"Hai siapa namamu?"
Cahaya matahari menyinari sosok gadis di bawah pohon. Feifei mendongak, menyipitkan matanya untuk melihat sosok di di atasnya. Karena sinar matahari, rambut keritingnya menjadi berwarna coklat terang. Matanya berwarna coklat seperti kacang almond. Saat dia tersenyum, memperlihatkan satu lesung pipi di sebelah kiri.
Sangat cantik, pikir Feifei.
"Namaku Shen Feifei." Jawab Feifei dengan malu-malu.
"Namamu bagus. Namaku Ning Meng." Sekali lagi, gadis kecil itu tersenyum dengan memperlihatkan lesung pipinya.
Ning Meng memperhatikan Shen Feifei dari atas ke bawah. Dari awal masuk sekolah dia sudah memperhatikan teman sekelasnya ini.
Rambutnya yang lurus sangat hitam dan halus. Matanya berbentuk seperti bunga persik dengan warna coklat muda. Saat kau melihat matanya sekali, kau tidak akan tahan untuk melihatnya lagi. Kulitnya sangat putih, namun bukan putih pucat melainkan putih bersinar seperti mutiara. Sangat kontras dengan rambutnya yang hitam pekat.
Namun, teman sekelas ini sangat pendiam. Dia tidak akan berinisiatif untuk memulai perbincangan sebelum diajak berbicara. Jadi Ning Meng memberanikan diri untuk menyapanya duluan.
"Kamu sangat cantik." Ning Meng memujinya.
Wajah Feifei memerah, dengan malu dia menjawab, "Ti-tidak. Kamu lebih cantik."
"Tentu saja aku juga cantik." Ning Meng tertawa dan dengan percaya diri Ning Meng membalasnya.
Dari pertukarannya Ning Meng menebak bahwa Shen Feifei hanya seorang yang pemalu. Jadi mulai hari itu, mereka mulai sering mengobrol bersama.
Mereka mengobrol tentang es krim apa yang lebih enak, drama yang ditayangkan di televisi, dan kartun-kartun Disney. Entah sejak kapan mereka mulai bersahabat. Setiap salah satu di antara mereka ada yang berulang tahun, maka mereka akan saling bergantian mengirimkan kado.
"Apa ayahmu belum menjemputmu?" Tanya Ning Meng setelah dia masih melihat Feifei berdiri di depan gerbang bahkan setelah dia selesai piket.
"Belum, mungkin dia sibuk."
Ning Meng melirik mobil ibunya yang sudah menunggunya. Kemudian, dia menghampirinya, terlihat dia bertukar beberapa patah kata dengan ibunya sebelum kembali di sisi Feifei.
"Kamu tidak pulang?" Tanya Feifei bingung.
Ning Meng hanya tersenyum, "Menunggumu."
Feifei menggelengkan kepalanya, berusaha menolak, "Tidak perlu. Ibumu sudah datang, kamu pulang saja dulu."
"Ei. Aku akan ikut menunggu bersamamu. Kamu tau? Kata ibuku anak-anak cantik seperti kita ini rawan penculikan. Jadi aku akan menemanimu sampai ayahmu datang. Oke?"
Angin bertiup membawa jejak tawa gadis depannya...
***
Ingatan-ingatan itu menyerbu ke kepala Feifei seperti film. Diputar berulang-ulang, mengingatkannya, menusuknya, menikamnya dengan sangat kejam.
Feifei jatuh berlutut, bahkan Shen Yuan terlambat untuk menahannya.
"Meng Meng-!" Feifei mencengkram kepalanya. Menangis dengan histeris tepat di samping tubuh sahabatnya yang sudah mendingin.
Shen Yuan dengan cepat membawa Feifei ke pelukannya. Tubuh kecilnya sangat bergetar. Dia menangis meraung-raung sambil menarik kemejanya seperti berpegangan dengan penyelamat terakhir. Feifei menangis, berteriak, dan menggapai-gapai seperti ingin menghabiskan semua air matanya.
"Ssst... Tenang, tenang Feifei." Shen Yuan menepuk-nepuk punggung Feifei untuk menenangkannya.
Dia bisa mengerti bagaimana perasaan putrinya. Melihat sahabat kesayangannya mati tepat di depannya dengan keadaan yang sangat mengenaskan pasti membuat hatinya hancur. Apalagi beberapa jam sebelumnya mereka masih belajar di kelas yang sama, dan mengobrol bersama. Namun sekarang sahabatnya sudah menjadi mayat yang dingin, bahkan tanpa tubuh yang utuh.
Shen Yuan menutup matanya, memeluk Feifei erat-erat. Pemandangan saat dia menuju kemari kembali muncul di kepalanya. Jasad anak-anak yang tak terhitung jumlahnya dengan tubuh yang terkoyak dan organ dalam yang keluar, seperti neraka dunia.
Shen Yuan khawatir kalau suara tangisan Feifei akan mengundang banyak zombie ke arah mereka. Jadi dia harus memikirkan cara untuk membuat Feifei berhenti menangis.
"Feifei dengarkan ayah." Shen Yuan mencengkram bahu Feifei, berusaha untuk menarik perhatiannya. Namun Feifei masih menangis, menolak untuk mendengarkan.
"Feifei!" Shen Yuan mengeraskan suaranya. Usahanya berhasil, Feifei bereaksi dengan teriakan itu. Namun dia masih belum berhenti sesenggukan, pandangannya kosong.
Setelah mendapatkan perhatiannya, Shen Yuan melanjutkan dengan lembut, "Dengarkan ayah. Kita harus pergi dari tempat ini. Tempat ini tidak aman. Kalau kita tidak pergi, kita akan diserang oleh zombie-zombie itu, dan kita berdua akan mati. Apakah kamu mengerti?"
Setelah beberapa saat, Shen Yuan melihat Feifei akhirnya mengangguk kecil, hampir tidak terlihat.
"Baiklah."
Shen Yuan mendekati jasad Ning Meng. Dia menutup kedua mata Ning Meng menggunakan telapak tangannya dan dengan lembut membersihkan wajahnya yang pucat dari noda darah. Shen Yuan juga dengan cermat menata rambutnya yang sekarang kusut menjadi tertata dengan rapi. Kemudian dia melepas jaket yang dikenakan Feifei dan menggunakannya untuk menutupi tubuh bagian bawah Ning Meng. Sekarang dia terlihat seperti sedang tidur nyenyak.
Shen Yuan mengambil gelang yang dipakai oleh Ning Meng dan menyerahkannya kepada Feifei.
"Simpan ini. Sekarang kita tidak bisa memberikan pemakaman yang layak untuknya. Suatu hari nanti, saat kita menemukan tempat yang indah kita menguburkan gelang ini sebagai ganti Ning Meng."
Feifei masih menangis. Matanya berwarna merah darah. Namun dia masih menerima gelang itu. Feifei tidak peduli kalau gelang itu kotor karena darah, dan dia langsung memakainya di tangannya sendiri.
Feifei tahu gelang ini. Ini adalah gelang favoritnya. Gelang dengan banyak hiasan bintang-bintang. Katanya dia membelinya saat berkunjung ke rumah neneknya. Dia masih ingat ekspresi gembira Ning Meng saat bercerita kepadanya hari itu.
Feifei berlutut di samping jasad Ning Meng, kemudian membungkuk di atasnya. Bayangannya menutupi wajah pucat Ning Meng. Feifei mendekati telinganya, dengan lembut berbisik.
"Meng Meng, maafkan aku. Maafkan aku saat itu melepaskan tanganmu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Walaupun saat meminta contekan bisa sangat menyebalkan. Aku tidak memiliki saudara, tetapi aku sering membayangkan kalau aku memilikinya mungkin akan sepertimu. Aku menyayangimu, Meng Meng." Feifei tersedak oleh tangisannya sendiri. "Aku, aku mengambil gelang favoritmu. Kumohon jangan marah padaku."
Feifei tidak tahu permohonannya itu karena dia mengambil gelangnya atau karena dia membiarkan Ning Meng pergi sendirian sehingga dia kehilangan nyawanya. Atau mungkin karena keduanya.
Feifei kemudian menunduk mencium pipi tempat dimana lesung pipinya berada. "Selamat tinggal."
"Ayo kita pergi."
Setelah membiarkannya mengucapkan perpisahan kepada Ning Meng, Shen Yuan menarik tangan Feifei agar keluar dari kamar mandi.
Setelah keluar Feifei tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk menengok ke belakang sekali lagi. Kalau bisa, dia ingin berbicara lebih lama dengan Ning Meng. Namun mereka tidak memiliki cukup waktu.
Selamat tinggal sahabatku, saudaraku, kakak perempuanku.
Aku pasti tidak akan pernah melupakanmu.
Waktu yang kita habiskan bersama akan aku ingat selalu.
Suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi.
Selamat tinggal, Meng Meng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Wahid Geming
anjirr emosinal sekali novel nih. keren thor lanjutkan
2022-05-19
9
MN.Aini
meng meng kenapaaa😭😭😭
2022-05-19
3
DINA OCTAVIA
ah masak ning meng mati huaaaa
2022-05-19
9