pahit yang harus mereka terima.
"Aku memohon padamu Kakak Ji, tolong selamatkan Nhea..." ujar Jongdae sambil berlutut di hadapan wanita yang terlihat lebih tua darinya.
"Siapa kalian? Oh..... aku tahu, pasti generasi ke delapan. Semenjak aku dihukum, aku tak pernah tahu apa yang terjadi di sekelilingku. Semuanya terasa hampa. Seperti sedang terlelap dalam masa yang sangat panjang," ujar Eun Ji Hae.
"Sudah! Ikuti perintahku atau kau akan ku kembalikan ke wujud semula," ancam Ga Eun.
Mendengar kalimat gertakan dari bibinya sendiri, membuat Eun Ji Hae berfikir dua kali untuk menolak perintahnya. Sebenarnya ia sama sekali tak sudi untuk menolong adik yang membawanya pada kesialan itu. Tapi ini adalah kesempatan satu-satunya bagi gadis ini untuk mematahkan kutukan ini untuk selamanya.
"Baiklah," jawab Eun Ji Hae dengan berat hati.
"Bawa surat ini dan sampaikan kepada Vallery. Temui dia di Orton, Vallery dan Wilson sedang menghadiri pertemuan di sana. Pastikan kau benar-benar menyampaikan surat ini sampai ke tangan mereka," jelas Ga Eun sambil memberikan sehelai kertas yang telah di gulung dan di masukkan ke dalam botol kaca.
"Tapi biarkan beberapa Pegasus dan Griffin ikut bersamaku," tawar Eun Ji Hae.
Tentu saja ia juga perlu transportasi untuk menuju ke sana.
Ga Eun membantah tawaran keponakannya yang satu ini, "Kau bisa berubah menjadi seekor Phoenix sesuka hatimu. Jadi kau tak akan memerlukan mereka. Kau juga telah di bekali kekuatan api. Kukira itu sudah lebih dari cukup untuk perbekalan mu selama perjalanan."
"Kapan aku akan mendapatkannya?"
"Sejak aku mengutuk mu, kekuatan itu sudah ada di dalam tubuhmu. Dasar bodoh!" ujar Ga Eun sambil menunjuk-nunjuk wajah Eun Ji Hae.
"Benarkah? Oh, baiklah tidak masalah. Tapi aku mohon biarkan kedua mahluk itu ikut bersamaku. Ayah dan ibu tidak mungkin pulang dengan anaknya sendiri sebagai kendaraan mereka bukan?"
Ga Eun mendesis kesal kemudian memerintahkan Jongdae untuk melepaskan salah satu Pegasus dari kandangnya. Sementara itu, ia sendiri memanggil seekor Griffin yang sedang berjaga di pintu gerbang.
Setiap pintu masuk menuju tempat ini memang telah di jaga oleh minimal seekor Griffin. Hewan ini biasanya juga di butuhkan saat evaluasi akhir semester bagi para siswa. Biasanya mereka akan mencoba untuk menaklukkan mahkluk yang satu ini.
Beberapa menit kemudian, Jongdae datang dengan membawa seekor Pegasus yang turut bersamanya.
"Pergilah dengan Eun Ji Hae. Jemput Vallery dan Wilson. Segera bawa mereka kembali kesini," jelas Ga Eun pada kedua hewan itu.
Karena mereka merupakan mahluk mitologi yang hidup di lingkungan sekolah ini, sangat mudah bagi mereka untuk mencerna dan memahami setiap perkataan manusia di sini.
Lantas keduanya langsung mengangguk mengerti.
"Sudah, pergilah dengan mereka," ujar Ga Eun.
Eun Ji Hae mengangguk cepat kemudian menaiki Pegasus tersebut sebagai tumpangannya. Sesaat kemudian mereka pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa sebuah misi. Misi yang menyangkut nyawa seseorang.
Angin di sekitar terasa begitu kencang akibat kepakan dari sayap mereka yang sangat kuat. Hembusannya membuat pepohonan di sekitarnya turun bergoyang. Bahkan jubah mereka sendiri nyaris terbang ke angkasa.
"Ternyata Kakak Ji masih begitu cantik. Ia masih terlihat begitu muda. Padahal selisih umur kami pasti sangat jauh," ujar Jongdae sambil berdecak kagum.
Oliver langsung menghantam kakaknya yang mendadak menjadi genit seperti ini, "Dasar!"
"Nyonya, apakah nyonya yakin jika tugas ini akan berhasil mereka jalankan?" tanya Oliver.
Terlihat jelas keraguan yang masih terbesit di benaknya.
"Kita serahkan saja pada mereka," balas Ga Eun dengan begitu tenang.
"Jika mereka gagal bagaimana?" Jongdae mulai berubah menjadi serius.
"Maka itu artinya kita harus merelakan Nhea," jawab Ga Eun dengan tatapan mata sendu.
"Maksudnya?"
Kini bola mata Oliver benar-benar membulat dengan sempurna.
"Kita harus merelakan Nhea selayaknya pahlawan yang gugur di Medan perang. Ia rela mengorbankan nyawanya sendiri demi keselamatan seluruh sekolah," jelas Ga Eun.
"Tidak! Nyonya tidak boleh berkata seperti itu. Aku yakin Nhea akan selamat," ketus Jongdae.
"Jika nanti ia akan meninggalkan kita semua, maka kita harus menyiapkan upacara penghormatan untuknya," lirih Ga Eun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
imah umaraya
berasa gak ada artinya Nhea untuk keluarganya.. bukannya berusaha lebih malah merelakan..
udah ditinggal semenjak kecil oleh ortu ..masa harus meninggal untuk orang lain
2022-01-13
0