Bab 7 - Ning Meng

"Hai siapa namamu?"

Cahaya matahari menyinari sosok gadis di bawah pohon. Feifei mendongak, menyipitkan matanya untuk melihat sosok di di atasnya. Karena sinar matahari, rambut keritingnya menjadi berwarna coklat terang. Matanya berwarna coklat seperti kacang almond. Saat dia tersenyum, memperlihatkan satu lesung pipi di sebelah kiri.

Sangat cantik, pikir Feifei.

"Namaku Shen Feifei." Jawab Feifei dengan malu-malu.

"Namamu bagus. Namaku Ning Meng." Sekali lagi, gadis kecil itu tersenyum dengan memperlihatkan lesung pipinya.

Ning Meng memperhatikan Shen Feifei dari atas ke bawah. Dari awal masuk sekolah dia sudah memperhatikan teman sekelasnya ini.

Rambutnya yang lurus sangat hitam dan halus. Matanya berbentuk seperti bunga persik dengan warna coklat muda. Saat kau melihat matanya sekali, kau tidak akan tahan untuk melihatnya lagi. Kulitnya sangat putih, namun bukan putih pucat melainkan putih bersinar seperti mutiara. Sangat kontras dengan rambutnya yang hitam pekat.

Namun, teman sekelas ini sangat pendiam. Dia tidak akan berinisiatif untuk memulai perbincangan sebelum diajak berbicara. Jadi Ning Meng memberanikan diri untuk menyapanya duluan.

"Kamu sangat cantik." Ning Meng memujinya.

Wajah Feifei memerah, dengan malu dia menjawab, "Ti-tidak. Kamu lebih cantik."

"Tentu saja aku juga cantik." Ning Meng tertawa dan dengan percaya diri Ning Meng membalasnya.

Dari pertukarannya Ning Meng menebak bahwa Shen Feifei hanya seorang yang pemalu. Jadi mulai hari itu, mereka mulai sering mengobrol bersama.

Mereka mengobrol tentang es krim apa yang lebih enak, drama yang ditayangkan di televisi, dan kartun-kartun Disney. Entah sejak kapan mereka mulai bersahabat. Setiap salah satu di antara mereka ada yang berulang tahun, maka mereka akan saling bergantian mengirimkan kado.

"Apa ayahmu belum menjemputmu?" Tanya Ning Meng setelah dia masih melihat Feifei berdiri di depan gerbang bahkan setelah dia selesai piket.

"Belum, mungkin dia sibuk."

Ning Meng melirik mobil ibunya yang sudah menunggunya. Kemudian, dia menghampirinya, terlihat dia bertukar beberapa patah kata dengan ibunya sebelum kembali di sisi Feifei.

"Kamu tidak pulang?" Tanya Feifei bingung.

Ning Meng hanya tersenyum, "Menunggumu."

Feifei menggelengkan kepalanya, berusaha menolak, "Tidak perlu. Ibumu sudah datang, kamu pulang saja dulu."

"Ei. Aku akan ikut menunggu bersamamu. Kamu tau? Kata ibuku anak-anak cantik seperti kita ini rawan penculikan. Jadi aku akan menemanimu sampai ayahmu datang.  Oke?"

Angin bertiup membawa jejak tawa gadis depannya...

***

Ingatan-ingatan itu menyerbu ke kepala Feifei seperti film. Diputar berulang-ulang, mengingatkannya, menusuknya, menikamnya dengan sangat kejam.

Feifei jatuh berlutut, bahkan Shen Yuan terlambat untuk menahannya.

"Meng Meng-!" Feifei mencengkram kepalanya. Menangis dengan histeris tepat di samping tubuh sahabatnya yang sudah mendingin.

Shen Yuan dengan cepat membawa Feifei ke pelukannya. Tubuh kecilnya sangat bergetar. Dia menangis meraung-raung sambil menarik kemejanya seperti berpegangan dengan penyelamat terakhir. Feifei menangis, berteriak, dan menggapai-gapai seperti ingin menghabiskan semua air matanya.

"Ssst... Tenang, tenang Feifei." Shen Yuan menepuk-nepuk punggung Feifei untuk menenangkannya.

Dia bisa mengerti bagaimana perasaan putrinya. Melihat sahabat kesayangannya mati tepat di depannya dengan keadaan yang sangat mengenaskan pasti membuat hatinya hancur.  Apalagi beberapa jam sebelumnya mereka masih belajar di kelas yang sama, dan mengobrol bersama. Namun sekarang sahabatnya sudah menjadi mayat yang dingin, bahkan tanpa tubuh yang utuh.

Shen Yuan menutup matanya, memeluk Feifei erat-erat. Pemandangan saat dia menuju kemari kembali muncul di kepalanya. Jasad anak-anak yang tak terhitung jumlahnya dengan tubuh yang terkoyak dan organ dalam yang keluar, seperti neraka dunia.

Shen Yuan khawatir kalau suara tangisan Feifei akan mengundang banyak zombie ke arah mereka. Jadi dia harus memikirkan cara untuk membuat Feifei berhenti menangis.

"Feifei dengarkan ayah." Shen Yuan mencengkram bahu Feifei, berusaha untuk menarik perhatiannya. Namun Feifei masih menangis, menolak untuk mendengarkan.

"Feifei!" Shen Yuan mengeraskan suaranya. Usahanya berhasil, Feifei bereaksi dengan teriakan itu. Namun dia masih belum berhenti sesenggukan, pandangannya kosong.

Setelah mendapatkan perhatiannya, Shen Yuan melanjutkan dengan lembut, "Dengarkan ayah. Kita harus pergi dari tempat ini. Tempat ini tidak aman. Kalau kita tidak pergi, kita akan diserang oleh zombie-zombie itu, dan kita berdua akan mati. Apakah kamu mengerti?"

Setelah beberapa saat, Shen Yuan melihat Feifei akhirnya mengangguk kecil, hampir tidak terlihat.

"Baiklah."

Shen Yuan mendekati jasad Ning Meng. Dia menutup kedua mata Ning Meng menggunakan telapak tangannya dan dengan lembut membersihkan wajahnya yang pucat dari noda darah. Shen Yuan juga dengan cermat menata rambutnya yang sekarang kusut menjadi tertata dengan rapi. Kemudian dia melepas jaket yang dikenakan Feifei dan menggunakannya untuk menutupi tubuh bagian bawah Ning Meng. Sekarang dia terlihat seperti sedang tidur nyenyak.

Shen Yuan mengambil gelang yang dipakai oleh Ning Meng dan menyerahkannya kepada Feifei.

"Simpan ini. Sekarang kita tidak bisa memberikan pemakaman yang layak untuknya. Suatu hari nanti, saat kita menemukan tempat yang indah kita menguburkan gelang ini sebagai ganti Ning Meng."

Feifei masih menangis. Matanya berwarna merah darah. Namun dia masih menerima gelang itu. Feifei tidak peduli kalau gelang itu kotor karena darah, dan dia langsung memakainya di tangannya sendiri.

Feifei tahu gelang ini. Ini adalah gelang favoritnya. Gelang dengan banyak hiasan bintang-bintang. Katanya dia membelinya saat berkunjung ke rumah neneknya. Dia masih ingat ekspresi gembira Ning Meng saat bercerita kepadanya hari itu.

Feifei berlutut di samping jasad Ning Meng, kemudian membungkuk di atasnya. Bayangannya menutupi wajah pucat Ning Meng. Feifei mendekati telinganya, dengan lembut berbisik.

"Meng Meng, maafkan aku. Maafkan aku saat itu melepaskan tanganmu. Kamu adalah sahabat terbaikku. Walaupun saat meminta contekan bisa sangat menyebalkan. Aku tidak memiliki saudara, tetapi aku sering membayangkan kalau aku memilikinya mungkin akan sepertimu. Aku menyayangimu, Meng Meng." Feifei tersedak oleh tangisannya sendiri. "Aku, aku mengambil gelang favoritmu. Kumohon jangan marah padaku."

Feifei tidak tahu permohonannya itu karena dia mengambil gelangnya atau karena dia membiarkan Ning Meng pergi sendirian sehingga dia kehilangan nyawanya. Atau mungkin karena keduanya.

Feifei kemudian menunduk mencium pipi tempat dimana lesung pipinya berada. "Selamat tinggal."

"Ayo kita pergi."

Setelah membiarkannya mengucapkan perpisahan kepada Ning Meng, Shen Yuan menarik tangan Feifei agar keluar dari kamar mandi.

Setelah keluar Feifei tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk menengok ke belakang sekali lagi. Kalau bisa, dia ingin berbicara lebih lama dengan Ning Meng. Namun mereka tidak memiliki cukup waktu.

Selamat tinggal sahabatku, saudaraku, kakak perempuanku.

Aku pasti tidak akan pernah melupakanmu.

Waktu yang kita habiskan bersama akan aku ingat selalu.

Suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi.

Selamat tinggal, Meng Meng.

Terpopuler

Comments

Wahid Geming

Wahid Geming

anjirr emosinal sekali novel nih. keren thor lanjutkan

2022-05-19

9

MN.Aini

MN.Aini

meng meng kenapaaa😭😭😭

2022-05-19

3

DINA OCTAVIA

DINA OCTAVIA

ah masak ning meng mati huaaaa

2022-05-19

9

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Hidup Mereka
2 Bab 2 - Mimpi Feifei
3 Bab 3 - Infeksi
4 Bab 4 - Teror di Sekolah
5 Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6 Bab 6 - Mencari Ning Meng
7 Bab 7 - Ning Meng
8 Bab 8 - Melarikan Diri
9 bab 9 - Melarikan Diri (2)
10 Bab 10 - Gigitan
11 Bab 11 - Putriku Feifei
12 Bab 12 - Apotek
13 Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14 Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15 Bab 15 - Pusat Penampungan
16 Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17 Bab 17 - Konfrontasi
18 Bab 18 - Bangun
19 Bab 19 - Itu Kau?!
20 Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21 Bab 21 - Mencintaimu
22 Bab 22 - Kebenaran
23 Bab 23 - Mutasi Virus
24 Bab 24 - Kecelakaan
25 Bab 25 - Evakuasi Darurat
26 Bab 26 - Seleksi
27 Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28 Bab 28 - Dewi Kecil
29 Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30 Bab 30 - Merebut Pabrik
31 Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32 Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33 Bab 33 - Drone
34 Bab 34 - He Zhao
35 Bab 35 - Penyelamatan
36 Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37 Bab 37 - He Zhao Bergabung
38 Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39 Bab 39 - Ayam Goreng?
40 Bab 40 - Dihukum
41 Bab 41 - Anomali
42 Bab 42 - Selalu Tersakiti
43 Bab 43 - Rapat
44 Bab 44 - Guilty or Not?
45 Bab 45 - Perseteruan
46 Bab 46 - Perseteruan (2)
47 Bab 47 - Keadaan Darurat
48 Bab 48 - Bertahan
49 Bab 49 - Bertahan (2)
50 Bab 50 - Diselamatkan
51 Bab 51 - Berkumpul Kembali
52 Bab 52 - Tukang Mengomel
53 Bab 53 - Cerita Siang
54 Bab 54 - Pesta Kambing
55 Bab 55 - Merencanakan Strategi
56 Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57 Bab 57 - Nekat
58 Bab 58 - Mengambil Resiko
59 Bab 59 - Panik
60 Bab 60 - Mati Rasa
61 Bab 61 - Krisis
62 Bab 62 - Titik Krisis
63 Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64 Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65 Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66 Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67 Bab 67 - Hilang
68 Bab 68 - Buta
69 Bab 69 - Rasa Bersalah
70 Bab 70 - Zombie Simpanse
71 Bab 71 - Kecurigaan
72 Bab 72 - Perwakilan Negara U
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 - Hidup Mereka
2
Bab 2 - Mimpi Feifei
3
Bab 3 - Infeksi
4
Bab 4 - Teror di Sekolah
5
Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6
Bab 6 - Mencari Ning Meng
7
Bab 7 - Ning Meng
8
Bab 8 - Melarikan Diri
9
bab 9 - Melarikan Diri (2)
10
Bab 10 - Gigitan
11
Bab 11 - Putriku Feifei
12
Bab 12 - Apotek
13
Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14
Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15
Bab 15 - Pusat Penampungan
16
Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17
Bab 17 - Konfrontasi
18
Bab 18 - Bangun
19
Bab 19 - Itu Kau?!
20
Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21
Bab 21 - Mencintaimu
22
Bab 22 - Kebenaran
23
Bab 23 - Mutasi Virus
24
Bab 24 - Kecelakaan
25
Bab 25 - Evakuasi Darurat
26
Bab 26 - Seleksi
27
Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28
Bab 28 - Dewi Kecil
29
Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30
Bab 30 - Merebut Pabrik
31
Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32
Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33
Bab 33 - Drone
34
Bab 34 - He Zhao
35
Bab 35 - Penyelamatan
36
Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37
Bab 37 - He Zhao Bergabung
38
Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39
Bab 39 - Ayam Goreng?
40
Bab 40 - Dihukum
41
Bab 41 - Anomali
42
Bab 42 - Selalu Tersakiti
43
Bab 43 - Rapat
44
Bab 44 - Guilty or Not?
45
Bab 45 - Perseteruan
46
Bab 46 - Perseteruan (2)
47
Bab 47 - Keadaan Darurat
48
Bab 48 - Bertahan
49
Bab 49 - Bertahan (2)
50
Bab 50 - Diselamatkan
51
Bab 51 - Berkumpul Kembali
52
Bab 52 - Tukang Mengomel
53
Bab 53 - Cerita Siang
54
Bab 54 - Pesta Kambing
55
Bab 55 - Merencanakan Strategi
56
Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57
Bab 57 - Nekat
58
Bab 58 - Mengambil Resiko
59
Bab 59 - Panik
60
Bab 60 - Mati Rasa
61
Bab 61 - Krisis
62
Bab 62 - Titik Krisis
63
Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64
Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65
Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66
Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67
Bab 67 - Hilang
68
Bab 68 - Buta
69
Bab 69 - Rasa Bersalah
70
Bab 70 - Zombie Simpanse
71
Bab 71 - Kecurigaan
72
Bab 72 - Perwakilan Negara U

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!