Ga Eun dan Oliver berjalan menuruni tangga menuju ke tempat Nhea sedang berada saat ini. Tiba-tiba kaki wanita paruh baya ini terhenti seketika saat sampai di ambang pintu.
Nhea terbaring lemas dengan wajah pucat di sana. Ga Eun menjadi tak tega melihat keponakannya sendiri seperti itu. Bagaimanapun juga, Ga Eun telah merawatnya sejak kecil dan menjaga dirinya seperti anaknya sendiri. Semenjak Ify pergi dari kehidupan Ga Eun, gadis ini lah yang membuatnya bertekad untuk tetap menjalani sisa hidupnya.
Melihat kondisi Nhea saat itu, jiwa keibuannya langsung muncul tanpa perintah. Ga Eun segera menuju ke arah gadis itu, kemudian mendekapnya erat.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Ga Eun pada Oliver.
"Entahlah nyonya, aku sendiri juga tidak tahu persis. Jongdae yang pertama kali menunjukkannya dengan kondisi seperti ini," jelas Oliver apa adanya.
"Dimana Jongdae?"
"Ia langsung pergi setelah aku menjaga Nhea."
"Apa mungkin ini akibat portal itu?" batin Ga Eun dalam hati sambil menatap nanar gadis kecil ini.
Ga Eun menghapus jejak air matanya yang sempat mengalir tanpa ia sadari. Kini ia mencoba mencari jalan keluarnya. Ia tak ingin terjadi sesuatu dengan anak ini.
"Tidak ada jalan lain, kita harus menjemput Vallery dan memintanya untuk segera kembali," ujar Ga Eun dengan suara parau.
"Tapi bukankah Nyonya Vallery sedang....."
Ga Eun langsung memotong ucapan Oliver sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Iya, aku tahu hal itu. Tapi aku yakin ia akan mengerti dan mau segera kembali demi anak semata wayangnya yang sedang sekarat. Ibu mana yang tega membiarkan anaknya yang nyaris mati begitu saja," jelas Ga Eun.
Oliver mengangguk mengerti.
***
Ga Eun, Oliver dan Jongdae akan menutup mulut mereka rapat-rapat soal isu ini. Tidak boleh ada seorangpun yang tahu kecuali mereka.
"Bagaimana caranya kita memberitahukan kondisi Nhea sekarang ini kepada By Vallery dan Tuan Wilson sesegera mungkin?" ujar Oliver.
"Itu salah satu dari kita harus pergi menyusul mereka," balas Ga Eun.
"Lalu siapa yang akan pergi menyusul Nyonya Vallery ke sekolah Orton?" tanya Jongdae dalam perundingan.
Saat ini ketiga orang itu sedang berkumpul di ruangan Ga Eun.
"Benar nyonya, suhu di Utara akan jauh lebih dingin," timpal Oliver.
Ga Eun terlihat berfikir keras, mempertimbangkan kedua opini anak didiknya. Kini mereka dalam keadaan yang rumit, semuanya menjadi serba salah.
Jika mereka harus pergi ke sekolah Orton di bagian Utara itu, tentu itu akan mengancam nyawa mereka. Kemungkinan mereka akan mati membeku di pegunungan es sebelum sampai ke Orton. Setiap daerah di batasi oleh pegunungan atau sungai yang menjadi patokan luas daerah tersebut.
Wilayah Utara adalah sekolah dengan kemampuan kekuatan es mereka yang luar biasa. Sedangkan sekolah Mooneta ini adalah sekolah yang menggunakan energi panas sebagai kekuatan utamanya. Sangat bertolak belakang dengan sekolah Orton.
Oleh sebab itu Vallery dan Wilson pergi ke sana untuk meminta bantuan mereka saat Ify datang menyerang. Perjalanan kesana memakan waktu sekitar lima hari.
Namun jika mereka tak segera pergi untuk menjemput Vallery dan Wilson, nyawa Nhea lah yang akan menjadi taruhannya. Cepat atau lambat jika tak segera ada pertolongan, maka kecil harapannya bagi gadis itu untuk selamat.
"Biar aku saja yang pergi menyusul mereka," ujar Ga Eun secara gamblang.
"Jangan nyonya, biar kami saja. Jika kau pergi meninggalkan sekolah, seluruh murid akan terancam," ujar Oliver.
Jongdae mengangguk setuju dengan perkataan adiknya barusan. Saat ini hanya Ga Eun yang memiliki kekuatan paling besar di bandingkan dengan yang lainnya.
Tahun sebelumnya saja, kekuatan ketika kekuatan Vallery, Wilson dan Ga Eun di gabungkan, itu masih belum cukup kuat untuk mengalahkan Ify. Bagaimana lagi jika tanpa perlindungan seorangpun di sini. Tentu saja mereka akan mati konyol.
Ify....gadis itu sadis, kejam dan tak kenal belas kasihan kepadanya siapapun. Wataknya sama persis seperti ayahnya. Semenjak Ify dan Ga Eun tak lagi bersama, anak perempuannya itu berubah drastis. Ga Eun sendiri bahkan tak pernah membayangkan jika akan seperti ini pada akhirnya.
Gadis itu di tempah dengan kasar, hingga ia memiliki kepribadian yang begitu keras seperti batu karang. Sementara hatinya sendiri dingin dan membeku seperti es.
Parasnya elok nan rupawan. Dirinya bisa diumpamakan seperti bongkahan batu kristal Opriment yang akan begitu berkilau dan mempesona, namun mematikan jika disentuh.
"Baiklah, kalau begitu mau tidak mau kita harus melakukan cara yang satu ini," ujar Ga Eun dengan pasrah.
Oliver dan Jongdae saling bertatapan sebentar, kemudian kembali menyimak ucapan Ga Eun.
"Temui aku di dekat patung burung Phoenix nanti malam saat seluruhnya telah tertidur," ujar Ga Eun dengan raut wajah serius.
"Patung Phoenix? Yang di dekat air mancur itu maksudmu?" Jongdae memastikan.
Ga Eun mengangguk mengiyakan perkataan anak didiknya yang satu ini.
"Baiklah nyonya," timpal Oliver.
"Sekarang kalian boleh pergi. Dan ingat, tutup mulut kalian rapat-rapat soal isu ini. Aku tak ingin berita ini menyebar kemana-mana," ucap Ga Eun memberi peringatan kepada kedua muridnya.
Oliver dan Jongdae mengangguk mengerti, kemudian berpamitan.
Mereka memilih untuk kembali ke kamar masing-masing, karena untuk hari ini sudah tidak ada kelas lagi. Itu artinya mereka dan seluruh murid bisa kembali ke asrama mereka masing-masing dan beristirahat lebih awal.
Jongdae dan adiknya sudah sepakat tidak akan keluar dari kamarnya sampai nanti malam saat Ga Eun memanggil mereka. Kedua anak ini akan mengurung diri mereka selama seharian. Ini demi mencegah beredarnya isu tersebut.
Para murid lain tidak akan bisa tahu dengan jelas kejadiannya tanpa menyaksikan nya sendiri, atau mendengarkan cerita ini secara langsung dari mereka bertiga.
Saat ini seluruh sekolah di landa kebingungan atas menghilangkannya Nhea secara tiba-tiba. Di tambah dengan Jongdae dan Oliver yang turut tak terlihat. Ga Eun juga sama, enggan membuka suara sedikitpun.
Meski telah merasa lebih aman, tetap saja seisi sekolah kini gusar dan cemas. Jika seluruh orang yang paling berkuasa di sekolah, mendadak menghilang seperti ini, lalu siapa yang akan melindungi mereka.
Meskipun jumlah siswa di sini tergolong banyak, tetap saja dari tahun ke tahun mereka selalu gagal untuk melumpuhkan Ify.
Biasanya Ify seorang saja, mampu membinasahkan seisi sekolah. Ia selalu datang sendirian, tanpa seorangpun yang membantunya. Oleh sebab itu, dengan mudahnya ia dapat menyelinap masuk ke sekolah tanpa ada seorangpun yang tahu.
***
Oliver merobohkan dirinya di atas kasur yang permukaannya mulai terasa sejuk karena pengaruh cuaca. Badannya terasa sangat lelah hari ini.
Ia menatap teman sekamarnya yang masih terbaring di seberang sana.
"Semoga saja Nhea segera pulih," gumam Oliver pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
Runa Bawazier
jadi ingin membacanya terus
2021-07-10
0
Cristabel Renata H /Susi
lanjut thor
2020-10-17
0
Nelfi Erawati
sebetulnya ada dendam apa Ify kepada ibunya ,sampai harus berbuat seperti itu?
2020-10-12
0