POV AUTHOR (2)
Dua hari setelahnya, Agus mendengar berita bahwa Joko akan mengadakan pesta pernikahan. Menurut katanya, hanya diadakan sederhana saja. Joko dan keluarga, hanya mengundang seluruh warga desa. Tidak dengan orang-orang yang berada di luar desa.
Sedangkan Agus, sedang merancang rencana. Rencana bagaimana caranya dia bisa menculik Ayu sebelum akad pernikahan selesai. Agus juga turut hadir mendekor rumah Joko, karena selain menyewa jasa, teman-teman Joko yang lainnya juga turut membantu, termasuk Agus.
Di sela pekerjaannya, Agus memperhatikan gerak-gerik Ayu. Ternyata Ayu, tidak pernah lepas dari ibu Joko. Dia selalu dekat dengan ibu mertuanya itu, Agus semakin kewalahan sekaligus ketakutan. Dia takut, rencananya ini gagal. Semua keinginannya akan hilang, bersama dengan dirinya yang akan digantikan sebagai tumbalnya.
"Eh, itu si calon Joko. Kok aku nggak lihat keluarganya ya?" Tanya Agus pada temannya.
"Kata mereka sih, si Ayu calon Joko itu yatim piatu. Hidup sebatang kara, dan tidak punya siapa-siapa."
"Oh, begitu."
Mata Agus tak lepas memperhatikan Ayu, otaknya berpikir keras.
Agus melihat Ayu beranjak dari tempat duduknya, dan menuju kearah salah satu kamar. Setelah Ayu masuk, Agus memutuskan untuk memastikan apakah itu adalah kamarnya. Tentu dengan cara yang tidak membuat orang-orang curiga, dia berpura-pura memasang dekorasi di sekitar kamar yang di masuki Ayu.
Kebetulan, pintu kamar yang dimasuki Ayu terbuka sedikit. Agus melihat dari celah pintu, Ayu sedang membaringkan badannya. Agus sedikit mengernyitkan dahi, pasalnya Ayu terlihat seperti sangat kelelahan. Padahal gadis itu tidak melakukan apa-apa, selain duduk saja.
Agus tersenyum penuh arti, ternyata benar itu adalah kamar Ayu. Dia akan melakukan rencananya malam ini saja, karena ketika malam, desa itu lumayan sepi. Karena memang, tak ada aktifitas apapun lagi ketika malam. Jika pun ada acara pesta seperti di rumah Joko, hanya akan ada banyak orang saat di siang hari saja.
Agus kembali ketempatnya semula, masih berpura-pura membantu selama beberapa menit. Setelah itu, dia pamit untuk pulang kerumah.
Malam hari pun tiba, sekitar jam 10malam, Agus mulai melancar kan aksinya. Dia memakai topeng untuk menutup wajahnya, serta cairan bius untuk membuat Ayu tidak sadarkan dirinya. Sebelum keluar rumah, Agus memastikan bahwa ibunya tertidur dengan lelap.
Agus berjalan mengendap-endap, dia memilih berjalan di tengah semak-semak agar tak mudah terlihat oleh orang lain. Saat sampai di rumah Joko, ternyata rumah itu sudah sepi. Semua penghuninya sudah tertidur lelap, Agus berjalan mengitari rumah itu dan mencari dimana letaknya jendela kamar Ayu.
HUEKK!!
Agus sedikit terperanjat, dia mendengar sesuatu. Kebetulan, disamping kanannya terdapat sebuah jendela. Agus menilai itu adalah sebuah kamar, tetapi kamar itu terlihat sangat terang. Agus lantas mendekatkan wajahnya lalu mengintip, ternyata itu adalah kamar Ayu.
Dia terlihat seperti sangat kelelahan, sesekali dia seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari perutnya. Agus mengernyitkan dahi, seperti ada keanehan terhadap gadis itu. Namun, Agus segera menepis itu dan mulai mencari cara untuk masuk kedalam kamar itu.
Melihat Ayu masuk kedalam kamar mandi, Agus bergegas mencongkel jendela yang ada di hadapannya itu. Tak sulit untuk Agus mencongkelnya, setelah terbuka Agus bergegas masuk kedalam kamar itu dan bersembunyi.
Tak lama, Ayu keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang benar-benar seperti orang kelelahan. Agus bisa melihat itu dengan jelas.
"Ya Tuhan, aku lelah. Biarkan aku istirahat malam ini, hilangkan rasa mual ini untuk malam ini saja." Gumam Ayu yang dapat di dengar oleh Agus.
Agus semakin heran, Agus mengira bahwa Ayu sedang sakit, namun gejalanya sangat lah aneh.
Ayu lalu membaringkan tubuhnya, kemudian mencoba untuk memejamkan matanya. Agus mencoba mengintip, merasa Ayu telah lengah, Agus pun merangkak mendekat kearah Ayu. Dengan cepat, Agus menutup mulut dan hidung nya dengan sedikit kuat. Ayu terkejut, matanya membola melihat Agus.
Kaki dan tangan Ayu mencoba melepaskan tangan Agus yang menutup jalan pernafasannya, namun tenaga Ayu kalah kuat dari Agus. Akhirnya, Ayu lemah dan tak sadarkan diri. Melihat Ayu sudah tak memberontak lagi, Agus memastikan sekali lagi, bahwa Ayu benar-benar tak sadarkan diri.
Merasa aman, Agus lalu menggendong Ayu keluar dari kamar itu. Dan dengan mudahnya, Agus melancarkan aksinya tanpa ada yang mengetahui.
Agus berjalan sedikit berlari, entah kekuatan dari mana dia bisa membawa gadis yang lumayan berat dengan keadaan sedikit berlari. Agus juga merasa, Ayu sangatlah berat. Tak sesuai dengan bentuk badannya yang sedikit mungil.
Agus tidak langsung membawanya ke goa, Agus membawa Ayu menuju gubuk Ki Darso terlebih dahulu. Memang sebelumnya, Ki Darso tidak menyuruhnya. Tetapi, inisiatif Agus karena dia tidak tau apa yang akan dilakukanmya sebelum memberikan tumbal itu.
Setelah hampir satu jam berjalan dan menyebrang sungai, akhirnya Agus sampai di depan gubuk tua Ki Darso.
TOK! TOK! TOK!
"Masuk!!"
Agus pun bergegas masuk kedalam, Ki Darso sedikit terkejut melihat kedatangan Agus dengan bawaannya.
"Maaf, Ki. Saya membawanya kesini terlebih dahulu, karena tak tau apa yang harus dilakukan setelah ini."
Ki Darso terdiam, lalu memperhatikan Ayu yang terbaring di depannya itu.
"Ternyata gadis itu memiliki keturunannya, pantas saja dia menginginkannya." Ucap Ki Darso.
"A-apa maksudnya Ki?" Agus bertanya bingung.
"Sudah, ayo saya antarkan kau ke goa. Biar saya bantu, biasanya saya tidak melakukan ini. Pemberian tumbal, hanya dilakukan oleh Baginda dan pengikutnya saja."
"Baiklah, Ki. Terimakasih."
Agus pun kembali menggendong Ayu, dan mengikuti Ki Darso dari belakang. Setelah sampai, Agus meletakkan Ayu begitu saja tepat di depan mulut goa tersebut. Seperti biasa, Ki Darso membacakan sesuatu dengan mulutnya yang berkomat-kamit.
Tak lama, gumpalan asap itu datang. Wajah Agus kembali tegang, entah kenapa saat dia bertemu langsung dengan sosok itu, ada rasa takut yang dia rasakan.
"Mohon ampun, Baginda. Pengikutmu beserta tumbalnya datang, dia telah memenuhi syarat yang telah engkau beri."
"Ha ha ha, bagus. Setelah ini, kau pulang lah wahai budak. Nikmatilah kekayaan yang aku beri, hiduplah sejahtera!!"
Mendengar itu, Agus tersenyum puas dan mengangguk. Lalu dia bersujud dan bersimpuh di hadapan gumpalan asap jelamaan Raja tersebut, sedangkan Raja, menatap kearah Ayu yang masih terbaring tepat di depannya.
Agus dan Ki Darso pergi meninggalkan tempat itu, sementara Raja, dengan jentikkan jari, Ayu terangkat lalu perlahan melayang mendekat kearahnya.
"Tidak seharusnya kamu meninggalkan aku, Ayu." Bisik Raja ketelinga Ayu.
Raja kembali keistananya dengan Ayu yang melayang mengikutinya, tak butuh waktu lama, mereka telah sampai diistana.
Raja lalu membawa Ayu kekamarnya, sikap Raja masih lembut pada Ayu. Rasa cintanya, masih ada untuk Ayu. Dia bahkan tidak ingin menyakiti gadis yang dia cintai itu, meski Ayu meninggalkannya begitu saja di saat hari pernikahan mereka akan di laksanakan.
"Raja, kau bawa kembali gadis ini keistana? Bukankah dia yang meninggalkanmu begitu saja, ada apa denganmu Raja?" Ucap sang ibu tiba-tiba.
"Ibu, aku masih belum bisa menerimanya ibu. Aku masih ingin bersamanya, meskipun dia telah meninggalkanku yang sebentar lagi akan menikah dengan pemuda lain."
"Lepaskan dia, Raja. Bagaimanapun, dia hanya manusia. Dia tidak akan bisa bersatu dan bersama denganmu."
"Bagaimana tidak? Di dalam rahimnya sudah ada benihku, itu tanda bahwa dia bisa bersatu dan hidup bersamaku."
Sang ibu terdiam, dia tak menyangka bahwa Raja anaknya telah melakukan hal sejauh itu. Dia juga tak menyangka, bahwa anaknya yang seorang Raja, cinta mati dengan seorang gadis manusia.
Di saat perdebatan antara Raja dan sang ibu masih berlanjut, Ayu yang tak sadarkan diri cukup lama, akhirnya membuka matanya. Dia sedikit menetralkan pandangannya, hingga akhirnya Ayu tiba-tiba duduk dari pembaringannya.
"R-raja? Kamu kah itu?"
Mendengar itu, Raja sontak berbalik. Dia seketika tersenyum melihat Ayu sudah sadarkan diri.
"Ya sayang, apa kamu baik-baik saja?" Ucap Raja sembari melangkah mendekat kearah Ayu.
"Berhenti disitu, Raja. Aku ada dimana? A-apa, aku ada di istanamu?"
"Oh, ya. Kamu sudah kembali ke istana ku, istana kita sayang."
"Tidak, tolong kembalikan aku. Jangan lakukan ini, aku akan segera menikah."
"Sebegitu pentingkah dia untukmu, sehingga kamu ingin keluar dari istanaku?"
"Bukan saja penting, dia dan keluarganya berperan penting dalam hidupku. Mereka semua sangat baik padaku, aku tidak bisa membuat mereka kecewa akan batalnya pernikahan."
"Tapi kamu sudah berada kembali di istanaku, Ayu. Akan sulit kembali keluar dari sini, penjagaan kembali di perketatkan. Kamu dan pria itu, hanya beruntung saja bisa keluar dari istana ini dengan aman."
"Raja, aku mohon. Kita tidak bisa bersama, aku manusia dan kamu adalah jin. Menikahlah dan cintailah gadis sesama kaummu, tolong lepaskan aku."
"Maafkan aku, aku tidak bisa melepaskan mu. Dalam dirimu, sudah ada penerusku."
"Oh, karena janin ini? Baiklah, aku akan melenyapkan nya saat ini juga."
Ayu lalu berlari menuju kejendela besar yang ada di kamarnya itu, dia ingin berlari menembus kaca itu dan melompat. Raja hanya memperhatikan saja sembari tersenyum, sementara Ayu sudah menembus kaca itu dan telah melompat.
Entah berapa lama Ayu tak sadarkan diri kembali, namun saat matanya terbuka, dia masih berada di tempat yang sama, yaitu didalam kamar di istana Raja. Ayu merasakan tubuhnya baik-baik saja, tak ada rasa sakit yang dia rasakan. Ayu lalu meraba perutnya, juga tak ada rasa sakit sama sekali.
"Kamu sudah sadar, syukurlah. Ini, makanlah buah-buahan ini agar kamu dan anak kita sehat." Ucap Raja tiba-tiba, hingga mengejutkan Ayu.
Ayu diam, dia hanya menatap nampan yang berisikan piring dengan beberapa potong buah-buahan.
"Kumohon, Ayu. Jangan tinggalkan aku lagi, sungguh aku sangat mencintaimu."
"Kamu juga tau, bahwa aku juga mencintaimu Raja. Akan tetapi, apakah aku harus terus menerus menjelaskan alasan mengapa kita tak bisa bersama?"
Raja menggeleng cepat, air wajahnya berubah menjadi sendu. Dia lalu memegang kedua pipi Ayu dengan kedua tangannya dengan lembut.
"Tidak, meski kita berbeda, kita tetap bisa bersama. Buktinya, sudah ada dia di dalam rahimmu." Ucap Raja sambil memegang perut Ayu.
"Tapi itu bukanlah keinginanku, Raja. Kamu melakukannya dengan sendiri, tanpa aku ketahui."
"Hanya itu salah satu cara, agar aku tetap dekat denganmu."
Ayu terdiam, percuma berdebat dengan Raja.
"Ya sudah, kamu istirahatlah. Aku akan kembali." Ucap Raja, lalu meninggalkan Ayu sendiri.
Ayu hanya menatap punggung Raja yang mulai menghilang dibalik pintu, Ayu tak menyangka bertemu dan kembali lagi di istana ini. Tak ada rasa benci, hanya saja, Ayu ingin menghindari bertemunya dirinya dengan Raja kembali.
Namun, tidak sesuai keinginan. Ayu tak tau bagaimana bisa Raja bisa menculiknya, padahal sudah hampir sebulan dirinya bersama Joko, tapi tak ada tanda-tanda hadirnya Raja.
Pikiran Ayu, tiba-tiba teringat Agus. Meski tak tau siapa, tapi Ayu seperti pernah bertemu dengan pria itu.
Ayu meremas kuat perutnya, janin itu ternyata masih ada di dalam rahimnya.
Ditempat lain.
Pagi hari, rumah Joko di gemparkan akan hilangnya Ayu. Joko dan orang tuanya, kebingungan mencari keberadaan gadis itu. Beberapa warga, mulai berdatangan ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kami tidak tau pasti, yang jelas malam hari semuanya kembali kekamar masing-masing. Ketika pagi, kami tidak dapat menemukan Ayu di dalam kamarnya." Jelas ayah Joko.
Ayah Joko menjelaskan ketika para warga bertanya kronologi yang jelas, Joko dan orang tuanya sangat khawatir.
"Mungkin saja, dia kabur pak." Ucap salah seorang warga.
Joko dan orang tuanya terdiam, mereka tidak yakin dan percaya atas apa yang di ucapkan oleh seseibu itu. Warga pun mulai bubar dan mulai mencari Ayu di seluruh penjuru desa.
"Ayu, kamu dimana?" Bathin Joko berjalan mondar mandir di depan rumahnya.
Seketika, kaki Joko terhenti melangkah. Dia tiba-tiba teringat akan Raja, hati kecilnya berkata bahwa Ayu telah di bawa oleh Raja. Seketika Joko langsung berlari menuju goa, tempat dimana dia mengeluarkan Ayu dari istana Raja.
Joko terus berlari tanpa henti, hingga tibalah dia di depan sebuah goa, goa yang sama saat dia mengeluarkan Ayu dari istana dan dunia Raja. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Joko langsung masuk kedalam goa tersebut, namun saat tiba didalam, Joko tidak melihat adanya pintu keluar di ujung goa. Yang dia lihat hanyalah jalan buntu, dalam keadaan posisi tiarap, Joko tertegun menatap goa yang ternyata sudah tidak ada pintu keluarnya itu.
Joko memukul-mukul dinding goa tersebut, dan berteriak histeris. Dia semakin yakin, bahwa Raja lah yang menculik Ayu. Dengan terpaksa, Joko mengundurkan diri dan keluar dari goa itu dengan harapan yang hilang. Harapannya untuk bisa masuk kembali ke dunia Raja hilang, karena hanya itulah cara agar Joko bisa bertemu kembali dengan Ayu.
Joko berjalan dengan gontai menuju rumahnya kembali, setibanya di rumah, orang tua Joko menatapnya penuh tanya. Joko hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu berlalu pergi menuju kamarnya. Untuk sementara waktu, pernikahan Joko dan Ayu ditunda entah sampai kapan.
Ibu Joko dan ayahnya, menatap nanar hiasan dinding dan dekorasi rumahnya yang sudah hampir rampung. Dua hari lagi, pernikahan anaknya akan di selenggarakan, namun batal.
Di tempat lain, Agus benar-benar sudah hidup dalam kekayaan. Setelah pulang dari goa, Agus menemukan sebuah tas besar yang berisikan, perhiasan dan logam mulia didalamnya. Dia mulai memperbaiki rumah reotnya, dan memberikan sang ibu modal untuk berjualan. Tentu, Agus berbohong pada ibunya tentang yang di dapatkan.
Dia berbohong bahwa dia telah mendapatkan pekerjaan yang bagus, dengan gaji yang dibayar di muka. Sang ibu pun tentu mempercayainya, begitu juga dengan warga-warga desa yang bertanya dan melihat kemewahan yang di dapat dari Agus.
Benar saja, gadis-gadis mulai mendekat dan memperebutkan Agus. Namun, ternyata setelah kaya, selera Agus meninggi. Dia tak mau mempersunting gadis dari desanya sendiri, dia ingin mencari gadis yang berasal dari kota, karena menurutnya, gadis dari kota jauh lebih cantik.
Kekayaan dan kesuksesan instan yang di dapat oleh Agus, tentulah tidak akan kekal abadi. Dari kejauhan, Raja sedang memantau pengikut barunya itu. Suatu saat, Raja akan meminta imbalannya kembali. Sedangkan Agus, tak menyadari hal itu. Dia mengira, hubungannya dengan sang pemberi segalanya itu, sudah tidak ada lagi.
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Euis Nina
paling bentar lagi minta tumbal ibunya😪
2022-07-03
0