"A-Yuan, Lihatlah putri kita, bukankah ia sangat cantik?"
"Benar"
"Mari kita beri nama Feifei"
--
Lampu yang ada di ruang yang serba putih berkedip dengan gila, disertai dengan suara raungan yang terdengar menyanyat hati.
"Aku pasti akan menyembuhkanmu! Kau akan segera baik-baik saja! Tunggu sebentar, aku pasti- "
"Kumohon, A-Yuan..."
Dor!
***
Pria itu tersentak bangun tiba-tiba, mengagetkan gadis kecil yang tadi berusaha membangunkannya. Dia langsung disuguhi wajah putrinya yang terkejut.
"Ah! Ayah sudah bangun?"
Shen Yuan terbangun dengan sedikit linglung. Perasaan yang dibawa oleh mimpi masih terasa jelas. Ia berkali-kali mengerjap-ngerjapkan matanya dan mencubit ruang diantara alisnya agar segera tersadar.
Memberi dengungan rendah, kemudian bertanya. "Jam berapa sekarang?"
Gadis itu dengan riang menjawab, "Sudah hampir jam tujuh, Ayah!"
Shen Yuan segera bangun, dan baru menyadari bahwa ia telah tertidur di ruang kerjanya lagi. Belakangan ini ia sangat sibuk, menjadi profesor di universitas banyak menyita waktunya, apalagi bila sudah memasuki masa ujian. Banyak mahasiswa yang akan berkonsultasi kepadanya.
Shen Yuan segera memeluk dan menggendong putrinya. Dan Feifei dengan cepat memeluk lehernya.
"Kau ingin Cinderella atau Ariel hari ini?" Wajahnya dingin dan tidak berekspresi, namun pertanyaan yang keluar dari mulutnya adalah dua nama tokoh putri dongeng.
"Ariel!" Feifei menjawab dengan disertai senyuman yang manis.
Dengan menggendong Shen Feifei, putrinya, Shen Yuan berjalan dengan santai menuju dapur. Meletakkan Feifei di kursi meja makan.
Pertama-tama ia mencuci muka dan menggosok gigi di kamar mandi, kemudian kembali lagi ke dapur dan mulai mengeluarkan sebungkus pancake instan dari lemari. Dengan cepat memanggang pancake dan membuat segelas susu untuk Feifei dan segelas kopi untuk dirinya sendiri. Semuanya diselesaikan dalam waktu 30 menit.
Kemudian ia mengeluarkan piring bergambar Ariel dari rak piring, dan mulai menata pancake di atasnya.
Putrinya sangat menyukai hal-hal ini. Saat bertamasya ke Disneyland, ia membeli semua pernak-pernik bergambar putri dongeng, dari mug gelas, piring, gantungan kunci, dan masih banyak lagi. Ia masih ingat betapa lelahnya ia mengikuti anaknya yang terlalu antusias. Tentu saja, staminanya tidak bisa dibandingkan dengan stamina anak yang berumur sepuluh tahun.
Mencium bau pancake yang sangat enak, perut Feifei mulai berbunyi. Bahkan Shen Yuan yang berada di dapur bisa mendengarnya.
Shen Yuan tersenyum tipis dan buru-buru meletakkan pancake di depan putrinya sebelum bertanya, "Sirup maple atau selai stroberi?"
"Selai stroberi!"
Shen Yuan mulai menuangkan selai stroberi di atas tumpukan pancake putrinya, yang langsung dimakan dengan lahap oleh putrinya. Melihat putrinya makan, Shen Yuan mulai makan juga. Ia menuangkan sedikit sirup maple di atas pancakenya. Ia tidak terlalu menyukai makanan manis, namun putrinya sangat menyukainya. Namun, ia harus menyamakan sarapan dengan putrinya kalau tidak putrinya tidak akan mau makan.
Ruang makan dipenuhi dengan udara hangat yang manis, dan sesekali akan terdengar dentingan peralatan makan.
Setelah selesai sarapan, Feifei mulai mengumpulkan peralatan makan dan membawanya untuk dicuci. Shen Yuan memang sudah mengajari anaknya untuk melakukan sedikit pekerjaan rumah agar ia tidak terlalu bergantung padanya. Meski begitu, Shen Yuan masih akan mengikuti dan mengawasi putrinya mencuci piring dari belakang.
Feifei masih sangat pendek, dan untuk bisa mencapai wastafel ia harus naik ke atas balok kayu. Shen Yuan khawatir putrinya akan jatuh dari balok kayu saat ia membawa piring cucian, maka dari itu ia selalu mengawasinya dari belakang.
Hari ini akhir pekan, Shen Yuan masih harus pergi ke universitas untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswanya. Hanya pada akhir pekan ia bisa membawa Feifei bersamanya.
Saat akan menutup pintu Shen Yuan mengingatkan, "Sapa ibumu dulu."
Dengan patuh, Feifei berteriak di depan foto seorang wanita cantik yang sedang tersenyum yang dipajang di atas meja.
"Aku pergi dulu, Ibu!"
Mobil melaju dengan kecepatan konstan. Tiga puluh menit kemudian mereka sudah sampai di universitas kedokteran kota N.
Shen Yuan menggendong Feifei dengan satu lengan, sedangkan lengannya yang lain membawa tas kerjanya. Mereka berjalan dengan santai menuju kantor dosen, tidak menghiraukan pandangan dari beberapa mahasiswa yang memandang dengan penuh minat.
Di universitas, siapa yang tidak mengenal profesor muda itu. Tidak hanya terkenal karena cerdas tapi juga karena wajahnya yang tampan. Seseorang yang melihatnya, pasti tidak bisa mengira dengan pasti berapa umurnya. Dengan wajah tiga dimensi, alis tajam, bulu mata hitam panjang seperti sayap gagak, dan sepasang mata Phoenix yang menawan. Walaupun sudah mempunyai seorang putri, namun ia tidak pernah kekurangan ajakan kencan buta.
Setelah sampai ke mejanya, Shen Yuan duduk, meletakkan Feifei di pangkuannya, dan mulai mengatur beberapa berkas.
Tak lama, seorang perwakilan mahasiswa studi menghampiri mejanya. Ia sedang berkonsultasi tentang tugas akhirnya, namun saat Shen Yuan menjelaskan, fokusnya beralih pada Feifei yang duduk di pangkuannya dan memainkan kubus rubik.
Sekali pandang, kau akan langsung tahu kalau itu adalah anak dari dosennya yang seperti gunung es. Mereka seperti keluar dari cetakan yang sama. Namun karena masih muda, Feifei terlihat ceria dan energik, dengan wajah yang selalu tersenyum. Berbanding terbalik dengan ayahnya yang malas berekspresi, hanya memasang wajah dingin sepanjang hari. Membuat orang bertanya-tanya bagaimana ayah dan anak bisa mempunyai watak yang begitu berbeda.
"Apa yang kau lihat?" Sebuah suara dingin masuk ke rongga telinganya, membuat mahasiswa itu tersadar. Kemudian ia bertemu dengan tatapan dosennya yang tajam dan sangat dingin, memberinya ilusi bahwa ia sedang berdiri di puncak gunung bersalju. Segera, ia menggigil kedinginan.
Implikasinya jelas : kalau kau terus menatap putriku, aku akan memberi nol pada tugas akhirmu.
"Ti-tidak ada prof..." Dengan paksa, ia memeras suara keluar dari tenggorokannya.
Kemudian ia dengan paksa bertukar beberapa kata lagi dengan profesor berhati hitam ini, dan kemudian keluar dari kantor dengan menundukkan kepalanya.
Shen Feifei sangat patuh, ia akan duduk diam dan tidak menggangu pekerjaan ayahnya sama sekali sampai Shen Yuan menyelesaikan semua pekerjaannya.
Dengan menggandeng tangan Feifei, mereka berjalan kembali melewati koridor. Saat itu Shen Yuan mendengar berita yang kebetulan sedang disiarkan di salah satu ponsel mahasiswa.
"Seorang pasien rumah sakit jiwa melarikan diri dan menyerang beberapa orang di stasiun bawah tanah XX. Pasien tersebut menggigit hingga korban mengalami luka yang lumayan parah. Segera petugas keamanan meringkus pasien tersebut dan dibawa kembali ke rumah sakit jiwa. Para korban juga langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat."
"Sungguh mengerikan."
"Kudengar pasien itu melarikan diri dari rumah sakit jiwa kota N. Untunglah pasien itu sudah tertangkap."
Shen Yuan hanya mendengarnya, dan tidak menganggapnya penting. Berjalan dengan damai bersama putrinya menuju mobilnya.
Shen Yuan sedang membuat bahan untuk pengajaran besok pagi saat pintu diketuk dengan lembut. Beberapa saat kemudian, sosok Feifei yang menggunakan piyama kuning dengan motif pikachu keluar sedikit dari balik pintu.
Dengan hati-hati ia memanggil, "Ayah..."
Wajahnya bulat, matanya sedikit berair dan berwarna merah, membuat orang yang melihat akan merasa kasihan.
Melihatnya seperti itu hati Shen Yuan melembut.
"Ada apa? Kemarilah."
Shen Yuan membuka lengannya. Feifei berjalan perlahan ke arahnya dengan memeluk boneka berbentuk hiu berwarna biru.
Shen Yuan mengangkatnya dan kemudian meletakkannya di pangkuannya.
"Apa kau mimpi buruk?"
Shen Yuan bertanya dengan lembut sambil menyisir rambut Feifei yang agak berantakan dengan jari-jarinya.
Feifei hanya mengangguk. Ia menundukkan kepalanya, air mata seperti akan tumpah lagi.
"Jangan menangis, itu hanya mimpi." Shen Yuan menghapus air matanya dengan ibu jarinya.
Feifei meringkuk di pelukannya, menenggelamkan wajahnya di dadanya. Untuk menenangkannya, Shen Yuan hanya bisa menggosok rambut dan punggungnya.
Ia tidak pandai menghibur seorang anak yang sedang menangis. Andai saja ia memiliki setengah kemampuan berbicara seperti Jiang Qinian, istrinya, mungkin ia tidak akan kesusahan.
Jiang Qinian meninggal terlalu awal, hanya seminggu setelah melahirkan Feifei karena pendarahan pasca persalinan. Saat awal Shen Yuan tidak tahu apa-apa tentang cara merawat bayi. Ia seorang yatim piatu jadi ia hanya bisa mengandalkan orang tua Qinian untuk membimbingnya membesarkan Feifei.
Di tahun-tahun awal itu sangat melelahkan. Meskipun ia bersedih karena kepergian istrinya, namun ia masih harus merawat Feifei. Ia masih harus bekerja, belajar cara merawat bayi, bergadang di tengah malam untuk membuat susu, dan mengurus rumah. Semua itu menyita kekuatan fisik dan mentalnya sampai batas ekstrim. Namun saat ia melihat sepasang mata bulat, pipi bulat, dan wajah bulat itu, semua kerja kerasnya seperti terbayarkan. Hanya agar ia selalu bisa melihatnya tersenyum, ia rela melakukan apa saja. Ia hanya ingin melindunginya, memberikan semua yang dia miliki, hanya untuk putrinya.
Saat ia melihatnya menangis seperti ini, hatinya seperti digaruk oleh cakar kecil. Ia hanya ingin menghentikan air matanya.
Dengan suara yang lembut, ia bertanya. "Apa yang kau mimpikan, sampai menangis seperti ini? Hm? Ceritakan pada ayah." Nadanya lembut membujuk.
"Ayah..."
"Ayah di sini."
"Aku bermimpi banyak zombie yang berkeliaran. Giginya tajam. Seperti ini." Feifei memperagakan dengan membentuk jari-jarinya seperti cakar, kemudian ia menggeram. Itu tidak terlihat menakutkan sama sekali, justru sebaliknya dia terlihat sangat imut dengan mata besarnya yang menyipit.
Belum menyerah, Feifei melanjutkan, "Lalu, lalu, zombie itu berjalan lambat seperti ini." Feifei melompat dari pangkuan Shen Yuan kemudian dengan canggung mulai memperagakan berjalan seperti mumi.
Shen Yuan : "........."
Oke. Dia benar-benar tidak tahu harus bicara apa. Apa putrinya terlalu banyak menonton TV? Atau melihat video game? Mungkin besok putrinya akan mulai bermimpi tentang alien. Namun ia tidak bisa menyalahkan imajinasi kaya seorang anak.
".....baiklah. Apa kau ingin ayah menemanimu tidur?"
Feifei mengangguk kemudian Shen Yuan memeluk dan menggendongnya, tidak lupa membawa boneka hiu kesukaannya. Berjalan memasuki kamar mereka, membaringkan Feifei dengan lembut, sebelum mulai berbaring disebelah putrinya.
Feifei memeluk boneka hiunya, melirik ke atas untuk melihat ayahnya. Sebenarnya ada bagian dalam mimpinya yang tidak dia ceritakan kepada ayahnya.
Dalam mimpinya, dunia menjadi kacau, banyak mayat hidup yang berkeliaran membunuh orang-orang. Kemudian mayat hidup itu menggigit ayahnya hingga ayahnya tidak mengenalinya lagi. Dia sangat sedih, bahkan hanya mengingat mimpi itu masih membuatnya sedih.
Feifei berguling, masuk lebih dalam ke pelukan ayahnya. Boneka hiu itu tergencet di antara keduanya. Merasa lebih nyaman, tak lama kemudian dia tertidur.
***
Let it go
Let it go
Can't hold you back anymore
Alarm handphone berdering dengan keras ke seluruh penjuru kamar. Karena kamarnya begitu besar dengan sedikit barang, suaranya terdengar menggema.
Tangan Shen Yuan menggapai-gapai di atas lemari di samping tempat tidur. Setelah menggenggamnya, dia mematikan dengan kejam.
Dia selalu merasa soundtrack itu sangat tidak cocok digunakan sebagai alarm. Namun Feifei bersikeras menggunakannya. Jadi dia hanya bisa menurutinya.
Setelah merenggangkan badan, Shen Yuan membangunkan Feifei. Menuntun ia yang masih setengah bermimpi berjalan menuju kamar mandi dan menggosok gigi.
Dua sosok besar dan kecil, berdiri di depan wastafel dan menggosok gigi. Walaupun mata mereka belum sepenuhnya terbuka namun gerakan mereka tidak berhenti.
Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, Feifei mulai berganti baju untuk berangkat ke sekolah.
"Kau ingin model rambut apa hari ini?"
Sambil menyisir rambut Feifei, Shen Yuan bertanya dengan lembut.
"Kuncir dua di atas, ayah!"
"Oke."
Dengan terampil, Shen Yuan mulai mengikat Rambut putrinya menjadi dua bagian. Setelah memastikan agar simetris antara kanan dan kiri barulah dia merasa puas.
Seperti biasa, setelahnya Shen Yuan akan membuat sarapan dan bersiap mengantar Feifei ke sekolah. Jarak ke sekolah Feifei tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit dengan menggunakan mobil.
Bulan Oktober, cuaca berangsur-angsur menjadi lebih dingin. Feifei sangat mudah terserang flu, jadi dia menggunakan baju yang lebih tebal dengan mantel tambahan. Ditambah stoking dibawah roknya. Shen Yuan sangat yakin, putrinya yang paling imut.
Sebelum Feifei turun, Shen Yuan merapikan bajunya sekali lagi.
"Kalau kau merasa sakit atau ada sesuatu, segera telpon ayah. Mengerti?"
Seperti biasa, Shen Yuan akan mengatakan kalimat itu sebelum menurunkan Feifei di sekolah.
"Mengerti." Feifei mengangguk dengan wajah polosnya.
"Masuklah."
"Daaah Ayah." Feifei melambaikan tangannya dengan senyum lebar.
Shen Yuan melambaikan tangannya sebentar sebelum masuk ke dalam mobil lagi dan menuju universitas.
***
Shen Yuan sibuk sepanjang hari. Pergi mengajar dan melayani konsultasi dari mahasiswa. Sampai pada sore hari ia baru bisa istirahat dengan tenang di mejanya.
Televisi di ruang kantor menyala, menayangkan berita secara live. Reporter di dalam bingkai televisi terlihat agak ketakutan dan tertekan, namun ia masih bisa menyiarkan dengan tenang.
"Pasien rumah sakit jiwa dikabarkan kabur lagi. Kali ini pasien tersebut dikabarkan menderita rabies dan melarikan diri ke pusat perbelanjaan. Dia menggigit lima pengunjung hingga korban luka-luka. Salah satu korbannya terluka hingga tidak sadarkan diri. Sampai saat ini pasien rumah sakit jiwa tersebut belum tertangkap. Diduga dia masih berkeliaran di daerah sekitar pusat perbelanjaan. Aparat keamanan memohon para warga untuk segera melaporkan apabila melihat pasien tersebut, dan jangan sekali-kali mencoba untuk melawannya."
Kemudian kamera berpindah. Menunjukkan seorang korban yang sedang dipindahkan ke dalam ambulans menggunakan tandu. Namun korban itu tiba-tiba bangun dan menggeram, menunjukkan gigi runcing yang seharusnya tidak disana. Kulitnya berubah warna menjadi keunguan, dengan pembuluh darah yang menonjol.
Orang yang tadinya ditandu tersebut, mulai menerkam staf medis yang berada paling dekat dengannya dan menggigit lengannya. Sontak teriakan mulai bergema di layar televisi.
Shen Yuan sangat terkejut hingga berdiri dari kursinya. Wajahnya sangat pucat, keringat dingin keluar di dahinya. Jantung berdebar sangat kencang. Telinganya berdengung seperti terkena tinitus. Di matanya, dia melihat seorang yang menangis. Di telinganya dia mendengar seseorang berteriak.
Shen Yuan segera menyadari.
Itu bukan orang gila.
Itu bukan rabies.
Kemudian dia tersentak. Di berita, 'pasien rumah sakit jiwa' yang dikabarkan belum tertangkap. Dan pusat perbelanjaan itu sangat dekat dengan sekolah Feifei.
Shen Yuan mulai merasa jantungnya keluar dari rongganya. Dia langsung menyambar kunci mobil, dan berlari menuju tempat parkir. Hatinya penuh kecemasan.
Shen Feifei!
Feifei belajar dengan rajin dan patuh saat di sekolah. Seorang anak yang ceria, banyak tersenyum serta sopan tentu saja semua guru sangat menyukainya. Apalagi dia memiliki seorang ayah yang tampan...
Setiap hari, guru-guru muda selalu mengintip dari ruang kantor saat Shen Yuan mengantar dan menjemput Feifei. Saat ada kesempatan, mereka selalu memuji Feifei dengan berlebihan di depan Shen Yuan. Tentu saja Feifei sangat menyadari hal ini.
Seperti hari ini, saat baru saja melihat kepergian ayahnya, seorang guru sudah menghampirinya.
"Apakah ayahmu sehat hari ini? Aku melihat dia sepertinya lumayan pucat."
Shen Feifei segera mengenalinya, guru itu bernama Xie Xue. Seorang guru muda dengan tampilan yang menyegarkan. Setiap siswa menyukainya, namun Shen Feifei sangat tidak menyukainya.
"Ah selamat pagi guru."
"Selamat pagi."
"Tadi malam ayah bergadang menemaniku karena aku terbangun karena mimpi buruk." Feifei tersenyum lembut.
"Begitukah? Apa yang Feifei impikan?"
"Menakutkan sekali! Aku bermimpi ayahku diculik oleh seorang nenek sihir!" Feifei membuat ekspresi seakan takut dan jijik.
Guru itu tertegun, dia merasa seakan Feifei menyindirnya. Namun bagaimana mungkin. Jadi dia mencoba lagi.
"Bukankah lebih baik kalau Feifei mempunyai ibu lagi? Jadi ibu baru Feifei bisa menemani Feifei saat Feifei bermimpi buruk." Guru itu dengan lembut mencoba membujuk Feifei. Dia tahu Shen Yuan sangat menyayangi putrinya. Kalau dia bisa mendapatkan hati Feifei, maka Shen Yuan sudah berada di telapak tangannya.
"Ah terimakasih guru Xie, tapi ayahku bilang tidak akan menikahi seseorang jika dia tidak secantik ibuku."
Arti lain : kau lebih jelek dari ibuku.
Guru Xie merasa seseorang mengetuk kepalanya dengan palu besar. Dia dibuat tidak bisa berkata-kata.
"Saya akan ke kelas dulu guru Xie. Sampai nanti." Dengan wajah tanpa dosa, seakan tidak pernah mengatakan apapun, Feifei berjalan menuju kelasnya dengan riang.
Saat ia sudah tidak bisa melihat guru Xie lagi, Shen Feifei langsung mengubah ekspresinya. Ekspresinya dipenuhi dengan ketidakpuasan, dan setiap langkahnya penuh dengan kemarahan.
Ingin mengambil ayahku? Huh bermimpi! Ayahku hanya mencintai ibuku!
Shen Feifei tidak membual. Dia benar-benar bisa melihat kalau ayahnya sangat mencintai ibunya. Ayahnya mungkin terlihat dingin seperti es balok, namun dia sebenarnya seperti air hangat. Ayahnya sangat jarang menunjukkan senyuman , namun saat dia sedang menceritakan ibunya, senyuman tidak pernah hilang dari bibirnya.
Feifei mungkin masih kecil, namun dia sudah sangat sensitif tentang emosi manusia. Mungkin itu disebabkan karena Shen Yuan selalu membawa Feifei di setiap acara. Feifei sudah melihat begitu banyak tipe manusia.
Feifei berjalan memasuki kelas, sebelum dengan keras meletakkan pantatnya di atas kursi.
"Feifei, kenapa kau cemberut?" Melihat sahabatnya memasuki kelas dengan wajah tertekuk, Ning Meng tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.
"Meng Meng, guru Xie ingin mendekati ayahku lagi." Feifei menjawab dengan nada masam.
Ning Meng sudah terbiasa saat Feifei bercerita tantang banyaknya gadis-gadis yang ingin mendekati ayah sahabatnya itu. Jadi dengan santai ia menjawab, "Salahkan ayahmu karena terlalu tampan."
Feifei hanya mendengus dan hendak menjawab lagi namun, Ning Meng dengan cepat mengganti topik. Karena apabila menyangkut ayahnya, Shen Feifei bisa berbicara satu jam penuh tanpa jeda.
"Ah apa kau sudah mengerjakan PR matematika?"
Feifei sudah hafal dengan kebiasaan Ning Meng. Dia hanya bertanya untuk formalitas sedangkan tujuan aslinya adalah untuk mencontek pekerjaan rumahnya. Jadi Shen Feifei tidak repot-repot menjawab dan hanya mengeluarkan buku pekerjaan rumahnya.
"Wah terimakasih Feifei." Dengan cepat Ning Meng langsung menyambar bukunya, menyalin dengan secepat kilat hingga tangannya seperti terbang di atas kertas.
Shen Feifei hanya bisa menghela nafas tak berdaya.
Ah, aku ingin melihat ibu...
***
Xie Xue baru saja menyelesaikan pengajaran pada sore hari. Dia masih memikirkan bagaimana cara agar dia bisa lebih dekat dengan Shen Yuan. Satu-satunya cara yang terpikirkan adalah dengan memanfaatkan Shen Feifei. Namun siapa yang menyangka anak kecil itu sangat sulit untuk dihadapi. Saat ia maju selangkah, Feifei akan mundur sepuluh langkah. Dia merasa rahangnya mulai sakit karena terlalu banyak menggerakkan gigi.
Saat dia sedang memikirkan cara lain, Xie Xue melihat seorang lelaki yang sedang kejang di pinggir pagar sekolah. Dengan panik ia mendekati lelaki itu.
"Apa anda tidak apa-apa?" Xie Xue berteriak tepat di telinga lelaki itu, namun tetap saja lelaki itu tidak merespon dan tetap kejang-kejang.
Saat Xie Xue hendak meraih handphone untuk menelpon ambulans, lelaki itu tiba-tiba berbalik dan menggigit pergelangan kakinya. Xie Xue sontak berteriak. Teriakannya menarik perhatian penjaga keamanan. Penjaga keamanan yang melihat itu langsung memisahkan Xie Xue dari terkaman lelaki itu.
Namun penjaga keamanan yang berusaha memisahkan mereka juga digigit tepat di lengannya.
"Orang gila! Lepaskan!"
Dengan mengandalkan kekuatan, penjaga keamanan melepaskan tangannya dari gigitan 'orang gila' itu kemudian memutar kedua tangannya dan menahannya di belakang.
"Panggil polisi! Cepat!" Penjaga keamanan berteriak ke arah Xie Xue.
Dengan panik Xie Xue memutar nomor polisi dan menjelaskan dengan singkat situasinya. Tidak sampai seperempat jam polisi datang dan dengan susah payah memborgol pria itu, kemudian memasukkannya ke dalam mobil polisi. Xie Xue masih bisa mendengar raungannya yang menggila dari luar mobil polisi.
"Apakah kalian baik-baik saja?" Tanya salah satu petugas polisi.
"Kami baik-baik saja. Gigitannya tidak terlalu dalam, tidak perlu pergi ke rumah sakit." Kata Xie Xue.
"Baiklah kalau begitu, terimakasih atas kerjasamanya." Polisi itu mengangguk, kemudian memasuki mobil dan pergi.
Xie Xue berjalan kembali menuju gedung sekolah. Saat berjalan, dia merasa jantungnya berdetak sangat cepat hingga merasa sesak nafas. Dia melirik luka yang ada di pergelangan kakinya. Luka itu mengeluarkan darah berwarna hitam serta pembuluh darah disekitarnya menjadi berwarna keunguan.
Xie Xue merasa takut, takut kalau gigitan dari orang gila itu membawa semacam penyakit. Lalu dia pergi ke ruang kesehatan bermaksud untuk membersihkan lukanya. Namun saat ia baru saja memasuki ruang kesehatan, matanya menjadi kabur. Badannya bergoyang, menyenggol lemari yang penuh obat. Obat berserakan memenuhi lantai.
Xie Xue dengan cepat menopang tubuhnya pada lemari obat. Mencoba memfokuskan penglihatannya. Namun sia-sia, dia merasa penglihatannya semakin buram. Luka yang ada di pergelangan kakinya seakan berdenyut dengan keras.
Kemudian dia mencium bau yang sangat lezat dan menggoda. Membuatnya tidak sadar bahwa air liur sudah memenuhi seluruh bagian dalam mulutnya.
"Guru Xie, bolehkan aku meminta plester? Lutut Meng Meng terluka."
Xie Xue dengan cepat berbalik, ke arah dimana bau yang lezat itu berasal.
Di depannya, Shen Feifei sedang bergandengan tangan dengan Ning Meng yang lututnya terbuka dan mengeluarkan darah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!