Punggung Shen Yuan menempel di dinding yang lembab. Dia duduk di sudut untuk meminimalkan udara dingin. Beberapa saat kemudian Xi Zihe datang melalui pintu, menutupnya, dan manjauhkan Yao Yue dan Wen Fan yang mengikuti di belakangnya dengan rasa ingin tahu.
"Ini."
Shen Yuan mendongak, di depannya adalah roti dengan isi sosis ham.
"Ini adalah jatah makanan hari ini."
Shen Yuan menatapnya selama beberapa detik sebelum memalingkan wajahnya.
Sebelum mengikutinya ke sini, Shen Yuan sudah memberikan semua persediaannya kepada Xi Zihe. Dia sama sekali tidak peduli bagaimana Xi Zihe akan membagikannya.
"Ada apa, mogok makan?" Xi Zihe mendengus dan mencibir, "Kau baru ditahan selama beberapa jam, tapi sudah mengeluh."
Shen Yuan memelototinya, "Kau yang menyeretku ke sini duluan."
"Hei... Kau juga harus mempertimbangkan posisiku."
Shen Yuan hanya mendengus. Tentu saja dia paham, sebagai seorang pemimpin, Xi Zihe tentu saja tidak boleh memihak. Apalagi dia memiliki banyak nyawa yang bergantung padanya. Keputusan yang dibuatnya akan membawa nasib ratusan orang.
"Makanan terbatas, bersyukurlah karena bisa memakannya." Tidak menunggu jawaban Shen Yuan, Xi Zihe memasukkan roti itu ke telapak tangannya.
Xi Zihe berdiri di samping Shen Yuan, bersandar di dinding sambil memutar-mutar rokok di jarinya.
"Istrimu, ibu anak ini, dimana?" Xi Zihe sebenarnya tipe orang yang tidak suka mengorek hidup orang lain, namun untuk membunuh waktu, tidak ada salahnya untuk bertanya.
"Meninggal. Pendarahan pasca melahirkan."
Xi Zihe terdiam selama beberapa saat sebelum bertanya lagi, "Berapa umurmu?"
Sejak awal Xi Zihe sangat ingin menanyakan hal ini. Karena dari wajahnya, sangat sulit untuk menebak umur pria ini. Apalagi dia sudah memiliki seorang putri.
Shen Yuan berkata, "34"
Benar-benar tidak terlihat seperti itu.
"Hm... Lalu berapa umur putrimu?"
Shen Yuan meliriknya, merasa bingung dengan tingkah lakunya, namun masih menjawabnya. "Sepuluh tahun. Sebenarnya kenapa kau menanyakan hal ini?"
Mulut Xi Zihe menganga kemudian dia mencibir, "Jadi kau memilikinya saat berumur dua puluh empat tahun? Ceroboh sekali."
Shen Yuan menggertakkan giginya, memeras suara dari celah giginya, "Aku memilikinya setelah menikah!"
Xi Zihe menatapnya bengong, sebelum mengubah nadanya dan bertepuk tangan ringan, "Em! Ya, sungguh bertanggung jawab. Pantas menjadi panutan setiap laki-laki."
Aku ingin merobek mulutnya, pikir Shen Yuan.
Xi Zihe menepuk-nepuk tangannya dan berjalan pergi. Saat pintu sudah tertutup lagi, Shen Yuan melihat roti di telapak tangannya, bersandar di dinding, dan mulai memakannya.
***
Feifei merasa tubuhnya terbakar, demam.
Bingung, dia merasa tubuhnya sangat panas, seolah-olah dia seperti terendam di dalam kolam air panas. Suara langkah kaki datang dan pergi, perdebatan dan keributan datang satu demi satu, dia mendengar suara dari orang yang tidak dikenalnya menjerit, "Usir dia! Keluarkan dia dari sini! Bagaimana jika nanti dia mulai menggigit orang?!"
"Benar! Usir dia sekarang!"
Feifei merasa dia dipeluk dengan erat oleh lengan yang hangat dan akrab.
Lengan ayah, pikir Feifei.
"Coba saja kalau kau berani menyentuhnya, kuledakkan kepalamu."
Suara ayah...
Suara perdebatan semakin dekat, dan tiba-tiba menghilang, tidak jelas seolah-olah dia mendengarnya dari dalam air. Dia sangat ingin membuka matanya, melihat ayahnya, namun tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tidak bisa membuka matanya.
Setelah periode waktu yang tidak diketahui, langkah kaki tiba-tiba berhenti di depannya, lalu seseorang berjongkok. Feifei bisa mendengar orang itu berkata, "Bawa dia ke gudang belakang, dan tetap awasi dia."
Pergi ke mana, bagaimana dengan ayah...
"Ini orang-orangku, orang yang kubawa. Kalau ada masalah, aku akan bertanggung jawab..."
Feifei kembali merasa dia tenggelam ke dalam kolam air panas. Suara-suara itu kian menjauh hingga dia tidak bisa mendengar suara-suara lagi. Otaknya mengalami kebingungan. Dia tidak tahu dimana dia berada, dan dia tidak mampu merasakan apapun. Sampai seseorang mendorong sesuatu ke dalam mulutnya. Dia hanya bisa menelannya secara tidak sadar.
Namun dia bisa merasakan badannya menjadi lebih baik setelah memakannya...
***
"Kalau putrimu tak kunjung bangun, aku khawatir besok aku harus menembak mati kalian berdua." Xi Zihe menyilangkan tangannya di depan dada, menatapnya dengan serius.
Shen Yuan mendengus, "Menembakku? Apa kau masih punya amunisi? Simpan saja itu untuk membunuh dirimu sendiri."
Xi Zihe ingin menjawabnya, namun Shen Yuan berkata lebih dulu, "Kau tidak perlu repot-repot. Kalau memang saatnya tiba nanti, aku akan mengambil nyawaku sendiri." Seketika, umpatan yang ingin dikeluarkannya kembali tertelan.
Xi Zihe menatapnya dalam diam, namun Shen Yuan acuh tak acuh seakan dia tidak membicarakan tentang kematiannya sendiri. Nadanya sangat tenang, seperti seorang tetangga yang sedang membahas ramalan cuaca.
"Apa kau sebegitu inginnya untuk mati?"
Shen Yuan meliriknya menggunakan ujung matanya, "Bayangkan saja kalau kau menjadi diriku. Kau pasti tidak ingin hidup sehari pun kalau melihat putrimu seperti ini."
Xi Zihe terdiam. Dia tidak tahu bagaimana rasanya. Dia telah menjadi anjing jomblo selama 30 tahun, dan sama sekali tidak mengerti tentang merawat anak. Bahkan pengalaman berkencan pun nihil.
Namun jika membayangkan seandainya dia tidak punya siapa-siapa lagi selain putrinya, dan putrinya berada di ambang batas untuk bermutasi menjadi zombie, dia pasti juga akan merasa putus asa, dan kehilangan minat untuk melanjutkan hidup.
Xi Zihe tidak bisa untuk tidak melihat lagi ke arah Shen Yuan. Dia duduk dengan tenang, bersandar di dinding tipis sembari dengan lembut menyisir rambut putrinya dengan jari-jarinya. Walaupun wajahnya tanpa ekspresi dan dingin, matanya yang menatap putrinya terlihat lembut. Seperti menjaga sebuah harta karun, penuh pengabdian dan kasih sayang.
Xi Zihe menghela napas, kalau untuk membunuh mereka dengan tangannya sendiri, sepertinya dia tidak akan tega.
Saat Xi Zihe masih menimbang-nimbang akan menembak atau mengusirnya keluar dari tempat penampungan, dia mendengar suara erangan.
"Feifei?"
Segera setelah suara itu jatuh, Xi Zihe menyadari kalau suara itu datang dari gadis kecil itu.
Shen Yuan menatap lekat-lekat ke arah Feifei. Meraih bahunya, dan dengan lembut mengguncangnya.
"Feifei? Feifei!"
Bulu mata Feifei bergetar. Shen Yuan bisa melihat mata di bawah kelopak mata itu bergerak tak tentu arah, seperti seseorang yang akan siuman.
Karena antusias, Xi Zihe tidak menyadari kalau dia berjalan menuju Shen Yuan dengan cepat, tadinya ikut melihat sambil berdiri, namun merasa masih kurang dekat, hingga akhirnya ikut berjongkok di samping gadis kecil itu. Menatapnya lekat-lekat, sangat menantikan dia membuka matanya.
Bulu matanya bergetar, hingga akhirnya mata Feifei perlahan terbuka. Menunjukkan sepasang mata bunga persik berwarna coklat muda. Pada awalnya matanya terlihat kosong dan bingung, tetapi setelah melihat Shen Yuan, matanya bersinar cerah.
"Ayah..."
Tanpa berkata-kata, Shen Yuan membawa Feifei ke pelukannya. Memeluknya erat untuk menegaskan kepada dirinya sendiri bahwa ini bukan mimpi.
Beberapa jam terakhir sangat membuatnya lelah dan putus asa, dia pikir dia tidak akan pernah melihat mata indah itu terbuka lagi. Atau tidak bisa mendengar bibir kecil itu memanggilnya ayah lagi.
"Ayah di sini."
Setitik air mata jatuh menetes dari ujung matanya. Perasaan lega membanjirinya, membuat semua kelelahan menguap dan hilang begitu saja.
Putrinya, telah kembali kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
手 中 残 魂
lanjut thor
2022-06-09
1
Istrinya Cale><
akhirnya sadar
2022-06-08
1
MN.Aini
horeeeyyyy akhirnya sadar peipei
2022-05-30
2