"Perkenalkan, namaku Hwang Ji Na." ujar wanita itu sambil memperkenalkan dirinya sendiri.
"Aku Eun Ji Hae dan mereka teman-teman ku. Tak perlu ku perkenalkan, kau pasti juga sudah tau siapa mereka," balas Eun Ji Hae.
"Baiklah..."
"Jadi sekarang bisa jelaskan siapa dirimu sebenarnya? Aku yakin jika kau bukan salah satu dari bangsa mereka."
"Kau memang benar, aku bukanlah salah satu dari klan mereka."
"Lalu...." Eun Ji Hae menggantung kalimatnya dengan nada setengah bertanya.
"Aku adalah bangsa werewolf dari klan tertinggi alpha," ujar Hwang Ji Na.
Ketiga mahluk di depannya langsung terkejut bukan main ketika mendengar pengakuan tersebut. Termasuk Griffin dan Pegasus yang mengerti bahasa manusia. Mereka lebih dari sekedar hewan yang cerdik.
"Lalu kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Eun Ji Hae dengan polosnya.
Hwang Ji Na mendesah berat, "Kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu."
Kini Eun Ji Hae berubah menjadi serius. Ia menyondongkan tubuhnya ke arah wanita ini untuk mendengarkan kisah hidupnya yang sampai membuat ia berada di sini sekarang.
"Saat itu adalah malam bulan purnama yang pertama kalinya bagiku. Bangsa werewolf akan melakukan perjalanan tahunan bersama kawanan untuk berpindah tempat. Termasuk aku dan keluargaku pada saat itu."
Ia menjeda kalimatnya sebentar. Kelihatannya terlalu sulit baginya untuk menyampaikan semuanya kepada Eun Ji Hae.
"Hingga malam itu kami melewati hutan ini. Kami semua berlindung di gua ini sementara waktu untuk beristirahat. Seperti pada umumnya, malam itu aku tertidur di samping ibuku. Hingga tiba-tiba serangan dari klan vampir datang dan membuat kami kalang kabut saat itu. Mereka semua meninggalkanku di tengah hutan ini. Sendirian di dalam gua ini selama bertahun-tahun," jelas Hwang Ji Na sambil menahan tangis.
Eun Ji Hae berusaha menguatkan wanita itu dengan merangkulnya. Ia turut prihatin atas kemalangan nasib wanita ini. Ia tahu persis bagaimana rasanya di tinggalkan seorang diri saat masih balita. Saat kau belum tahu apa-apa soal bahaya di luar sana yang bisa mengancammu kapan saja.
Sungguh Hwang Ji Na kecil yang malang. Seekor anak serigala alpha yang ditinggalkan kawanannya sendiri di tengah hutan yang berbahaya seperti ini. Meskipun alpha lebih kuat dari jenis serigala lainnya, karena mereka merupakan klan dengan kasta tertinggi di kaumnya. Tetap saja seekor serigala kecil tidak akan mampu melawan seluruh pasukan kaum kegelapan yang tinggal dan menetap di hutan ini.
"Lalu bagaimana kau bisa bertahan di hutan ini hingga kau tumbuh dewasa seperti ini?"
Eun Ji Hae memutuskan bertanya untuk menjawab semua rasa penasarannya.
"Penguasa tertinggi kaum kegelapan menemukanku dengan kondisi sekarat saat itu. Aku sangat kelaparan dan begitu lemah. Mereka membawaku ke istananya dan merawat ku di sana," jelas Hwang Ji Na.
"Apakah saat itu mereka mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya?"
"Tentu saja, rumor anak serigala yang terpisah dari kawanannya di hutan ini sempat menjadi rumor waktu itu. Hingga hal itu membuatku kesulitan untuk keluar dan mencari makan."
"Ternyata kaum kegelapan tak sepenuhnya buruk. Mereka memiliki sisi baik yang tak terduga."
"Tapi setelah aku sembuh, aku harus kembali ke tempat ini."
"Mengapa seperti itu? Kenapa tidak menetap saja di istana. Bukankah mereka juga baik kepada mu?"
"Mereka memang baik, sangat baik. Hanya saja kau tahu kan jika aku dan mereka berbeda. Ada beberapa hal yang tidak bisa membuat kami bersama."
Apa yang di katakan Hwang Ji Na memang benar. Perbedaan antar kaum membuat semuanya tak bisa menjadi semudah itu. Ada banyak larangan yang tidak boleh di langgar antara sesama kaum sendiri ataupun kaum lainnya. Perbedaan itu seperti tembok besar kokoh bagi mereka. Itu sebabnya dunia sihir sulit bersatu.
"Kalau kau sendiri kenapa bisa ada di hutan ini?"
Sekarang giliran Hwang Ji Na yang bertanya.
"Oh... Aku hanya ingin pergi ke Orton. Jalan darat yang satu-satunya bisa ku lalui adalah hutan ini," jelas Eun Ji Hae apa adanya.
Ia merasa bisa mempercayai wanita ini seutuhnya. Eun Ji Hae tak merasakan sedikitpun bahaya yang mengancam mereka saat bersama wanita ini.
"Mungkin bisa ku bantu agar kau cepat sampai ke sana," tawar Hwang Ji Na dengan senang hati.
"Sungguh? Kau bisa membantu kami?"
Sementara sosok yang ditanya hanya mengangguk pelan.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Eun Ji Hae.
"Aku bisa bicara kepada Pangeran Chanwo agar membiarkan kau dan teman-temanmu melintas hutan ini," jelas Hwang Ji Na.
"Lalu ia mungkin bisa memerintahkan agar seluruh penghuni hutan ini tak mengganggu kalian selama perjalanan. Aku juga bisa membantu kalian agar cepat sampai ke ujung hutan ini dengan melewati jalanan di tepi sungai," Hwang Ji Na kembali melanjutkan kalimatnya yang belum selesai.
"Kelihatannya kau tahu banyak soal tempat ini."
"Tentu saja, bahkan aku tahu seluk-beluk hutan ini yang belum tentu di ketahui oleh orang lain. Aku sudah bertahun-tahun berkeliaran dengan bebas di hutan ini."
"Baiklah, kalau begitu kapan kita bisa melakukan rencana mu itu?"
"Bagaimana kalau besok?"
"Setuju."
Malam itu Hwang Ji Na benar-benar merasa bahagia. Selama bertahun-tahun hidup sendirian di tempat ini, akhirnya sekarang ada yang Sudi menemaninya barang semalam saja. Mereka berdua terlihat begitu akrab. Walaupun baru beberapa menit yang lalu rasanya mereka saling kenal.
Ternyata begini rasanya memiliki seorang sahabat. Mereka bisa saling percaya satu sama lain. Tapi apakah mereka bisa terus bersahabat.
"Tidurlah, ini sudah malam!" ujar Hwang Ji Na.
"Aku masih belum mengantuk," balas Eun Ji Hae.
"Tapi teman-temanmu kelihatannya sudah kelelahan."
"Haha.... Kau benar. Mereka sudah tak sanggup lagi jika harus terjaga lebih lama lagi," ujar Eun Ji Hae sambil tertawa.
Bagaimana tidak, melihat Griffin dan Pegasus yang saat itu berusaha menahan kantuk yang tak tertahankan, tentu saja berhasil mengocok perut mereka.
Kedua hewan yang terkenal gagah dan sangar, terlebih mereka akan bersikap begitu kesatria saat bertarung. Ternyata mereka bisa menjadi seimut ini saat mengantuk. Jauh lebih imut dari kucing anggora rumahan.
Jangan-jangan Griffin tak sepenuhnya berjaga di pintu gerbang sekolah saat malam hari. Mungkin saja ia malah tertidur di pelataran sekolah.
"Oh ya, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Hwang Ji Na dengan hati-hati.
"Apa itu?" Eun Ji Hae malah bertanya balik.
"Api itu... Bagaimana bisa terpancar dari telapak tanganmu? Apakah kau tidak kepanasan?"
Eun Ji Hae memperhatikan telapak tangannya sejenak.
"Entahlah bagaimana caranya, tapi selama ini tanganku tak pernah terbakar. Haha..."
"Dasar kau, pandai sekali melawak!"
"Tapi sekarang ini aku adalah manusia setengah Phoenix."
"Sungguh? Dari klan mana kau berasal? Jangan-jangan kau dari kaum matahari ya? Pantas saja cahaya yang kau miliki membuat mereka merasa terusik."
"Entahlah, tapi sebenarnya aku....."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
imah umaraya
orang tua mu mungkin Phonix juga ..
2022-01-13
0