Bab 4 - Teror di Sekolah

Ning Meng terjatuh saat dia baru saja menginjakkan kaki keluar dari bangkunya. Dia tersandung kaki kursi, kemudian langsung jatuh tengkurap. Lututnya menabrak lantai dengan keras hingga mengeluarkan darah.

Feifei yang terkejut melihatnya langsung membantu menuntunnya untuk pergi ke ruang kesehatan untuk mensterilkan lukanya dan mendapatkan plester.

Namun siapa yang menyangka saat dia sampai disana, dia melihat pintu ruang kesehatan sudah terbuka dan melihat guru Xie yang sedikit aneh.

Guru Xie terengengah-engah, dan tatapan saat dia melihatnya seperti sedang melihat pancake atau camilan..

"Guru Xie?" Karena tidak memperoleh respon, Feifei dengan hati-hati memanggilnya.

Guru Xie tetap tidak menjawab. Dengan satu tangannya bertumpu di dahinya, Feifei tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa ekspresinya.

Feifei menyipitkan matanya, dia bisa melihat dengan jelas seluruh pembuluh darah di badan guru Xie berubah menjadi berwarna keunguan. Tubuhnya menjadi menakutkan seperti tertutupi jaring laba-laba.

Feifei mendapatkan firasat buruk. Perlahan-lahan ia terus mundur menjauhi guru Xie sambil menggenggam tangan Ning Meng.

"Feifei? Ada apa?" Ning Meng sama sekali belum menyadari keanehan guru Xie.

"Meng Meng..."

"Gggrrrhhhhhhh"

Belum sempat Feifei meminta Ning Meng untuk lari, Guru Xie di depannya sudah mulai menggeram dan mencoba menerkam mereka.

Spontan Feifei langsung berbalik, menghindari tangan yang akan meraihnya, kemudian mulai berlari secepat yang dia bisa sambil terus menarik Ning Meng agar mengikutinya. Mereka bisa mendengar dengan jelas suara raungan di belakangnya.

"Apa, apa itu, Feifei? Kenapa guru Xie menjadi seperti itu?" Ning Meng tergagap dengan nada penuh ketakutan saat dia terus berlari.

"Aku, aku tidak tahu."

Feifei sudah terengah-engah. Berkali-kali dia ingin menoleh ke belakang, namun dia takut guru Xie akan segera menyusul. Baru kali ini dia berlari sekuat tenaga di sepanjang lorong sekolah.

Masih ada beberapa siswa di sekolah dan belum pulang. Mereka melihat Feifei dan Ning Meng yang berlari seperti orang gila.

"Kalian semua dengarkan aku! Cepat kembali-"

Baru saja Feifei akan memperingatkan mereka untuk segera pulang, namun Guru Xie sudah menerkam salah satu di antara mereka.

Guru Xie langsung menggigit perut anak tersebut, merobeknya hingga organ dalamnya keluar dan terburai. Darah terciprat dimana-mana kemudian mulai memakan bagian tubuh itu dengan ganas. Sontak jeritan histeris memenuhi seluruh koridor. Seluruh murid berhamburan dengan panik. Mereka berlari ke segala arah.

Feifei yang melihat adegan itu, wajahnya menjadi pucat, darah seakan hilang dari wajahnya. Dia juga bisa merasakan tangan Ning Meng yang gemetar di genggamannya. Feifei menoleh untuk melihat sahabatnya, wajah Ning Meng dipenuhi dengan air mata dan teror. Tangannya yang lain menutupi mulutnya dengan erat, menahan tangisan dan teriakan yang bisa bocor kapan saja.

"Meng Meng! Ayo lari dan cari tempat untuk bersembunyi!"

Feifei mencoba menyadarkan Ning Meng yang masih berdiri kaku. Feifei juga ketakutan, badannya tidak bisa berhenti gemetar namun dia tidak mau mati. Nalurinya untuk bertahan hidup mengalahkan rasa takutnya.

Feifei menarik tangan Ning Meng dan mulai berlari lagi, mencari tempat untuk bersembunyi. Mereka berlari hingga keluar dari gedung sekolah. Namun apa yang menyambutnya adalah adegan yang bahkan lebih kacau.

Lebih banyak orang yang sudah terinfeksi di luar gedung sekolah. Mereka yang sudah terinfeksi meraih dan menerkam orang yang ada di dekatnya hingga membuat keadaan menjadi kacau balau.

Teriakan datang dari seluruh penjuru sekolah. Bau darah sangat kental di udara. Feifei seakan kehilangan pijakannya. Kakinya mulai lemas, dan mual.

Dalam kebingungannya, sesosok keluar dari ujung matanya. Seorang anak laki-laki yang jelas sudah terinfeksi sepertinya tertarik dengan bau darah yang keluar dari luka di lutut Ning Meng.

Zombie itu mengendus dan mulai berlari ke arah mereka. Feifei bergerak cepat, dia menarik Ning Meng dan kembali berlari memasuki gedung.

"Hah... Hah..." Feifei bisa mendengar nafas Ning Meng yang semakin berat. Karena cedera lutut, gerakannya semakin lambat.

Zombie itu masih mengejar mereka. Dia terus berlari sambil berusaha menemukan rute yang sepi. Namun semakin mereka berlari, semakin banyak zombie yang mengejar mereka. Tiba-tiba seorang zombie melompat di antara Feifei dan Ning Meng. Terpaksa mereka berdua melepaskan genggaman tangannya.

Feifei mendorong Ning Meng ke lorong sebelah kanan, sedangkan ia berlari ke lorong sebelah kiri.

"Lari! Meng Meng, lari!!"

Ning Meng yang terkejut sesaat langsung berlari ke lorong sebelah kanan. Feifeipun juga berlari sekuat tenaga menyusuri lorong sebelah kiri. Merekapun berpisah menyelamatkan hidup masing-masing.

Disepanjang lorong Feifei masih bisa mendengar jeritan yang tak henti-hentinya dan beberapa potongan tubuh. Feifei merasa putus asa, matanya mulai terasa panas. Berulang kali ia mengedip-ngedipkan matanya agar air tidak menghalangi pandangannya.

Dari suara raungan, Feifei bisa tahu kalau zombie-zombie itu masih mengikutinya dan mereka semakin mendekat. Feifei berlari hingga naik ke lantai dua. Langsung masuk ke salah satu ruang kelas yang sepi dan mengunci pintunya. Beberapa saat kemudian terdengar suara gebrakan di pintunya. Feifei menjerit ketakutan. Dengan panik ia memindahkan meja-meja untuk menyangga pintu agar lebih kuat. Karena tidak kuat mengangkatnya, dia hanya bisa menyeret meja-meja itu.

Setelah menyangganya dengan beberapa meja dan kursi, Feifei mulai mundur perlahan-lahan dan memeriksa ruang kelas itu. Ternyata ia tidak sengaja masuk ke ruang musik. Beruntungnya tidak ada zombie di dalam, hanya ia sendirian. Feifei mencoba mengintip keluar jendela, pemandangan yang ada di bawah sangat mengerikan. Zombie menggigit orang-orang, Feifei bahkan melihat petugas keamanan sekolah yang sering ia sapa sedang memakan kaki seseorang.

Air mata yang sedari tadi ia tahan sekarang tumpah bagaikan air terjun. Setelah dia menyaksikan mimpi buruk itu, dia mulai mencari ponselnya dengan panik di tubuhnya. Untungnya ponselnya ada di dalam sakunya.

Feifei langsung menelpon ayahnya. Hanya dalam satu dering, ayahnya sudah mengangkatnya.

"Feifei!" Suara ayahnya terdengar sangat cemas dan panik.

"A-ayah..."

Tiba-tiba Feifei merasa tenggorokannya tercekat. Dia menjadi ragu-ragu. Jika ia memberitahu ayahnya, dapat dipastikan ayahnya pasti akan langsung menjemputnya. Namun Feifei tidak ingin ayahnya menghadapi gelombang zombie yang ada di sekolahnya. Feifei takut ayahnya akan digigit oleh mereka.

"Jangan takut Feifei. Jangan takut sayang. Ayah akan ke sana. Jadilah baik, tunggu ayah datang."

Seakan Shen Yuan tahu apa yang dipikirkan putrinya, dia langsung mengatakan niatnya tanpa menunggu Feifei berbicara.

Setelah ayahnya mengatakan itu, tangisan Feifei semakin keras.

"Ayah, aku takut... Cepatlah kemari." Feifei mencengkeram erat telponnya. Seakan dengan begitu, dia bisa mendapatkan keberanian tambahan.

"Ayah akan segera ke sana."

Terpopuler

Comments

Istrinya Cale><

Istrinya Cale><

hwaaaa

2022-06-08

1

MN.Aini

MN.Aini

menegangkan😱😱😱

2022-05-18

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Hidup Mereka
2 Bab 2 - Mimpi Feifei
3 Bab 3 - Infeksi
4 Bab 4 - Teror di Sekolah
5 Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6 Bab 6 - Mencari Ning Meng
7 Bab 7 - Ning Meng
8 Bab 8 - Melarikan Diri
9 bab 9 - Melarikan Diri (2)
10 Bab 10 - Gigitan
11 Bab 11 - Putriku Feifei
12 Bab 12 - Apotek
13 Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14 Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15 Bab 15 - Pusat Penampungan
16 Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17 Bab 17 - Konfrontasi
18 Bab 18 - Bangun
19 Bab 19 - Itu Kau?!
20 Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21 Bab 21 - Mencintaimu
22 Bab 22 - Kebenaran
23 Bab 23 - Mutasi Virus
24 Bab 24 - Kecelakaan
25 Bab 25 - Evakuasi Darurat
26 Bab 26 - Seleksi
27 Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28 Bab 28 - Dewi Kecil
29 Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30 Bab 30 - Merebut Pabrik
31 Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32 Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33 Bab 33 - Drone
34 Bab 34 - He Zhao
35 Bab 35 - Penyelamatan
36 Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37 Bab 37 - He Zhao Bergabung
38 Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39 Bab 39 - Ayam Goreng?
40 Bab 40 - Dihukum
41 Bab 41 - Anomali
42 Bab 42 - Selalu Tersakiti
43 Bab 43 - Rapat
44 Bab 44 - Guilty or Not?
45 Bab 45 - Perseteruan
46 Bab 46 - Perseteruan (2)
47 Bab 47 - Keadaan Darurat
48 Bab 48 - Bertahan
49 Bab 49 - Bertahan (2)
50 Bab 50 - Diselamatkan
51 Bab 51 - Berkumpul Kembali
52 Bab 52 - Tukang Mengomel
53 Bab 53 - Cerita Siang
54 Bab 54 - Pesta Kambing
55 Bab 55 - Merencanakan Strategi
56 Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57 Bab 57 - Nekat
58 Bab 58 - Mengambil Resiko
59 Bab 59 - Panik
60 Bab 60 - Mati Rasa
61 Bab 61 - Krisis
62 Bab 62 - Titik Krisis
63 Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64 Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65 Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66 Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67 Bab 67 - Hilang
68 Bab 68 - Buta
69 Bab 69 - Rasa Bersalah
70 Bab 70 - Zombie Simpanse
71 Bab 71 - Kecurigaan
72 Bab 72 - Perwakilan Negara U
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 - Hidup Mereka
2
Bab 2 - Mimpi Feifei
3
Bab 3 - Infeksi
4
Bab 4 - Teror di Sekolah
5
Bab 5 - Menyelamatkan Feifei
6
Bab 6 - Mencari Ning Meng
7
Bab 7 - Ning Meng
8
Bab 8 - Melarikan Diri
9
bab 9 - Melarikan Diri (2)
10
Bab 10 - Gigitan
11
Bab 11 - Putriku Feifei
12
Bab 12 - Apotek
13
Bab 13 - Tidak Sengaja Membantu
14
Bab 14 - Menuju Pusat Perlindungan
15
Bab 15 - Pusat Penampungan
16
Bab 16 - Pusat Penampungan (2)
17
Bab 17 - Konfrontasi
18
Bab 18 - Bangun
19
Bab 19 - Itu Kau?!
20
Bab 20 - Kebenaran Mulai Terungkap
21
Bab 21 - Mencintaimu
22
Bab 22 - Kebenaran
23
Bab 23 - Mutasi Virus
24
Bab 24 - Kecelakaan
25
Bab 25 - Evakuasi Darurat
26
Bab 26 - Seleksi
27
Bab 27 - Jatuhnya Pangkalan Militer
28
Bab 28 - Dewi Kecil
29
Bab 29 - Mati Sebagai Manusia
30
Bab 30 - Merebut Pabrik
31
Bab 31 - Strategi Xi Zihe
32
Bab 32 - Song Yi & Wei Qian
33
Bab 33 - Drone
34
Bab 34 - He Zhao
35
Bab 35 - Penyelamatan
36
Bab 36 - Lu Lin Si Kotak Obrolan
37
Bab 37 - He Zhao Bergabung
38
Bab 38 - Insiden Tisu Toilet
39
Bab 39 - Ayam Goreng?
40
Bab 40 - Dihukum
41
Bab 41 - Anomali
42
Bab 42 - Selalu Tersakiti
43
Bab 43 - Rapat
44
Bab 44 - Guilty or Not?
45
Bab 45 - Perseteruan
46
Bab 46 - Perseteruan (2)
47
Bab 47 - Keadaan Darurat
48
Bab 48 - Bertahan
49
Bab 49 - Bertahan (2)
50
Bab 50 - Diselamatkan
51
Bab 51 - Berkumpul Kembali
52
Bab 52 - Tukang Mengomel
53
Bab 53 - Cerita Siang
54
Bab 54 - Pesta Kambing
55
Bab 55 - Merencanakan Strategi
56
Bab 56 - Merencanakan Strategi (2)
57
Bab 57 - Nekat
58
Bab 58 - Mengambil Resiko
59
Bab 59 - Panik
60
Bab 60 - Mati Rasa
61
Bab 61 - Krisis
62
Bab 62 - Titik Krisis
63
Bab 63 - Sesuatu yang Familiar
64
Bab 64 - Curhatan Si Wakil Kapten
65
Bab 65 - Keadaan Tim Ketiga
66
Bab 66 - Mengatasi Ketakutan
67
Bab 67 - Hilang
68
Bab 68 - Buta
69
Bab 69 - Rasa Bersalah
70
Bab 70 - Zombie Simpanse
71
Bab 71 - Kecurigaan
72
Bab 72 - Perwakilan Negara U

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!