Living Dead

Living Dead

Bab 1 - Hidup Mereka

"A-Yuan, Lihatlah putri kita, bukankah ia sangat cantik?"

"Benar"

"Mari kita beri nama Feifei"

--

Lampu yang ada di ruang yang serba putih berkedip dengan gila, disertai dengan suara raungan yang terdengar menyanyat hati.

"Aku pasti akan menyembuhkanmu! Kau akan segera baik-baik saja! Tunggu sebentar, aku pasti- "

"Kumohon, A-Yuan..."

Dor!

***

Pria itu tersentak bangun tiba-tiba, mengagetkan gadis kecil yang tadi berusaha membangunkannya. Dia langsung disuguhi wajah putrinya yang terkejut.

"Ah! Ayah sudah bangun?"

Shen Yuan terbangun dengan sedikit linglung. Perasaan yang dibawa oleh mimpi masih terasa jelas. Ia berkali-kali mengerjap-ngerjapkan matanya dan mencubit ruang diantara alisnya agar segera tersadar.

Memberi dengungan rendah, kemudian bertanya. "Jam berapa sekarang?"

Gadis itu dengan riang menjawab, "Sudah hampir jam tujuh, Ayah!"

Shen Yuan segera bangun, dan baru menyadari bahwa ia telah tertidur di ruang kerjanya lagi. Belakangan ini ia sangat sibuk, menjadi profesor di universitas banyak menyita waktunya, apalagi bila sudah memasuki masa ujian. Banyak mahasiswa yang akan berkonsultasi kepadanya.

Shen Yuan segera memeluk dan menggendong putrinya. Dan Feifei dengan cepat memeluk lehernya.

"Kau ingin Cinderella atau Ariel hari ini?" Wajahnya dingin dan tidak berekspresi, namun pertanyaan yang keluar dari mulutnya adalah dua nama tokoh putri dongeng.

"Ariel!" Feifei menjawab dengan disertai senyuman yang manis.

Dengan menggendong Shen Feifei, putrinya, Shen Yuan berjalan dengan santai menuju dapur. Meletakkan Feifei di kursi meja makan.

Pertama-tama ia mencuci muka dan menggosok gigi di kamar mandi, kemudian kembali lagi ke dapur dan mulai mengeluarkan sebungkus pancake instan dari lemari. Dengan cepat memanggang pancake dan membuat segelas susu untuk Feifei dan segelas kopi untuk dirinya sendiri. Semuanya diselesaikan dalam waktu 30 menit.

Kemudian ia mengeluarkan piring bergambar Ariel dari rak piring, dan mulai menata pancake di atasnya.

Putrinya sangat menyukai hal-hal ini. Saat bertamasya ke Disneyland, ia membeli semua pernak-pernik bergambar putri dongeng, dari mug gelas, piring, gantungan kunci, dan masih banyak lagi. Ia masih ingat betapa lelahnya ia mengikuti anaknya yang terlalu antusias. Tentu saja, staminanya tidak bisa dibandingkan dengan stamina anak yang berumur sepuluh tahun.

Mencium bau pancake yang sangat enak, perut Feifei mulai berbunyi. Bahkan Shen Yuan yang berada di dapur bisa mendengarnya.

Shen Yuan tersenyum tipis dan buru-buru meletakkan pancake di depan putrinya sebelum bertanya, "Sirup maple atau selai stroberi?"

"Selai stroberi!"

Shen Yuan mulai menuangkan selai stroberi di atas tumpukan pancake putrinya, yang langsung dimakan dengan lahap oleh putrinya. Melihat putrinya makan, Shen Yuan mulai makan juga. Ia menuangkan sedikit sirup maple di atas pancakenya. Ia tidak terlalu menyukai makanan manis, namun putrinya sangat menyukainya. Namun, ia harus menyamakan sarapan dengan putrinya kalau tidak putrinya tidak akan mau makan.

Ruang makan dipenuhi dengan udara hangat yang manis, dan sesekali akan terdengar dentingan peralatan makan.

Setelah selesai sarapan, Feifei mulai mengumpulkan peralatan makan dan membawanya untuk dicuci. Shen Yuan memang sudah mengajari anaknya untuk melakukan sedikit pekerjaan rumah agar ia tidak terlalu bergantung padanya. Meski begitu, Shen Yuan masih akan mengikuti dan mengawasi putrinya mencuci piring dari belakang.

Feifei masih sangat pendek, dan untuk bisa mencapai wastafel ia harus naik ke atas balok kayu. Shen Yuan khawatir putrinya akan jatuh dari balok kayu saat ia membawa piring cucian, maka dari itu ia selalu mengawasinya dari belakang.

Hari ini akhir pekan, Shen Yuan masih harus pergi ke universitas untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswanya. Hanya pada akhir pekan ia bisa membawa Feifei bersamanya.

Saat akan menutup pintu Shen Yuan mengingatkan, "Sapa ibumu dulu."

Dengan patuh, Feifei berteriak di depan foto seorang wanita cantik yang sedang tersenyum yang dipajang di atas meja.

"Aku pergi dulu, Ibu!"

Mobil melaju dengan kecepatan konstan. Tiga puluh menit kemudian mereka sudah sampai di universitas kedokteran kota N.

Shen Yuan menggendong Feifei dengan satu lengan, sedangkan lengannya yang lain membawa tas kerjanya. Mereka berjalan dengan santai menuju kantor dosen, tidak menghiraukan pandangan dari beberapa mahasiswa yang memandang dengan penuh minat.

Di universitas, siapa yang tidak mengenal profesor muda itu. Tidak hanya terkenal karena cerdas tapi juga karena wajahnya yang tampan. Seseorang yang melihatnya, pasti tidak bisa mengira dengan pasti berapa umurnya. Dengan wajah tiga dimensi, alis tajam, bulu mata hitam panjang seperti sayap gagak, dan sepasang mata Phoenix yang menawan. Walaupun sudah mempunyai seorang putri, namun ia tidak pernah kekurangan ajakan kencan buta.

Setelah sampai ke mejanya, Shen Yuan duduk, meletakkan Feifei di pangkuannya, dan mulai mengatur beberapa berkas.

Tak lama, seorang perwakilan  mahasiswa studi menghampiri mejanya. Ia sedang berkonsultasi tentang tugas akhirnya, namun saat Shen Yuan menjelaskan, fokusnya beralih pada Feifei yang duduk di pangkuannya dan memainkan kubus rubik.

Sekali pandang, kau akan langsung tahu kalau itu adalah anak dari dosennya yang seperti gunung es. Mereka seperti keluar dari cetakan yang sama. Namun karena masih muda, Feifei terlihat ceria dan energik, dengan wajah yang selalu tersenyum. Berbanding terbalik dengan ayahnya yang malas berekspresi, hanya memasang wajah dingin sepanjang hari. Membuat orang bertanya-tanya bagaimana ayah dan anak bisa mempunyai watak yang begitu berbeda.

"Apa yang kau lihat?" Sebuah suara dingin masuk ke rongga telinganya, membuat mahasiswa itu tersadar. Kemudian ia bertemu dengan tatapan dosennya yang tajam dan sangat dingin, memberinya ilusi bahwa ia sedang berdiri di puncak gunung bersalju. Segera, ia menggigil kedinginan.

Implikasinya jelas : kalau kau terus menatap putriku, aku akan memberi nol pada tugas akhirmu.

"Ti-tidak ada prof..." Dengan paksa, ia memeras suara keluar dari tenggorokannya.

Kemudian ia dengan paksa bertukar beberapa kata lagi dengan profesor berhati hitam ini, dan kemudian keluar dari kantor dengan menundukkan kepalanya.

Shen Feifei sangat patuh, ia akan duduk diam dan tidak menggangu pekerjaan ayahnya sama sekali sampai Shen Yuan menyelesaikan semua pekerjaannya.

Dengan menggandeng tangan Feifei, mereka berjalan kembali melewati koridor. Saat itu Shen Yuan mendengar berita yang kebetulan sedang disiarkan di salah satu ponsel mahasiswa.

"Seorang pasien rumah sakit jiwa melarikan diri dan menyerang beberapa orang di stasiun bawah tanah XX. Pasien tersebut menggigit hingga korban mengalami luka yang lumayan parah. Segera petugas keamanan meringkus pasien tersebut dan dibawa kembali ke rumah sakit jiwa. Para korban juga langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat."

"Sungguh mengerikan."

"Kudengar pasien itu melarikan diri dari rumah sakit jiwa kota N. Untunglah pasien itu sudah tertangkap."

Shen Yuan hanya mendengarnya, dan tidak menganggapnya penting. Berjalan dengan damai bersama putrinya menuju mobilnya.

Terpopuler

Comments

leeshuho

leeshuho

btw ak blm bisa klik like,bru update nt.nntj ak like ya😗

2022-08-14

0

leeshuho

leeshuho

papa ganteng y

2022-08-14

0

Istrinya Cale><

Istrinya Cale><

wah cerita ayah-anak

2022-06-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Hidup Mereka
2 Bab 2 - Mimpi Feifei
3 Bab 3 - Infeksi
4 Bab 4 - Teror di Sekolah
5 Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6 Bab 6 - Mencari Ning Meng
7 Bab 7 - Ning Meng
8 Bab 8 - Melarikan Diri
9 bab 9 - Melarikan Diri (2)
10 Bab 10 - Gigitan
11 Bab 11 - Putriku Feifei
12 Bab 12 - Apotek
13 Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14 Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15 Bab 15 - Pusat Penampungan
16 Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17 Bab 17 - Konfrontasi
18 Bab 18 - Bangun
19 Bab 19 - Itu Kau?!
20 Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21 Bab 21 - Mencintaimu
22 Bab 22 - Kebenaran
23 Bab 23 - Mutasi Virus
24 Bab 24 - Kecelakaan
25 Bab 25 - Evakuasi Darurat
26 Bab 26 - Seleksi
27 Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28 Bab 28 - Dewi Kecil
29 Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30 Bab 30 - Merebut Pabrik
31 Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32 Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33 Bab 33 - Drone
34 Bab 34 - He Zhao
35 Bab 35 - Penyelamatan
36 Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37 Bab 37 - He Zhao Bergabung
38 Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39 Bab 39 - Ayam Goreng?
40 Bab 40 - Dihukum
41 Bab 41 - Anomali
42 Bab 42 - Selalu Tersakiti
43 Bab 43 - Rapat
44 Bab 44 - Guilty or Not?
45 Bab 45 - Perseteruan
46 Bab 46 - Perseteruan (2)
47 Bab 47 - Keadaan Darurat
48 Bab 48 - Bertahan
49 Bab 49 - Bertahan (2)
50 Bab 50 - Diselamatkan
51 Bab 51 - Berkumpul Kembali
52 Bab 52 - Tukang Mengomel
53 Bab 53 - Cerita Siang
54 Bab 54 - Pesta Kambing
55 Bab 55 - Merencanakan Strategi
56 Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57 Bab 57 - Nekat
58 Bab 58 - Mengambil Resiko
59 Bab 59 - Panik
60 Bab 60 - Mati Rasa
61 Bab 61 - Krisis
62 Bab 62 - Titik Krisis
63 Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64 Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65 Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66 Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67 Bab 67 - Hilang
68 Bab 68 - Buta
69 Bab 69 - Rasa Bersalah
70 Bab 70 - Zombie Simpanse
71 Bab 71 - Kecurigaan
72 Bab 72 - Perwakilan Negara U
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 - Hidup Mereka
2
Bab 2 - Mimpi Feifei
3
Bab 3 - Infeksi
4
Bab 4 - Teror di Sekolah
5
Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6
Bab 6 - Mencari Ning Meng
7
Bab 7 - Ning Meng
8
Bab 8 - Melarikan Diri
9
bab 9 - Melarikan Diri (2)
10
Bab 10 - Gigitan
11
Bab 11 - Putriku Feifei
12
Bab 12 - Apotek
13
Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14
Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15
Bab 15 - Pusat Penampungan
16
Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17
Bab 17 - Konfrontasi
18
Bab 18 - Bangun
19
Bab 19 - Itu Kau?!
20
Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21
Bab 21 - Mencintaimu
22
Bab 22 - Kebenaran
23
Bab 23 - Mutasi Virus
24
Bab 24 - Kecelakaan
25
Bab 25 - Evakuasi Darurat
26
Bab 26 - Seleksi
27
Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28
Bab 28 - Dewi Kecil
29
Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30
Bab 30 - Merebut Pabrik
31
Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32
Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33
Bab 33 - Drone
34
Bab 34 - He Zhao
35
Bab 35 - Penyelamatan
36
Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37
Bab 37 - He Zhao Bergabung
38
Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39
Bab 39 - Ayam Goreng?
40
Bab 40 - Dihukum
41
Bab 41 - Anomali
42
Bab 42 - Selalu Tersakiti
43
Bab 43 - Rapat
44
Bab 44 - Guilty or Not?
45
Bab 45 - Perseteruan
46
Bab 46 - Perseteruan (2)
47
Bab 47 - Keadaan Darurat
48
Bab 48 - Bertahan
49
Bab 49 - Bertahan (2)
50
Bab 50 - Diselamatkan
51
Bab 51 - Berkumpul Kembali
52
Bab 52 - Tukang Mengomel
53
Bab 53 - Cerita Siang
54
Bab 54 - Pesta Kambing
55
Bab 55 - Merencanakan Strategi
56
Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57
Bab 57 - Nekat
58
Bab 58 - Mengambil Resiko
59
Bab 59 - Panik
60
Bab 60 - Mati Rasa
61
Bab 61 - Krisis
62
Bab 62 - Titik Krisis
63
Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64
Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65
Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66
Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67
Bab 67 - Hilang
68
Bab 68 - Buta
69
Bab 69 - Rasa Bersalah
70
Bab 70 - Zombie Simpanse
71
Bab 71 - Kecurigaan
72
Bab 72 - Perwakilan Negara U

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!