POV AUTHOR
Beberapa bulan kemudian, kehidupan Agus sedikit maju. Dia menjadi orang terkaya nomor dua setelah Joko, ya orang kedua setelah Joko. Agus lebih memilih untuk menghambur-hamburkan uang pada sesuatu yang tidak perlu, setelah uang yang dia punya hampir menipis, barulah dia membelikan sesuatu yang berharga, seperti sawah dan memperbaiki rumah.
Berbeda dengan Joko, begitu mendapatkan banyak uang, dia langsung membelikan sesuatu yang berguna. Membangun rumah dan membelikan beberapa petak sawah dan beberapa kebun sawit. Saat ini, dia tinggal menikmati hasilnya. Joko sudah lama menikmati hasilnya, sedangkan Agus baru akan memulainya.
Sibuk dengan kebahagiaan atas hadirnya kembali sang kekasih hati, Ayu. Raja sampai lupa dengan salah satu pengikutnya itu, ya Agus. Dia akan kembali meminta haknya, meminta imbalan atas apa yang telah dia berikan pada pengikutnya itu. Raja datang ke dalam mimpi Ki Darso, dia ingin Agus memberikan dia tumbal lagi. Dan jika tidak, maka tumbal itu akan di gantikan dengan dirinya sendiri.
Ki Darso langsung mencari Mbah Gusti temannya itu, karena Mbah Gusti lah yang membawa Agus padanya.
"Hey, Gusti."
"Wah, ada apa kau datang kemari Darso?"
"Aku datang, karena ada hal penting yang ingin aku beritahu. Kau pergilah ke rumah Agus, beritahu padanya bahwa jin itu menginginkan tumbal lagi."
"Apa? Dia ingin tumbal lagi?"
"Ya, tolong kau beritahu anak itu. Jika tidak, maka anak itu yang akan menggantikannya."
Mendengar itu, Mbah Gusti merasa sedikit khawatir. Dia tak yakin, bahwa Agus akan menuruti itu. Agus sudah lupa akan dunia barunya, dia bahkan sudah sangat jarang menyapa Mbah Gusti. Padahal, sebelum hidupnya makmur, Agus adalah pemuda yang ramah.
"Baiklah, akan aku coba datang kerumah nya nanti."
"Sekarang saja, aku tak mau menerima resiko karena ini."
"Baik."
Mbah Gusti lalu berjalan meninggalkan Ki Darso menuju rumah Agus, saat sampai, dia melihat Agus sedang duduk di teras rumahnya sambil memainkan ponsel.
"Agus." Ucap Mbah Gusti.
"Eh, Mbah Gusti. Ada apa Mbah?" Jawab Agus tanpa membuka pintu pagarnya dan hanya menoleh sedikit, dia bahkan tidak beranjak dari tempat duduknya itu.
"Ada hal yang ingin saya sampaikan."
"Katakan saja disitu."
Mbah Gusti terdiam sejenak, dia benar-benar tak mengira bahwa pemuda itu menjadi berubah setelah dirinya membantu pemuda itu menjadi sekaya ini.
"Ki Darso datang kerumahku, dia mengatakan bahwa jin itu menginginkan tumbal kembali. Jika tidak, maka tumbal itu akan di gantikan dengan dirimu."
Mendengar itu, bukan nya takut, Agus malah tertawa terbahak-bahak. Lagi-lagi, Mbah Gusti hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
"Mbah Gusti, sudah selesai? Sekarang lebih baik pulang saja, perset*n dengan jin itu."
"Agus!! Kau memang benar-benar keterlaluan!! Kau bahkan lupa dengan daratan, kau lupa siapa kau dulu sebelum aku membantumu. Terserah kau mau mendengar nya atau tidak, tapi... Jika kau tidak mau menuruti keinginan dari jin itu, maka kau sendiri yang akan menanggung akibatnya!!" Mbah Gusti pun langsung pergi dari rumah Agus.
Sementara Agus hanya tersenyum mengejek, dan mengibas-ngibaskan tangannya tanda tak perduli.
Jauh di sana, Raja yang sedang memperhatikan itu tersenyum penuh arti. Sebentar lagi, dia akan menambah satu lagi budaknya di istana.
"Dasar manusia tak tau di untung, sudah jaya, lupa daratan."
Malam harinya, Agus dalam perjalanan pulang dari desa sebrang. Karena di desa sebrang sedang diadakan nya organ tunggal, tentu Agus yang ber uang, sayang untuk di lewatkan.
Agus berjalan kaki menuju kepinggir sungai, berniat ingin menaiki perahu kembali. Namun anehnya, dia tak menemukan dimana perahu itu. Dia ingat persis, dimana dia meletakkan perahu itu. Saat sedang kebingungan, sebuah gumpalan asap hitam datang padanya.
"Hei manusia, mana tumbalku!!"
Agus tersentak kaget, lalu tersurut karena melihat penampakkan di hadapannya itu.
"A-aku, belum menemukannya."
"Dasar manusia tak tau diri!! Bukan belum menemukannya, akan tetapi kau tidak mau mencarinya!!"
"Bukannya sudah aku berikan tumbal itu saat ritual waktu itu? Mengapa engkau memintanya lagi?"
"Kau lupa? Semua yang kau punya saat ini, itu berkatku. Seharusnya, apapun yang aku minta untuk imbalannya, kau harus menurutinya."
"Tidak bisa begitu, tumbal yang engkau pinta adalah tumbal manusia, sangat sulit aku dapatkan."
"Kalau begitu, baiklah. Sebagai gantinya, aku akan menjadikan kau tumbalnya."
Raja meniupkan nafasnya keubun-ubun Agus, dan Agus langsung terkapar sebelum dia bisa menjawab ucapan dari jelmaan Raja itu.
Tubuh Agus terkapar, sedang kan roh Agus di bawa paksa oleh Raja menuju dunianya. Roh Agus hanya bisa menurut tanpa melawan.
Keesokkan paginya, seluruh warga desa gempar akan penemuan jasad Agus. Jasad Agus tersandar di dinding batu goa itu, dengan keadaan mata yang melotot. Ibu Agus langsung meraung, melihat jasad anaknya yang sudah membiru.
Sedangkan Mbah Gusti dan Ki Darso menatap dari jauh. Tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua, lalu tak lama, mereka pergi meninggalkan tempat itu.
Aku terbangun karena ada sesuatu yang panas, menyentuh kulitku. Saat aku membuka mata, tiga orang wanita tadi dan ibu Raja sedang berdiri di depanku. Lebih tepatnya, berdiri mengelilingiku. Ada kepulan asap yang mengelilingiku, ternyata hawa panas yang aku rasakan itu berasal dari kepulan asap ini.
Rasa sakit masih sangat terasa, kepala ku juga terasa pusing. Bahkan, untuk menegakkan kepala saja sangat berat rasanya. Ingin ku bertanya pada mereka, namun, satu pun dari mereka tidak berbicara sepatah katapun. Wajah mereka sangat datar dan pucat, begitu juga dengan ibu Raja. Sejak aku datang kemari, hingga kini aku tidak pernah melihat dia tersenyum. Maksudku, tidak pernah terlihat menyambutku.
"Mulai saat ini, kau hanya bisa berbaring disini."
Setelah mengucapkan itu, ibu Raja dan ketiga wanita lainnya pergi meninggalkan kamarku, tanpa membiarkan aku bertanya.
Badanku lemas, untuk sekedar duduk dan bersandarkan diri di kepala ranjang ini pun tak mampu. Dimana Raja? Aku tidak melihat dirinya.
Tenggorokanku kering dan perutku lapar, sementara disini tidak ada yang bisa di makan. Hanya Raja yang bisa memberikan apa yang aku butuhkan, termasuk makanan. Aku berusaha untuk duduk, dan beringsut turun dari ranjang. Bahkan, tangan dan kakiku terasa lemas dan berat. Ada apa denganku?
Aku bisa untuk menggerakkan panggulku, hingga sampai di ujung ranjang. Saat kakiku menyentuh lantai, aku langsung terjatuh begitu saja. Kakiku tidak bisa menopang tubuhku, aku menangis. Di saat bersamaan, ada suara langkah kaki terdengar mendekat.
"Ayu!! Kamu kenapa?"
Ternyata itu Raja, dia membantuku berdiri namun sia-sia. Aku benar-benar tidak berdaya, akhirnya Raja membantuku dengan cara menggendong untuk naik keatas ranjang kembali.
"Ada apa denganmu?"
"Entahlah, saat bangun, aku sudah seperti ini. Aku tidak bisa apa-apa, dan tidak berdaya. Hanya mata dan mulutku yang masih berfungsi."
Raja terdiam sejenak.
"Mungkin karena efek dari lamanya kamu pingsan, Ayu. Kamu telah pingsan selama tiga hari, mungkin saraf-sarafmu menegang karena tidak bergerak selama itu."
"Apa? Aku pingsan selama itu?"
"Ya benar, apa kamu masih merasakan sakit?"
"Ya, sakit itu masih aku rasakan. Tapi, aku sudah mulai bisa menahannya, karena aku sangat mudah sekali terbiasa akan sesuatu hal."
"Baiklah, kembalilah beristirahat." Ucapnya, dan berniat ingin pergi.
"Tunggu, Raja. Aku lapar dan haus sekali, bisakah kamu bawakan aku sesuatu??"
"Oh, ya ampun. Bisa-bisa nya aku lupa akan hal itu, maafkan aku. Aku akan kembali membawa makanan untukmu, tunggu sebentar, aku tak akan lama."
Raja berjalan dengan tergesa keluar dari kamarku, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya itu.
Semoga saja, ini tak akan lama. Aku tidak bisa terus-terusan seperti ini, aku harus mencari tau tentang Joko dan orang tuanya. Aku akan berbicara baik-baik dan menjelaskan semuanya pada mereka, atas keinginanku untuk menikah dengan Raja. Meski ku tau, itu akan membuat mereka semua kecewa.
"Ini, ayo makanlah. Jangan sampai kamu kelaparan, maafkan aku karena sempat lupa akan hal ini." Ucapnya dengan jalan tergesa.
Aku tersenyum.
"Sudahlah, tak masalah. Wajar jika kamu lupa, memberi makan seseorang itu adalah hal yang tak pernah kamu lakukan bukan?"
"Iya, akan tetapi aku sudah berjanji padamu untuk memenuhi semua kebutuhanmu. Dan aku, bisa-bisanya lupa."
"Kamu berlebihan, sekarang aku sudah mendapatkan kebutuhanku. Jangan terlalu merasa bersalah seperti itu, aku tak apa-apa."
"Baiklah, ayo makanlah."
Aku lalu mencoba untuk meraih sendok yang berada di depanku itu, akan tetapi aku melepaskan nya begitu saja. Bahkan, untuk memegang sendok pun aku tidak mampu. Raja yang melihat itu, langsung meraih sendok itu.
"Biarkan aku menyuapimu."
"Tak apa, aku bisa."
"Kamu bisa? Aku melihat itu, Ayu."
Aku hanya tersenyum dan menghela nafas, ini pertama kalinya aku benar-benar merepotkan orang lain. Setelah selama hidupku, selalu melakukan apa-apa sendiri.
"Ayu, hari ini aku akan kembali menyebar informasi bahwa pernikahan kita akan kembali di lanjutkan. Seharusnya sudah terjadi tiga hari yang lalu, tetapi karena kamu yang tak sadarkan diri, aku urung melakukannya."
"Begitu, apa tidak apa-apa meski tanpaku?"
"Tak apa, asalkan kamu sudah mengetahui niatku ini."
"Kamu seharusnya bisa melakukan itu tiga hari yang lalu, mengapa harus menungguku bangun?"
"Aku tak mau melakukan itu tanpa sepengetahuanmu."
Aku tersenyum kembali, yang langsung di balas oleh Raja dengan senyuman termanisnya. Kami berdua kembali terdiam, Raja masih terus saja menyuapiku. Dia masih terlihat menyesal, karena sudah terlambat memberikan ku makanan. Ada-ada saja, itu bukanlah masalah yang besar.
"Sudah selesai, apakah kamu kenyang? Atau, kamu masih butuh yang lain?"
"Sudah, aku sudah sangat kenyang."
Ada suara beberapa langkah kaki mendekat, dan pintu kamarku dibuka oleh salah seorang penjaga.
"Mohon ampun, Baginda. Semua rakyat sudah menunggu di depan istana."
"Baiklah, Ayu. Aku akan pergi sebentar, dan akan kembali lagi."
Aku mengangguk dan Raja pergi meninggalkan kamarku bersama penjaganya. Dia begitu menghargai ku, sampai-sampai dia harus menungguku sadar untuk mengumumkan pernikahan kami.
Aku masih lemas, dan aku lupa meminta Raja membantuku untuk berbaring. Jika dengan keadaan seperti ini, aku hanya bisa berbaring dan tertidur sepanjang hari. Jika sudah seperti ini, aku hanya bisa tidur dalam keadaan bersandar.
Terdengar oleh ku sayub-sayub suara Raja, ya hanya suara Raja. Tak kudengar suara yang lainnya, aku jadi bingung, apa bedanya Raja dengan Rakyatnya yang lain? Raja adalah makhluk halus, begitu juga yang lainnya. Tapi, kenapa dia terlihat berbeda? Dia tidak pucat seperti orang yang pernah aku temui di dunia ini, dia juga banyak bicara denganku.
Mungkin nanti, jika saat aku berdua dengannya, akan ku coba tanyakan. Kurasa, tidak ada masalahnya. Akhirnya, aku pun tertidur dengan masih dalam keadaan terduduk dan tersandar di kepala ranjang. Aku masih selalu meringis, karena rasa sakit itu selalu terasa.
Saat aku benar-benar sudah tertidur, aku merasakan aku sudah tidak berada di dalam kamar lagi. Melainkan, aku sudah berada di sebuah hutan. Bagaimana bisa aku bisa berada di sini? Padahal jelas-jelas, aku berada di dalam kamar dengan keadaan yang tidak berdaya.
Hutan ini, sangat terang. Akan tetapi, kabut-kabut putih tebal menutupi jalan pandangku. Aku sedikit kesulitan untuk melihat, apakah ada jalan di depanku itu. Karena penasaran, aku terus berjalan, meski ada kabut tebal, saat berada di tengah-tengahnya, aku bisa melihat jalan dengan jelas. Kabut itu, hanya menutupi jarak pandang saja.
Saat aku memperhatikan kesekeliling ku, aku di kagetkan oleh kedatangan seseorang. Orang itu terlihat seperti bayangan, karena jarak pandangku terhalang oleh kabut ini. Aku sedikit menyipitkan mata, agar aku bisa melihat dengan jelas, siapa itu. Aku perhatikan, orang itu semakin lama semakin dekat.
Disaat orang itu sudah dekat, aku langsung memundurkan langkah hingga aku terjatuh karena tersandung sesuatu.
Aku salah, karena beranggapan bahwa yang kulihat itu adalah 'orang'. Itu adalah sebuah sosok yang pertama kali nya aku lihat, aku bisa melihat nya dengan jelas, karena jarak kami hanya beberapa meter saja. Dia berjalan degan perlahan mendekat kearahku, dan tiba-tiba berhenti, karena melihat ku terjatuh.
Sosok yang tinggi besar, badannya mirip dengan manusia, akan tetapi wajahnya sangat aneh. Tinggi badannya, hampir setinggi lima meter. Dia tidak memakai apapun, dia hanya memakai sesuatu untuk menutup kelaminnya saja.
Sosok itu berwajah aneh, tidak memiliki hidung, bermata satu, bertelinga mirip seperti telinga gajah dan memiliki mulut seperti paruh burung. Dia hanya menatapku, dan tidak mengatakan apapun. Seharusnya, aku takut melihat sosok itu, akan tetapi, seperti ada rasa biasa saja saat melihat sosok itu.
"Apa kau tidak apa-apa, ibu?"
Ibu? Dia memanggilku ibu?
Akupun berdiri dan menatapnya kebingungan.
"Kau siapa?"
"Aku Braspathi, ibu."
Aku terdiam, memikirkan sesuatu yang sulit ku ingat. Dia terlihat baik, tidak mengganggu dan tidak terlihat ingin menyakitiku.
"Aku anakmu, ibu. Maafkan aku, karena aku ibu tidak mengenaliku. Tapi, inilah pilihan hidupku. Aku tak ingin ibu hidup bersamaku, ibu tak akan mampu."
Anak? Astaga, dia adalah anakku. Raja memberikan dia nama Braspathi, dia adalah anakku.
"K-kau, anakku?"
"Maafkan aku, karena datang di dalam mimpimu ibu. Biarkan aku bertemu denganmu hanya seperti ini, aku takut akan menyakitimu jika kita bertemu langsung."
"Tidak, nak. Meski kau seperti ini, ibu tentu menyayangimu. Ibu yakin, kau tidak akan pernah menyakiti ibu."
"Baiklah, Bu. Ku rasa, cukup untuk bertemunya hari ini. Aku hanya memastikan, apakah ibu baik-baik saja."
"Apa maksudmu? Ibu kira, kau akan kembali tinggal bersama kami."
"Itu tidak akan bisa, Bu. Tempatku bukan disana, tempatku sudah disini."
Seiring dengan itu, dia menghilang dengan perlahan ditelan oleh kabut yang tebal. Tanpa sadar aku menangis, meski aku melahirkan wujud anak yang menyeramkan, akan tetapi, walau bagaimanapun dia pernah berada di dalam rahimku.
"Ayu, mengapa kamu menangis?"
Aku tersadar dan membuka mata, ternyata sudah ada Raja yang duduk di sampingku.
"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya bermimpi." Jawabku sambil menghapus air mata.
"Bermimpi??"
"Ya, aku bermimpi bertemu dengan Braspathi. Kasihan dia, mengapa dia harus tinggal di tengah hutan?"
"Itu sudah keinginannya, ketika dia tau bahwa ibunya adalah manusia."
"Hanya demi menjauhiku, dia rela mengasingkan diri?"
"Aku tak tau pasti, tapi ya bisa jadi begitu. Dia bisa saja berbahaya, jika hanya aku, mungkin tak masalah. Akan tetapi, itu karena kamu yang hanya seorang manusia biasa."
"Tapi, kenapa wujud nya seperti itu? Mengapa tidak berwujud seperti kita?"
"Begitulah hasil dari percampuran antara darah manusia dan darah mangkhluk halus, Ayu. Hanya satu yang berwujud sempurna di duniaku, dari hasil perkawinan antara manusia dan makhluk halus."
"Siapa?"
"Aku, aku adalah hasil dari perkawinan antara manusia dan makhluk halus. Ibuku pernah menjalani hubungan bersama seorang pemuda manusia, setelah ibu mengandungku, dia memilih untuk meninggalkan pemuda itu dan menikah dengan ayah tiriku. Dengan alasan, untuk menyelamatkan nyawa pemuda tersebut."
Aku terdiam, pantas saja Raja terlihat berbeda dari yang lain.
"Beruntung, kakekku lah yang menjadi penguasa pada saat itu. Sehingga, saat ayah tiriku mengetahui ibu mengandung anak dari manusia, ayah tiriku tidak bisa melakukan apa-apa. Setelah aku lahir, ayah tiriku menghilang begitu saja."
Aku tak menduga, akan mendapatkan jawaban seperti itu dari nya.
"Maafkan aku, aku hanya ingin tau tentang Braspathi. Tak ingin membuat mu mengingat masa lalu."
"Tak apa, Ayu. Bagaimanapun, kamu harus tau tentang itu. Bagaimana keadaan mu?"
"Begitulah, aku masih merasakan lemas. Aku tak bisa menggerakkan apapun kecuali mata dan mulutku."
"Sabarlah, mungkin akan segera membaik. Aku ingin mengatakan sesuatu, bahwa pernikahan kita akan di selenggarakan dua hari lagi."
"Dua hari lagi? Bagaimana jika aku belum juga membaik?"
"Tak masalah, aku akan menggendongmu dan membawamu kesinggasanaku."
Aku dan dia tertawa bersama-sama, akhirnya inilah takdir hidup ku yang sebenarnya. Tak pernah menyangka memang, akan menikah dengan makhluk halus. Disisi lain, aku masih memikirkan Braspathi. Kasihan dia, tidak bisa melihat hari bahagia kedua orang tuanya.
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Euis Nina
apakah ayu bakalan lumpuh selamanya 🤔kalo. iya kasian dia😔apa. raja bakalan tetap setia pada ayu wlpun ayu lumpuh
2022-07-03
1
Sunarti Army
jagan² ayu minum racun yah thor yg d berikan palayan tempo hri atas perinth ibunya raja..?😱😱😱
waaah,bahaya,...bisa² ayu nggk bakal balik ke dunianya...
2022-06-17
0