Ning Meng terjatuh saat dia baru saja menginjakkan kaki keluar dari bangkunya. Dia tersandung kaki kursi, kemudian langsung jatuh tengkurap. Lututnya menabrak lantai dengan keras hingga mengeluarkan darah.
Feifei yang terkejut melihatnya langsung membantu menuntunnya untuk pergi ke ruang kesehatan untuk mensterilkan lukanya dan mendapatkan plester.
Namun siapa yang menyangka saat dia sampai disana, dia melihat pintu ruang kesehatan sudah terbuka dan melihat guru Xie yang sedikit aneh.
Guru Xie terengengah-engah, dan tatapan saat dia melihatnya seperti sedang melihat pancake atau camilan..
"Guru Xie?" Karena tidak memperoleh respon, Feifei dengan hati-hati memanggilnya.
Guru Xie tetap tidak menjawab. Dengan satu tangannya bertumpu di dahinya, Feifei tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa ekspresinya.
Feifei menyipitkan matanya, dia bisa melihat dengan jelas seluruh pembuluh darah di badan guru Xie berubah menjadi berwarna keunguan. Tubuhnya menjadi menakutkan seperti tertutupi jaring laba-laba.
Feifei mendapatkan firasat buruk. Perlahan-lahan ia terus mundur menjauhi guru Xie sambil menggenggam tangan Ning Meng.
"Feifei? Ada apa?" Ning Meng sama sekali belum menyadari keanehan guru Xie.
"Meng Meng..."
"Gggrrrhhhhhhh"
Belum sempat Feifei meminta Ning Meng untuk lari, Guru Xie di depannya sudah mulai menggeram dan mencoba menerkam mereka.
Spontan Feifei langsung berbalik, menghindari tangan yang akan meraihnya, kemudian mulai berlari secepat yang dia bisa sambil terus menarik Ning Meng agar mengikutinya. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara raungan di belakangnya.
"Apa, apa itu, Feifei? Kenapa guru Xie menjadi seperti itu?" Ning Meng tergagap dengan nada penuh ketakutan saat dia terus berlari.
"Aku, aku tidak tahu."
Feifei sudah terengah-engah. Berkali-kali dia ingin menoleh ke belakang, namun dia takut guru Xie akan segera menyusul. Baru kali ini dia berlari sekuat tenaga di sepanjang lorong sekolah.
Masih ada beberapa siswa di sekolah dan belum pulang. Mereka melihat Feifei dan Ning Meng yang berlari seperti orang gila.
"Kalian semua dengarkan aku! Cepat kembali-"
Baru saja Feifei akan memperingatkan mereka untuk segera pulang, namun Guru Xie sudah menerkam salah satu di antara mereka.
Guru Xie langsung menggigit perut anak tersebut, merobeknya hingga organ dalamnya keluar dan terburai. Darah terciprat dimana-mana kemudian mulai memakan bagian tubuh itu dengan ganas. Sontak jeritan histeris memenuhi seluruh koridor. Seluruh murid berhamburan dengan panik. Mereka berlari ke segala arah.
Feifei yang melihat adegan itu, wajahnya menjadi pucat, darah seakan hilang dari wajahnya. Dia juga bisa merasakan tangan Ning Meng yang gemetar di genggamannya. Feifei menoleh untuk melihat sahabatnya, wajah Ning Meng dipenuhi dengan air mata dan teror. Tangannya yang lain menutupi mulutnya dengan erat, menahan tangisan dan teriakan yang bisa bocor kapan saja.
"Meng Meng! Ayo lari dan cari tempat untuk bersembunyi!"
Feifei mencoba menyadarkan Ning Meng yang masih berdiri kaku. Feifei juga ketakutan, badannya tidak bisa berhenti gemetar namun dia tidak mau mati. Nalurinya untuk bertahan hidup mengalahkan rasa takutnya.
Feifei menarik tangan Ning Meng dan mulai berlari lagi, mencari tempat untuk bersembunyi. Mereka berlari hingga keluar dari gedung sekolah. Namun apa yang menyambutnya adalah adegan yang bahkan lebih kacau.
Lebih banyak orang yang sudah terinfeksi di luar gedung sekolah. Mereka yang sudah terinfeksi meraih dan menerkam orang yang ada di dekatnya hingga membuat keadaan menjadi kacau balau.
Teriakan datang dari seluruh penjuru sekolah. Bau darah sangat kental di udara. Feifei seakan kehilangan pijakannya. Kakinya mulai lemas, dan mual.
Dalam kebingungannya, sesosok keluar dari ujung matanya. Seorang anak laki-laki yang jelas sudah terinfeksi sepertinya tertarik dengan bau darah yang keluar dari luka di lutut Ning Meng.
Zombie itu mengendus dan mulai berlari ke arah mereka. Feifei bergerak cepat, dia menarik Ning Meng dan kembali berlari memasuki gedung.
"Hah... Hah..." Feifei bisa mendengar nafas Ning Meng yang semakin berat. Karena cedera lutut, gerakannya semakin lambat.
Zombie itu masih mengejar mereka. Dia terus berlari sambil berusaha menemukan rute yang sepi. Namun semakin mereka berlari, semakin banyak zombie yang mengejar mereka. Tiba-tiba seorang zombie melompat di antara Feifei dan Ning Meng. Terpaksa mereka berdua melepaskan genggaman tangannya.
Feifei mendorong Ning Meng ke lorong sebelah kanan, sedangkan ia berlari ke lorong sebelah kiri.
"Lari! Meng Meng, lari!!"
Ning Meng yang terkejut sesaat langsung berlari ke lorong sebelah kanan. Feifeipun juga berlari sekuat tenaga menyusuri lorong sebelah kiri. Merekapun berpisah menyelamatkan hidup masing-masing.
Disepanjang lorong Feifei masih bisa mendengar jeritan yang tak henti-hentinya dan beberapa potongan tubuh. Feifei merasa putus asa, matanya mulai terasa panas. Berulang kali ia mengedip-ngedipkan matanya agar air tidak menghalangi pandangannya.
Dari suara raungan, Feifei bisa tahu kalau zombie-zombie itu masih mengikutinya dan mereka semakin mendekat. Feifei berlari hingga naik ke lantai dua. Langsung masuk ke salah satu ruang kelas yang sepi dan mengunci pintunya. Beberapa saat kemudian terdengar suara gebrakan di pintunya. Feifei menjerit ketakutan. Dengan panik ia memindahkan meja-meja untuk menyangga pintu agar lebih kuat. Karena tidak kuat mengangkatnya, dia hanya bisa menyeret meja-meja itu.
Setelah menyangganya dengan beberapa meja dan kursi, Feifei mulai mundur perlahan-lahan dan memeriksa ruang kelas itu. Ternyata ia tidak sengaja masuk ke ruang musik. Beruntungnya tidak ada zombie di dalam, hanya ia sendirian. Feifei mencoba mengintip keluar jendela, pemandangan yang ada di bawah sangat mengerikan. Zombie menggigit orang-orang, Feifei bahkan melihat petugas keamanan sekolah yang sering ia sapa sedang memakan kaki seseorang.
Air mata yang sedari tadi ia tahan sekarang tumpah bagaikan air terjun. Setelah dia menyaksikan mimpi buruk itu, dia mulai mencari ponselnya dengan panik di tubuhnya. Untungnya ponselnya ada di dalam sakunya.
Feifei langsung menelpon ayahnya. Hanya dalam satu dering, ayahnya sudah mengangkatnya.
"Feifei!" Suara ayahnya terdengar sangat cemas dan panik.
"A-ayah..."
Tiba-tiba Feifei merasa tenggorokannya tercekat. Dia menjadi ragu-ragu. Jika ia memberitahu ayahnya, dapat dipastikan ayahnya pasti akan langsung menjemputnya. Namun Feifei tidak ingin ayahnya menghadapi gelombang zombie yang ada di sekolahnya. Feifei takut ayahnya akan digigit oleh mereka.
"Jangan takut Feifei. Jangan takut sayang. Ayah akan ke sana. Jadilah baik, tunggu ayah datang."
Seakan Shen Yuan tahu apa yang dipikirkan putrinya, dia langsung mengatakan niatnya tanpa menunggu Feifei berbicara.
Setelah ayahnya mengatakan itu, tangisan Feifei semakin keras.
"Ayah, aku takut... Cepatlah kemari." Feifei mencengkeram erat telponnya. Seakan dengan begitu, dia bisa mendapatkan keberanian tambahan.
"Ayah akan segera ke sana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Istrinya Cale><
hwaaaa
2022-06-08
1
MN.Aini
menegangkan😱😱😱
2022-05-18
5