Chapter 06

"Jadi, untuk menunggu persiapan pernikahan selesai, kamu harus tinggal disini." Ucap Raja kembali.

"Hah? Apakah itu harus? Aku bahkan tidak membawa apa-apa dari rumah, bagaimana dengan pakaian ku?"

"Itu bukanlah masalah, apapun yang kamu butuhkan dan kamu inginkan, semua akan ada disini."

Aku terdiam sejenak, lalu mengangguk. Aku harus apa, karena tidak memiliki siapapun dan sekarang aku hanya memiliki Raja, aku harus mengikut saja.

"Baiklah."

"Apa kamu ingin berjalan-jalan?"

Mataku berbinar mendengarnya.

"Ya, aku mau."

"Baiklah, kita akan berjalan-jalan menggunakan kereta kencana."

Aku dan Raja berjalan menuju gerbang istananya, sungguh aku tak menyangka jika Raja adalah seorang Raja, sesuai namanya. Setelah berada tepat di dekat gerbang, sebuah kereta kencana yang tak kalah mewahnya sudah menunggu.

"Ayo naik," ucap Raja dengan tersenyum, lalu mengulurkan tangannya.

Aku pun meraihnya, dan masuk terlebih dahulu kedalam. Setelah Raja masuk, kereta kencana itu berjalan dengan perlahan. Aku duduk di samping kiri, disamping kiri terdapat jendela kecil yang bisa membuatku melihat pemandangan. Hampir di sepanjang jalan, aku melihat orang-orang berpakaian kuno berlalu lalang.

Tak sedikit juga yang berjualan di pinggir jalan, mirip di perdesaan, namun lebih ramai dari desa-desa pada umumnya, bahkan di desaku sendiri. Tapi, ada yang aneh. Di sepanjang jalan, orang yang kulihat berlalu lalang tak terlihat sedang mengobrol atau berbincang satu sama lain.

Padahal ada yang kulihat sedang berjalan beriringan, ada juga yang kulihat sedang berbelanja dan melihat-lihat dagangan. Dan juga, aku tidak melihat mereka tersenyum ataupun tertawa. Wajah mereka datar dan... Sedikit pucat, tidak, bukan sedikit tapi sangat pucat. Aku mulai merasakan keanehan, pandanganku beralih menatap Raja.

"Ada apa dengan penduduk disini? Mereka semua terlihat aneh, wajah mereka pucat dan sepanjang jalan aku tidak melihat salah satu dari mereka yang tertawa atau mengobrol satu sama lain." Tanyaku pada Raja.

Senyumnya seketika memudar, dan dia sedikit berdeham.

"Entahlah, setahuku mereka semua sangat ramah. Mungkin mereka kelelahan, karena mayoritas rakyatku ini adalah petani." Jawabnya.

Lagi-lagi, jawaban Raja tidak membuatku puas. Mataku kembali beralih menatap luar jendela, ada satu tempat dimana sangat ramai orang disana. Aku bisa melihatnya, meski jaraknya masih jauh.

"Disana, apakah itu pasar?"

"Oh, iya. Itu adalah pasar, hanya ada satu-satunya disini."

Aku mengangguk, kereta kencana yang kami naiki semakin dekat dengan pasar itu. Dan, sesuatu yang aneh kembali aku rasakan. Mayoritas pasar biasanya sangat ramai oleh hingar bingar para penjual dan pembeli, penjual yang biasanya berteriak menjajakkan dagangannya agar menarik pembeli.

Tapi, pasar yang kulihat ini sangat lah sepi. Tak ada kudengar suara ramai dan teriakan penjualnya, kulihat pembeli memilih dan membungkus nya sendiri. Kereta berhenti, tiba-tiba.

"Apakah kamu ingin turun untuk melihat-lihat?" Ucap Raja mengagetkanku.

Karena dipenuhi rasa penasaran, aku mengangguk.

Saat kami turun, tetap tak ada suara tapi semua yang ada di pasar membungkukkan badannya, karena menyadari kehadiran kami. Lebih tepatnya, kehadiran Raja.

"Sebelumnya, saya ingin mengumumkan. Dalam beberapa hari kedepan, sebuah pesta besar akan dilaksanankan. Raja kalian ini, akan segera menikah. Saya harap, kalian juga turut untuk merayakannya."

Semua yang menunduk, menegakkan kepalanya dan menatap kearahku. Astaga, aku langsung merinding seketika. Semua wajah yang memandangku, sangat pucat dan tanpa ekspresi. Kulihat, mereka kembali menundukkan kepalanya.

"Apa kita lanjutkan berjalan-jalannya?"

"Emmm, lebih baik kita kembali ke kereta saja. Sepertinya aku lelah."

Aku berbohong, sebetulnya aku sudah merasa takut setelah melihat wajah-wajah mereka itu. Apa dan siapa mereka? Aku lalu menatap Raja, wajahnya biasa-biasa saja dan bahkan sangat tampan. Tapi kenapa, warga dan rakyatnya terlihat sangat aneh?

Raja menurut, kami akhirnya masuk kembali kedalam kereta kencana. Kereta pun kembali berjalan, entah kemana tapi kurasa kembali menuju istana. Dalam perjalanan, aku tak banyak bicara. Ada banyak keanehan, namun aku tak berani bertanya apapun pada Raja. Aku takut dia tersinggung, dan hal itulah yang sedang aku hindari.

Benar saja, cukup lama kereta berjalan, akhirny berhenti di depan gerbang. Kami kembali ke istana Raja, setelah gerbang dibuka, kereta berjalan masuk kedalam. Setelah turun, tanganku di pegang oleh Raja.

"Kamu istirahatlah, dua orang dayang akan mengantarmu kekamar mu."

Aku tak menjawab, hanya sedikit senyuman dan anggukan. Tak jauh dariku, dua orang wanita muda menghampiriku sambil menunduk.

"Silahkan, nona." Ucap mereka serentak.

Aku berjalan di tengah-tengah mereka, lagi-lagi berjalan di dalam istana yang sangat besar. Akhirnya, sampai di depan sebuah pintu yang juga cukup besar. Ternyata, disetiap ruangan yang ada di istana ini, memiliki pintu yang besar.

"Silahkan masuk, nona." Dua orang wanita itu membukakan pintu itu untukku.

Aku tersenyum, dan melangkah masuk. Pintu pun kembali ditutup, mataku menyusuri kesetiap inci kamar itu. Sungguh indah, tentu sangat jauh perbandingannya dengan gubukku. Tapi saat ini, aku sangat merindukan desaku. Aku bahkan tak tau ada dimana, entah apa alasan Raja menyuruhku menutup mata saat menuju kesini.

Aku melihat sebuah ranjang yang besar, ingin membaringkan tubuh, tapi sebelum itu aku harus berganti pakaian. Namun, dimana letak lemari pakaian? Disudut sebelah kananku, terdapat sebuah kotak besar persegi panjang. Apa itu adalah lemari?

Aku berjalan mendekat, ternyata benar. Disetiap pintunya, ada gagang kecil untuk membukanya. Akupun memilih salah satu pintu, lalu membukanya. Setelah terbuka, terlihatlah isinya yang berupa pakaian-pakaian. Tapi semua berisikan pakaian bagus, tak ada pakaian yang cocok untuk dipakai bersantai.

Setelah cukup lama mencari-cari, akhirnya aku hanya bisa mendapatkan pakaian yang lumayan dari yang lain. Ternyata, dari sekian banyaknya pakaian yang bagus-bagus, terselip satu dua pakaian yang santai. Aku pun mengganti pakaianku dengan itu, lalu segera membaringkan tubuh.

Sedari tadi, aku tidak melihat kaca di kamar ini. Memiliki meja rias beserta alat riasnya, namun sama sekali tak ada kaca. Sangat aneh sekali, kerajaan Raja benar-benar aneh.

KRRRIIUUKK!!

Astaga, itu bunyi perutku. Aku lapar sekali, ternyata dari pagi aku belum sempat makan karena lebih dulu bertemu dengan Raja saat pagi. Bahkan, di dalam kamar ini tidak memiliki jam. Aku tidak tau saat ini sudah siang atau sore, bagaimana ini, perutku lapar sekali.

TOK TOK TOK!!

Ada yang mengetuk pintuku, aku bangkit dan berjalan menuju pintu. Begitu dibuka, ternyata itu adalah Raja.

"Maaf mengganggu, aku sampai lupa bahwa kamu pasti belum makan apapun dari pagi. Ini, makanlah. Jika kurang, katakan padaku. Ingat! Hanya beritahu aku saja, jika kamu ingin makan sesuatu ya?"

Kulihat di tangan Raja membawakan senampan makanan, seekor ikan panggang beserta nasinya dan juga sayurannya. Ada juga segelas air putih, dan buah-buahan. Mewah sekali, aku bahkan sangat sulit untuk makan nasi saat di desa.

"Mengapa harus kamu yang mengantarkan, Raja? Mengapa tidak menyuruh wanita yang menemaniku saat menuju kekamar tadi?"

"Ini sudah kewajiban ku, seperti yang kubilang tadi, kalau ingin makan sesuatu, hanya beritahu aku saja. Mengerti?"

Aku sedikit mengernyitkan dahi, tapi karena lapar, aku tidak begitu memikirkannya.

"Baiklah."

"Ini, habiskan dan selamat makan." Ucap Raja mengulurkan senampan makanan itu padaku dsn tersenyum sangat manis.

Dia pun berlalu, aku membawa masuk makanan itu kedalam. Menaruhnya di lantai dan melahap semuanya, ya tuhan, ini semua sangat enak. Setelah selesai, aku bingung harus membawa ini semua kemana?

Aku lalu keluar dari kamar, dan clingukkan mencari para wanita yang menemaniku sedari tadi.

"Maaf nona, ada yang bisa saya bantu."

Aku terperanjat kaget, suara itu berasal dari belakang ku. Sejak kapan dia berada di belakang ku?

"Em, ini. Saya sudah selesai makan, saya bingung harus membawanya kemana untuk di cuci."

Dia terlihat mengerutkan keningnya, ketika hendak membuka mulut untuk berbicara, tiba-tiba Raja datang menghampiri.

"Ada apa?"

"Ini, aku harus meletakkan alat makan yang sudah kotor ini dimana?"

"Kamu pergilah," Ucap Raja pada wanita itu.

"Berikan padaku, sudah kubilang. Jika butuh apa-apa, beritahu padaku dan bukan pada orang lain."

"Maafkan aku, tapi kamu adalah Raja. Aku tak enak,"

"Sebentar lagi aku akan menjadi suamimu, mulailah membiasakan diri. Mengerti?"

"Baiklah." Jawabku tersenyum.

"Aku akan membawa ini."

Raja pun pergi, aku kembali masuk kedalam kamar. Dan ah, aku lupa menanyakan saat ini sudah jam berapa? Apa sudah sore atau bahkan malam. Karena semua yang kulihat disini sangat terang, bahkan jika melihat keluar jendela, juga sama, semua terlihat terang benderang.

Setelah berbaring, ternyata aku tidak bisa memejamkan mata. Aku bangkit dan berniat untuk keluar dari kamar, mulai merasakan bosan. Setelah keluar dari kamar, ternyata tidak ada siapa-siapa. Tak ada penjaga, tak ada Raja ataupun wanita-wanita yang menemaniku tadi. Aneh, apa para penjaga hanya menjaga istana bagian luarnya saja?

Aku menutup pintu, dan mulai melangkah. Hal yang melelahkan adalah, harus berjalan menyusuri istana. Dari pintu utama, hingga kamar ku saja butuh waktu sedikit lama untuk berjalan. Istana ini benar-benar sangat besar, aku harus berjalan kearah mana? Aku takut tersasar jika salah memilih arah.

Akhirnya, aku memutuskan berjalan kearah sisi kanan kamarku. Tak ada niat lain, hanya sekedar ingin berjalan-jalan. Ternyata ada banyak ruangan disini, tentu saja, dilihat dari ukuran istananya yang besar. Aku ingin mencari dapur, ingin melihat kegiatan didalamnya. Tapi aku belum menemukannya.

Saat berjalan, didepan sana aku melihat lima orang laki-laki berseragam sama berjalan kearahku. Masing-masing dari mereka, memegang tombak dan perisai kayu. Saat jarak kami sudah dekat, mereka berhenti tepat di depanku dan serentak menunduk.

"Anda mau kemana, nona?" Ucap mereka sambil menunduk.

"Emm, anu. Saya hanya ingin berniat jalan-jalan saja, karena bosan didalam kamar." Jawabku.

"Kalau begitu, biar kami temankan, nona." Ingin menjawab ia, tapi aku masih mengingat wajah-wajah rakyat saat berada di pasar tadi.

Aku menebak, bahwa penjaga-penjaga itu juga seperti itu.

"Tak apa, saya akan kembali kekamar saja."

Aku berbalik arah, melangkah kembali menuju kamar. Namun, saat tiba di depan pintu kamar, mataku tertuju dengan keramaian yang ada di ruang tengah istana. Ruang tengah yang menurutku seluas lapangan bola itu, sepertinya sangat ramai orang.

Aku urung memasuki kamar, melangkah menuju kesana. Beberapa orang, sepertinya memiliki tugas masing-masing. Ada yang sedang menghias dinding, menata bunga dan lain sebagainya.

Saat mataku memperhatikan semua, seorang wanita datang menghampiriku.

"Ada yang bisa saya bantu, nona?"

"Eh, tidak. Saya hanya ingin melihat-lihat saja, ada banyak orang disini dan apa yang sedang mereka lakukan?"

"Acara pernikahan anda akan diadakan dalam 3 hari kedepan, jadi, mereka yang ada disini sedang menata istana."

Apa? Cepat sekali, kenapa Raja tidak memberitahuku mengenai ini?

"Oh, apa kamu melihat di mana Raja?"

"Dia sedang berada di kamarnya, nona. Jika anda ingin bertemu, izinkan saya untuk mengantarkan."

"Baiklah, antarkan saya."

Aku dan wanita itu berjalan menuju kamar Raja, setelah sampai, wanita itu pergi.

TOK!! TOK!! TOK!!

"Raja!! Ini aku, Ayu!!"

"Oh, masuklah jika itu kamu!"

Aku membuka pintu, dan ternyata dia sedang duduk di kursi sambil menghadap kearah jendela besar.

"Ada apa Ayu? Apa kamu membutuhkan sesuatu?"

"Tidak, aku hanya ingin bertanya. Kenapa kamu tidak memberitahu, bahwa pernikahan kita akan di laksanakan 3 hari lagi?"

"Memangnya kenapa, Ayu? Apa kamu belum siap? Mengapa ekspresi wajahku seperti itu?"

"Ti-tidak, bukan begitu. Hanya saja, kenapa tidak memberitahuku agar aku tidak terlalu terkejut seperti ini. Aku bahkan tidak memberitahukan pada warga desa, bahwa aku akan segera menikah."

"Itu tidak penting dan juga bukan urusanmu, aku akan memberi tahu dan mengundang warga desamu untuk datang. Yang harus kamu fikirkan adalah, bagaimana agar kamu akan menjadi Ratu yang paling cantik nanti." Ucapnya tersenyum.

Aku membalas senyumnya.

"Baiklah, aku akan kembali keluar.

Ingin melihat mereka yang mempersiapkan pestanya."

Raja mengangguk, "Pergilah, aku masih ingin disini."

Aku kembali menuju tempat awal, tempat dimana masih sibuk dengan orang-orang yang menghias setiap sudut ruangan. Duduk di kursi di bagian sudut ruangan, memperhatikan dengan seksama orang-orang itu.

Memang aneh, memang benar-benar aneh. Mereka semua tampak pucat. Tak ada suara tawa atau bahkan suara obrolan mereka, mereka hanya fokus dengan pekerjaan masing-masing. Saat sedang memperhatikan, tiba-tiba ada seorang pria masuk kedalam istana membawa kotak besar.

Sepertinya pria ini lain dari yang lain, wajahnya terlihat biasa saja. Maksudku, tidak pucat dan kaku seperti yang lainnya. Saat kulihat dia memasuki istana, senyum dibibirnya sumringah. Dia berbicara dengan salah satu orang yang ada di ruangan, namun orang itu sepertinya menjawab dengan singkat, padat dan jelas.

Saat sedang memulai tugasnya, tiba-tiba dia melihat kearahku. Ekspresi wajahnya yang semula periang dan penuh senyum, hilang setelah melihatku. Aku mengernyitkan dahi, apa ada yang salah denganku? Pria itu meletakkan begitu saja kotak yang telah dia bawa tadi, lalu berjalan mendekat kearahku.

"Maaf, nona. Apakah anda yang akan menikah dengan Raja?"

"Oh, iya. Benar, saya Ayu Sulastri." Ucapku mengulurkan tanganku.

Tanpa membalas jabatan ku dan dia masih dengan keadaan menunduk.

"Saya Joko, nona."

"Ayolah, jangan terlalu formal begitu. Umur kita mungkin tidak selisih jauh."

Mendengar itu, dia langsung mengangkat wajahnya dan memperlihatkan wajah tegang.

"Jika boleh saya bertanya, anda dari daerah mana? Sepertinya anda bukan tinggal di daerah sini?"

"Oh, bukan. Aku berasal dari desa ****, Raja membawaku kesini tanpa aku bisa melihat jalannya. Dia menyuruhku menutup mata saat menuju kesini, aku bahkan tak tau ini di daerah mana. Di desaku sudah tidak ada kerajaan."

Gaya sopan yang dia perlihatkan padaku di awal, berubah menjadi tegang.

"Ayo! Ikut aku! Kita berbicara di belakang istana."

Dia menarik tanganku, diam-diam tanpa sepengetahuan wanita-wanita yang berdiri tak jauh dariku. Kami berhenti, tepat di samping istana yang tidak ada orang. Kelihatannya sepi, dan para penjaga mungkin tidak menjaga tempat ini.

"Maaf, jika aku tidak sopan padamu. Tapi, apa kamu benar-benar tidak tahu tempat apa dan kerajaan apa ini?" Pria yang mengaku bernama Joko itu bertanya setelah melepas genggaman tangannya.

"Iya, benar. Raja juga tidak memberi tahu nama kerajaannya ini apa, dan daerahnya ini apa. Aku bahkan merasa asing dengan tempat ini."

Dia menghela nafas. "Huffft, kamu bukanlah yang pertama."

"Apa? Apa maksudmu?"

"Begini, Ayu. Aku akan jelaskan semuanya, dan semoga kamu percaya." Dia menjeda ucapannya. "Dulu pernah ada seorang wanita yang juga ingin menikah dengan Raja, tapi entah dari mana dia mendapatkan informasi. Sehari sebelum hari pernikahan, dia menghilang. Kabar yang di dapat, dia kabur."

Aku mengernyitkan dahi, semakin tidak mengerti dengan apa yang dia bicarakan.

"Joko, tolong jelaskan secara detail. Apa maksudmu?"

"Raja dan kerajaan ini, berbeda dunia denganmu. Ini adalah dunia hantu air, aku yakin kamu pernah dengar itu."

"A-apa?"

"Ya, Raja dan seisi kerjaan ini semuanya bukanlah manusia. Mereka semua adalah makhluk halus, entah kenapa Raja selalu mencintai manusia."

Aku seketika memundurkan langkah, aku benar-benar syok.

"Ayu, kamu tidak apa-apa?"

"Jangan mendekat, kamu juga pasti bagian dari mereka bukan?"

"Tidak, tidak. Aku sama sepertimu, aku juga manusia. Selama ini, hanya aku satu-satunya manusia di kerajaan ini."

"Hah? Lelucon apalagi ini?"

"Nanti akan aku jelaskan, kamu harus keluar dari sini, mereka tidak sebaik yang terlihat. Sekarang, kamu kembalilah kedalam. Dan kumohon, bersikap seperti biasa saja. Agar mereka tidak curiga, terutama Raja. Malam nanti, aku akan datang kekamarmu. Pergilah!"

Aku mengangguk dan berlinangan air mata, aku bergegas menuju kamarku dan menguncinya menggunakan balok kayu yang memang untuk mengganjal pintu besar ini. Benar-benar tak menyangka, ternyata Raja adalah hantu air yang pernah aku dengar dari mulut kemulut warga desa.

Pantas saja, saat di pasar aku melihat semua orang sangat aneh. Tapi kenapa, Raja tidak sama dengan mereka? Wajahnya tidak pucat dan kaku seperti orang-orang yang aku lihat di pasar. Apa karena, dia adalah seorang raja?

🌷🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

Euis Nina

Euis Nina

wahh ayu sudah tau siapa raja🤔apa mereka akn gagal menikah

2022-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!