Chapter 08

"Aku tau cara ini adalah cara yang tidak baik, tapi sejauh ini aku merasa baik-baik saja. Makhluk-makhluk itu sebagian besar tak mengetahui bahwa aku ini manusia."

"Lalu, setelah ini apa kamu akan kembali bekerja di sana?"

"Tidak lagi, setelah ini aku tidak akan kembali kesana. Aku sangat yakin bahwa Raja mengetahuinya, mengetahui bahwa aku juga manusia dan ikut serta dibalik kaburnya dirimu."

Kami berdua terdiam sejenak, cukup lama perjalanan menuju sawah orang tua Joko.

"Aku harus kembali kedesaku, Joko. Aku merasa tak enak jika berada di sini terlau lama."

"Jangan dulu, Ayu. Raja akan mencarimu,"

"Tapi, aku...."

Tiba-tiba aku merasa sempoyongan, pandanganku berasa berputar-putar.

"Ayu, kamu tak apa?" Tanya Joko terlihat khawatir, dia reflek memegang bahuku karena hampir saja terjatuh.

"Entahlah, tiba-tiba aku merasa pusing."

Joko memegang dahiku, memeriksa apakah aku panas.

"Kita pulang saja ya, mungkin kamu kelelahan. Istirahat saja dirumah, aku akan membelikan obat warung untukmu."

"Baiklah, maafkan aku merepotkan mu."

"Tak apa, ayo!"

Bayu melepaskan rangkulannya, dan berjalan beriringan denganku. Tetapi, karena melihatku berjalan dengan sempoyongan, akhirnya Joko kembali menggenggam tanganku. Entah ada apa denganku, aku tidak pernah merasakan ini, meskipun aku demam sekalipun.

Tak lama, kami sampai kembali kerumah Joko. Saat tiba di depan pintu kamarku, Joko membukakannya.

"Masuklah, dan istirahat. Aku akan kembali membawakan obat, berbaringlah."

Ucap Joko yang sama sekali tidak masuk kedalam, dia hanya berdiri di depan pintu saja. Aku hanya mengangguk, dan berjalan dengan cepat menuju ranjang, takut jika aku harus jatuh di lantai. Benar-benar pusing sekali, aku langsung membaringkan tubuhku.

Tiba-tiba, kembali terlintas wajah Raja. Sedang apa dia sekarang? Apa dia sedang mencariku? Aku yakin, dia tau bahwa aku kabur dan juga tau bahwa aku sudah mengetahui siapa dia sebenarnya. Semoga Joko baik-baik saja, jangan sampai karena ku dia menjadi kena imbasnya.

TOK!! TOK!! TOK!!

Itu pasti Joko, astaga. Ingin bangun saja rasanya malas, tapi aku tentu tidak bisa membiarkan Joko masuk kedalam kamarku. Aku bangun dan membuka pintu, benar itu Joko.

"Ini, obat dan airnya. Setelah itu, lanjutkan istirahat nya. Aku akan kesawah dulu, tak lama."

"Baiklah, terimakasih obatnya."

Joko mengangguk dan tersenyum.

Aku meminum obat dari Joko, lalu kembali berbaring.

Dua jam berlalu, dan aku masih saja tidak bisa memejamkan mata. Ada apa denganku ini? Apa aku sakit? Tapi badanku tidak panas. Terdengar suara orang yang sedang berbincang dari luar, mungkin itu Joko dan orang tuanya yang baru saja pulang.

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu dan masuk. Ternyata itu adalah ibu Joko, aku bangun dan duduk disamping ranjang.

"Bagaimana nduk? Apa sudah baikan? Ibu dengar dari Joko, kamu sakit ya?"

"Begitulah Bu, masih sedikit pusing dan tidak bisa tidur."

"Ya sudah, istirahat saja. Ibu mau masak makan malam dulu."

"Ayu bantu ya Bu," ucap ku langsung berdiri.

"Sudah, tidak apa-apa. Ibu sudah biasa sendiri."

"Tapi Bu...."

Belum sempat berbicara lagi, ibu Joko sudah berjalan keluar dari kamar. Lagi-lagi aku kembali membaringkan diri, kapan aku bisa pulang kedesa?

TOK! TOK!

"Ayu!! aku dan ayah masuk ya?" Terdengar suara Joko dari luar kamarku.

Joko membuka pintu, dan masuk beserta ayahnya.

"Ini Ayu, yang tadi Joko ceritain pak."

"Oh ini, kamu sudah baikan nak?"

"Sudah lumayan, pak. Maaf, sudah merepotkan Joko. Saya tadinya ingin Joko segera mengantarkan saya kedesa, saya tidak mau merepotkan banyak orang."

Mendengar itu, Joko dan ayahnya saling pandang.

"Ayu, ada yang ingin aku tanyakan. Sebelumnya, ini sedikit tidak sopan. Tapi, bapakku dan aku ingin memastikannya."

"Ada apa Joko?"

"Waktu itu, kamu bilang kamu diberi jus oleh Raja bukan? Dan setelah itu, kamu bilang kamu merasa sangat mengantuk setelah meminumnya. Apa kamu yakin, tidak ingat apa-apa lagi setelah tertidur?"

Aku berpikir sejenak dan terdiam, memang benar setelah meminum jus dari Raja, aku tidak ingat apa-apa. Tapi, setelah bangun keesokkan harinya, aku merasakan ada sesuatu yang aneh di badanku.

"Iya benar, memangnya ada apa Joko?"

Joko lagi-lagi terdiam dan beralih menatap ayahnya.

"Sebelumnya, aku minta maaf jika ucapanku ini tidak sopan. Mungkin Raja telah mengetahui rencana kita, jadi setelah aku pergi dari kamarmu waktu itu, dia menguping pembicaraan. lalu dia datang dengan segelas jus yang membuatmu tidak sadarkan diri."

"Maksudmu apa Joko?"

Apa yang dimaksud Joko? Segelas jus yang dicampuri sesuatu oleh Raja, sehingga membuat ku tertidur?

"Intinya, Raja telah menanam benih di dirimu."

Aku sontak terkejut, aku langsung memahami arti dari ucapan Joko itu. Tapi, kenapa bisa? Baru saja aku meninggalkan Raja satu hari, dan kejadian itu terjadi kemarin.

"A-apa?"

"Ya, nak Ayu. Kenyataannya memang seperti itu, jika ditanya kenapa bisa begitu cepat. Raja bukan manusia, dan anak yang dikandungmu itu juga jelas tercampur dengan darahnya. Maka dari itu, perkembangannya juga sangat cepat."

Aku syok, badanku terasa tidak bertulang. Tanganku bahkan berusaha untuk menumpu badanku yang lemas. Apa benar Raja telah melakukan itu padaku? Ya Tuhan, jika iya, apa yang harus aku lakukan?"

"Tidak, tidak. Itu tidak mungkin Joko, bagaimana bisa? Dan jikapun benar, aku harus bagaimana? Apa aku harus kembali dengannya dan menikah bersamanya?"

"Hey, tenang-tenang. Hal ini tidak ada yang tau selain aku dan orang tuaku, tenanglah. Aku dan bapak sudah membuat keputusan."

Seketika aku menatap lekat matanya penuh harap pada Joko.

"Apa?"

"Aku yang akan menikahimu, karena anak itu akan semakin membesar. Dan juga, menghindari fitnah dari warga desa."

"Me-menikah? Denganku? Apa kamu yakin Joko? Pak, apa bapak tidak salah memberi keputusan itu? Kenapa kamu tidak mengantarkanku saja kedesaku Joko?" Ucapku sambil menatap Joko dan ayahnya bergantian.

"Aku siap bertanggung jawab, Ayu. Lagi pula, aku jatuh cinta padamu saat pertama kali kita bertemu di istana."

Aku tercengang, Joko menyukaiku? Aku yang gadis malang ini?

"Aku masih belum percaya Joko, aku harus memastikan apa aku benar-benar hamil."

"Baiklah, bapak akan panggilkan orang pintar kepercayaan bapak. Bagaimanapun, kita tidak bisa memakai jasa bidan. Karena rahasia, belum tentu mereka bisa menyimpannya."

"Terserah bapak, yang penting itu bisa meyakinkan Ayu." Joko menjawab.

Aku terdiam, mungkin saja Joko dan ayahnya salah. Dan aku hanya masuk angin biasa, aku masih belum percaya. Joko dan ayahnya keluar dari kamarku, tak lama, ibu Joko masuk kedalam kamarku juga.

"Nduk, ini makan malam nya. Semoga suka ya, ibu tinggal dulu. Jangan lupa habiskan, dan lanjut istirahatnya."

"Makasih Bu, maaf saya merepotkan."

"Tak apa, nduk."

Aku tak menyangka, orang tua Joko sebaik ini. Aku jadi merasa memiliki keluarga baru.

HUEEEK!!

Tiba-tiba perutku mual, seperti ada sesuatu di dalam perutku. Aku reflek berlari menuju kamar mandi, lalu aku memuntahkan kembali semua yang ku makan tadi. Oh astaga, ada apa denganku.

Setelah merasa membaik, aku lalu keluar dari kamar mandi. Saat keluar, ternyata di kamarku sudah ada Joko dan orang tuanya, beserta wanita paruh baya yang tak kukenal.

"Ini anaknya, mbah." Ucap ayah Joko berbicara pada wanita paruh baya itu.

"Anaknya cantik, pantas saja makhluk itu menyukainya. Ayo nduk, berbaringlah!" Suruhnya padaku.

Aku tersenyum dan mengangguk, aku lalu berbaring di ranjang. Wanita paruh baya itu kemudian memegang perutku, merasa ada sesuatu, dia lalu menoleh kearah Joko dan ayahnya.

"Mohon, untuk para lelaki keluar sebentar."

Joko dan ayahnya mengguk, lalu keluar dari kamarku. Kini tinggalah aku, ibu Joko dan wanita paruh baya itu.

Sementara wanita paruh baya itu menarik bajuku hingga dada, dia lalu menatap perutku dan meletakkan telapak tangannya tepat di pusarku.

"Benar, nduk. Sudah ada benih di dalam rahimmu, mbah tidak perlu menjelaskan benih siapa itu, bukan?"

Aku terdiam, menatap kearah perutku yang masih sedikti rata.

"Janin itu berbeda dengan janin pada umumnya, dia akan tumbuh dengan cepat. Mbah tidak bisa menyarankan apa-apa untukmu, semuanya itu tergantung padamu."

Aku masih tidak bisa berkata-kata lagi, ternyata aku memang benar-benar hamil. Raja memang sudah mengetahui rencanaku, maka dari itu dia melakukan semua ini, tapi aku tak tau apa maksudnya melakukan ini. Kulihat ibu Joko yang duduk disampingku menatap iba, dia mengusap lembut rambutku.

"Satu minggu kedepan, perutmu akan mulai sedikit membesar. Kamu akan melahirkan saat kandunganmu berusia 9minggu." Jelas wanita paruh baya itu lagi.

Kali ini aku menangis, cobaan apa lagi ini? Raja benar-benar tega padaku, kukira dia akan memahami akan rencanaku itu. Kukira dia akan berpikir alasanku pergi darinya itu karena kita tidak akan bisa bersama, benar ucapan Joko, Raja tidak sebaik yang terlihat.

"Tenang, nduk. Masih ada ibu, bapak dan Joko, kamu tidak sendiri." Ucap ibu Joko menengkan.

"Baiklah, mbah pulang dulu. Semoga kamu bisa mendapatkan jalan keluarnya, nduk." Ucap wanita tua itu lalu keluar dari kamarku.

Tak lama, Joko dan ayahnya masuk kembali. Mereka menemukanku telah berada di dalam pelukan ibu sambil menangis, Joko mendekat dengan wajah khawatir.

"Ada apa, Bu? Mengapa Ayu menangis?"

"Benar, nak. Ayu hamil, dan dia sangat syok."

Joko menatapku dan menghela nafas pelan, ibu Joko lalu melepaskan pelukannya, berjalan kearah ayah Joko yang berdiri di depan pintu. Sedangkan Joko, duduk disampingku.

"Bagaimana? Apakah kamu mengizinkan aku menikahimu?" Ucap Joko.

Aku menatap lekat matanya, dia benar-benar yakin dengan ucapannya itu. Terlihat keseriusan dimatanya, tapi, aku tidak ada rasa sama sekali pada Joko. Aku harus apa ya tuhan?

"Ayu, kamu keberatan?" Ucapnya mengejutkan ku dari lamunan.

"Ti-tidak, bu-bukan begitu. Ini terjadi begitu cepat, biarkan aku untuk berpikir terlebih dahulu."

"Baiklah, jika itu maumu. Isitrahatlah kembali, jika kamu butuh sesuatu, panggil saja aku."

Joko keluar dari kamarku, bersama ayahnya. Sedangkan ibu Joko, masih berdiri menatap diriku. Tak lama, dia berjalan mendekatiku.

"Menikahlah dengan Joko, nduk. Ibu dan bapak merestui, meski kita baru bertemu, tapi ibu yakin kamu adalah anak yang baik. Joko adalah lelaki yang tepat untukmu, dia juga anak yang baik. Dia akan menjagamu," ucap ibu Joko, mengusap pelan rambutku.

Aku hanya tersenyum, ibu Joko keluar dari kamarku.

Apa ini sudah jalan takdir ku? Joko baik, juga tak kalah tampan dari Raja. Tapi, untuk saat ini aku masih belum ada rasa apapun padanya. Apa aku harus jalani dulu? Tapi apakah aku bisa.

Akhirnya aku merasakan kantuk setelah sekian lama, aku memejamkan mata begitu saja. Mungkin 10menit mata terpejam, aku merasa sedang bermimpi.

Aku merasa masih berada di istana Raja, di depanku terlihat seseorang yang duduk membelakangiku. Setelah mendekat, seseorang itu pun berbalik. Ternyata itu Raja, tapi kali ini wajahnya tampak berbeda. Matanya sendu seperti habis menangis. Aku duduk di sampingnya, tanpa berbicara.

"Maafkan aku, karena aku tidak bisa jujur atas siapa diriku yang sebenarnya. Aku mencintaimu, maka dari itu, aku merahasiakannya agar kamu tidak meninggalkanku. Tapi, ternyata kamu telah mengetahui semuanya. Maafkan aku juga, karena telah menanamkan benih di rahimmu. Jagalah dia, mungkin suatu saat aku datang untuk mengambilnya sebagai bentuk kenangan kita, meski kita tidak bisa bersama." Ucapnya tanpa melihat kearahku.

Dia berkata seperti itu sambil menangis, dia terlihat tak mampu menatap mataku. Tapi karena masih kecewa, aku tidak berkata apa-apa lagi. Aku berdiri dan hendak meninggalkannya, tapi ucapan Raja kembali menghentikanku.

"Semoga kamu hidup bahagia,"

Aku berbalik sebentar lalu kembali melangkah meninggalkannya.

Samar-samar, aku mendengar suara seseorang memanggil. Saat aku membuka mata, ternyata di dekatku sudah ada Joko.

"Kamu sudah bangun?"

"Oh, kamu. Ya, setelah sekian lama akhirnya aku bisa memejamkan mata."

"Kamu bertemu dengannya?"

Aku tertegun sejenak, Joko bisa tau apa yang aku alami.

"Ya, benar. Dia datang di mimpiku, tapi dia tidak menggangguku. Dia memperlihatkan rasa penyesalannya padaku, hanya itu saja."

"Begitu, lalu bagaimana dengan keadaanmu? Apa sudah membaik?"

"Entahlah, kadang aku merasa membaik lalu kembali merasakan mual dan pusing. Seperti itu terus menerus."

"Memang seperti itu gejala ibu hamil, nduk."

Aku dan Joko sontak menoleh, ternyata ibu Joko datang sambil membawakan segelas susu.

"Ibu bawakan kamu susu hangat, ibu harap kamu tidak merasa mual dengan minum susu."

Aku meraih cangkir yang berisikan susu itu dan tersenyum.

"Terimakasih, Bu. Meskipun begitu, aku akan berusaha untuk menghabiskan nya."

Ibu dan Joko tertawa secara bersamaan, Joko pamit. Sementara ibu Joko, masih bersamaku.

"Bagaimana nduk keputusanmu? Joko adalah anak kami satu-satunya, ibu dan bapak sudah tua sekarang. Ibu ingin melihat Joko menikah, itu saja."

"Apa ibu yakin ingin menikahkan Joko dengan ku?"

"Tentu, apa masalahnya?"

"Ibu tau sendiri, aku sedang hamil saat ini."

"Itu tidak masalah bagi kami, nduk. Itu juga terjadi bukan atas keinginanmu, Joko pun tidak mempermasalahkan hal itu. Lalu, apalagi?"

Aku terdiam, mereka memang benar-benar baik. Aku seketika lupa dengan desaku, rasanya nyaman sekali tinggal disini. Ibu Joko lalu memelukku, dan mengusap lembut rambutku. Dia serasa ibu bagiku, setelah sekian lama hidup tanpa pelukan dari ibu.

🌷🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

Euis Nina

Euis Nina

disini sebenarnya mana dn siapa yg jahat yach ah jadi bimbingan, antara harus percaya joko/raja 🤔

2022-07-03

0

Mami Mara

Mami Mara

haruskah daku curiga? hehehe

2022-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!