Chapter 12

POV JOKO (2)

Tak terasa, sudah satu bulan lebih aku bekerja di dunia ini. Pulang pergi melalui goa yang sama, ternyata ada rasa sedikit mengasyikkan karena bisa keluar masuk dunia lain.

Gaji pertamaku bekerja, sudah aku dapatkan. Diluar dugaan, gajiku bukan berupa uang, melain kan emas dan beberapa butir biji mutiara. Mereka membagikan satu pekerja dengan satu kantong, awalnya aku mengira mereka memberikan sesuatu yang bisa di makan.

Saat kantong itu sudah berada di tanganku, aku membuka nya sedikit, dan aku benar-benar terkejut. Mataku sedikit silau akan kilau nya emas-emas, hal teraneh kembali muncul di pikiranku. Semua para pekerja, bukanlah manusia. Lalu, untuk apa mereka emas? Mereka bahkan tidak butuh makan.

Ah, entahlah. Yang jelas, saat ini aku sudah membantu orang tuaku. Rumah ku di desa, saat ini sedang dalam tahap membangun ulang. Sebenarnya, jika rumahmu masih sedikit layak, aku tidak harus membangun ulang, hanya butuh renovasi saja. Akan tetapi, rumahku sudah hampir mirip dengan kandang sapi.

Dinding yang terbuat dari papan, sudah hampir keseluruhan berlubang karena di makan rayap. Lantai yang hanya terbuat dari tanah, sudah menjadi sarang semut dan kalajengking. Mengerikan bukan? Akan tetapi memang seperti itu keadaan rumahku.

Tapi sekarang, aku mengubah semuanya. Ada satu hal yang masih membebani pikiranku, bapak dan ibu belum tahu aku sebenarnya bekerja di mana. Rencana, pulang nanti aku akan membicarakannya kepada mereka.

Setelah pekerjaan hari ini selesai, aku langsung pulang. Pertama-tama, yang harus aku lakukan adalah, menceritakan yang sebenarnya pada ibu dan bapak. Ibu dan bapak terkejut bukan main, saat aku menceritakan semuanya. Bapak dan ibu, sempat tidak berkata-kata selama beberapa waktu.

Hingga akhirnya, mereka memahami semuanya. Akhirnya, aku bisa bekerja dengan tenang kembali. Sudah tidak ada beban lagi yang terus-menerus aku fikirkan.

Pekerjaan di hari berikutnya beres, seperti biasa aku istirahat di bagian paling belakang istana. Tempat ini jarang di lewati penjaga, juga dengan para pekerja lainnya. Aku terus membawa bekal dari rumah. Saat istirahat inilah, aku memakan bekalku. Aku harus sembunyi-sembunyi, karena takut di curigai. Karena, selain aku tidak ada yang makan dan minum.

Setelah selesai menikmati, aku kembali masuk kedalam dan bergabung dengan yang lain. Ada sedikit perbedaan untuk hari ini, di mana bagian aula istana sangat ramai orang. Aku menyebutnya aula meski letaknya tepat di tengah-tengah istana, itu karena ukurannya yang sangat besar.

Semua terlihat antusias, maksudku seperti terlihat melakukan sesuatu dengan terburu-buru. Seperti biasa, meski aku berada di tengah keramaian, suasana sepi dan mencengkam tetap terasa. Semua yang ada disini, hanya fokus melakukan tugasnya masing-masing.

Makin lama, aku melihat bahwa mereka seperti menyiapkan pesta. Terlihat dari dinding yang mulai di dekorasi dengan gorden yang bagus-bagus, juga disetiap sudut di hiasi oleh bunga-bunga. Apa ada yang akan menikah? Setauku, hanya ada Raja dan ibunya yang tinggal di istana beserta pengawal dan juga pekerjanya.

Karena penasaran, aku menyapa salah satunya, berniat ingin bertanya, meski aku harus menatap langsung wajah mereka yang...

"Maaf, sedang ada pesta apa diistana?"

"Pesta pernikahan Raja, dia akan menikah."

Oh pantas saja, dugaan ku benar bahwa sang penguasa itu belum punya pendamping. Ternyata makhluk halus juga menikah, ada-ada saja.

"Hari ini, dan untuk seminggu kedepan, kita akan lembur. Pekerjaan kita akan menumpuk, jika pulang di waktu seperti biasa."

Aku hanya diam, ya mau bagaimana. Di dunia manusia pun jika bekerja pasti ada lembur juga, aku juga tidak mudah untuk menolak karena gaji yang benar-benar membuat hidup keluarga ku berubah.

"Kau!! Ambil sesuatu di pendopo warga, disana ada kotak yang isi di dalamnya untuk menghias kamar pengantin." Ucap salah satu penjaga yang sedikit berteriak kepadaku.

Aku langsung menurutinya, aku bahkan tidak bertanya dimana letak pendopo warga itu. Nanti, aku akan bertanya pada warga yang kutemui. Sebenarnya, hal yang paling aku benci ialah berinteraksi dengan mereka. Mereka terlihat menakutkan jika dilihat dari dekat, padahal wajah mereka hanya terlihat pucat pasi dengan ekspresi yang datar. Tapi aku yakin, siapapun yang melihatnya juga merasakan yang sama.

Aku berjalan, banyak dari mereka yang berlalu lalang. Hari ini terlihat berbeda, karena sekali dalam seminggu akan ada pasar. Entah apa dan untuk apa mereka mengadakan sebuah pasar, apa mereka juga punya nafsu untuk membeli baju atau hal-hal yang biasa di beli oleh manusia?

"Maaf, dimana letak pendopo? Pendopo yang di dalamnya terdapat sebuah kotak yang isinya untuk menghias kamar pengantin?"

Karena tak tau harus kemana, akhirnya aku menyapa salah satu dari mereka.

"Disana!"

Dia menunjuk kearah lurus kedepan, setelah itu dia langsung pergi begitu saja. Mungkin saja, pendopo itu memang milik kerajaan dan hanya satu-satunya di desa ini.

Setelah satu bulan bekerja, aku mulai paham dengan isyarat dari mereka. Jika mereka menunjuk lurus kedepan, itu artinya aku harus berjalan lurus tanpa berbelok-belok. Mungkin saja, pendopo itu berada di pinggir jalan dan mudah terlihat.

Aku kembali berjalan, aku juga harus terpaksa melewati pasar mereka. Oh, astaga.

Setelah pasar terlewati, seratus meter dari pasar aku melihat sebuah bangunan dipinggir jalan. Aku yakin itu adalah pendopo yang penjaga itu maksud, aku langsung saja karena tak mau berlama-lama berpapasan dengan mereka.

Setelah sampai, tak ada siapapun. Aku berniat mencari jendela, untuk mengintip apakah ada orang di dalam. Tapi, aku sama sekali tidak menemukan jendela, hanya ada sepasang pintu utama yang besar.

Aku iseng mendorong pintu itu, ternyata tidak terkunci. Saat pintu terbuka, aku langsung melihat sebuah kotak berwarna silver. Mungkin itu yang di maksud, ukurannya tidak terlalu besar, ukurannya pas untuk di dibawa.

Tanpa menunggu lama, aku lalu membawa kotak itu kembali ke istana.

Setelah sampai, aku lalu memberikan ke salah satu teman sepekerjaanku. Ya, meski mereka bukan manusia dan tidak pernah saling berbicara, setidaknya mereka juga teman sepekerjaan.

Setelah memberikan kotak itu, aku lalu kembali melakukan pekerjaanku. Saat sedang bekerja, di ujung sana aku melihat sesuatu yang asing. Maksudku, selama bekerja disini, aku belum pernah melihat orang yang sama sepertiku. Tidak pucat, bibirnya merah merona, mudah senyum. Dan... Sangat cantik.

Aku sedikit tertegun memperhatikannya, lalu aku tersadar bahwa wanita itu bukan lah wanita biasa. Maksudku, dilihat dari pakaiannya, dia salah satu anggota kerajaan juga. Tetapi, aku baru melihatnya hari ini. Aku baru ingat, apakah dia adalah calon istri sang penguasa itu?

Aku lalu berjalan mendekat kearahnya, dengan cara yang sopan aku menyapanya. Dia menyebutkan namanya, namanya secantik orangnya. Dia bilang, dia tak tau saat ini sudah jam berapa. Karena sejak dia datang, dia belum makan apa-apa. Aku sedikit terkejut mendengarnya, untuk pertama kali nya aku menemukan manusia selain diriku sendiri.

Wanita itu adalah manusia, akan tetapi bagaimana bisa dia akan menikah dengan jin penguasa dunia ini? Pasti ada yang salah, aku lalu menarik tangannya kebelakang istana. Setelah sampai, aku dan dia bercerita panjang lebar. Ternyata, dia tidak tau bahwa yang akan dinikahinya itu adalah jin. Kasiahan sekali.

Dia menceritakan semua yang terjadi, hingga tanpa sadar, ada sesuatu yang terasa. Aku.... Jatuh cinta pada pandangan pertama, mengapa bisa?? Entahlah, akupun tak tau.

Merasa kasihan, aku berniat untuk membantunya keluar dari istana ini. Dan dia, sangat senang menanggapinya. Dia bilang, meski dia mencintai Raja, akan tetapi dia tidak bisa menikahinya setelah mengetahui semuanya.

Kamipun berniat untuk bertemu kembali di malam hari, sembari menjalankan rencana untuk kabur. Jika rencana itu berhasil, aku tidak akan kembali bekerja ke dunia ini. Karena, aku akan dibunuh. Mereka pasti langsung mengetahui, bahwa ada aku dibalik kaburnya sang calon pengantin Raja.

Malam hari, telah datang. Setelah bekerja, aku tidak langsung pulang. Melainkan, bersembunyi ditempat biasa ku beristirahat. Merasa sudah waktunya, aku mencoba untuk mengendap-endap menuju kekamar Ayu. Setelah menemukan kamarnya, aku langsung masuk begitu saja.

Aku memberitahu padanya, untuk mengganti pakaiannya. Dia tidak boleh membawa apapun dari dunia ini ketika kabur, dan kami sepakat untuk bertemu di belakang istana. Karena, akan tidak aman jika pergi dari kamar ini secara bersama-sama. Dia pun menyanggupinya, aku bergegas keluar dan berjalan mengendap kembali menuju belakang istana.

Aku terbangun karena silaunya matahari, oh astaga. Ternyata aku tertidur disini, tapi tunggu...

Ayu tidak datang semalam, aku bahkan menungguinya sampai tertidur disini. Ada apa, apa dia ketahuan? Semoga saja tidak, aku harus kekamarnya. Lagi-lagi berjalan mengendap-endap, akan tetapi, saat sampai aku tidak menemukan dia di kamarnya.

Dimana dia? Aku jadi khawatir dengannya, aku lalu berjalan menyusuri seluruh ruangan istana. Tapi tetap, aku tetap tidak menemukannya. Dalam dugaanku, Ayu telah dihukum Raja karena telah mengetahui rencana nya untuk kabur. Sekali lagi, aku ingin memastikan apakah Ayu ada di kamarnya atau tidak, akhirnya aku kembali menuju kamarnya.

Saat sudah beberapa langkah, aku melihat dari jauh, Ayu yang hendak masuk kembali ke kamarnya. Aku berlari, dan menarik tangannya. Dia tak bertanya apapun, aku akan menjelaskannya di belakang istana nanti.

Saat sampai di belakang istana, diapun menjelaskan alasannya mengapa dia tak datang. Ternyata, tak lama aku keluar dari kamarnya, Raja datang dengan membawa segelas jus untuknya.

Ayu bilang, setelah meminum minuman yang di bawa Raja, dia merasakan kantuk setelah cukup lama mengalami kesulitan tidur. Aku terdiam sejenak, aku memikirkan isi dari jus yang dibawa oleh Raja, apakah Raja mencampuri sesuatu keminuman itu?

Aku langsung menepis pikiran itu, nanti saja dibahas setelah berhasil membawanya kabur. Diapun seperti sangat menginginkan itu, dia tak sabar untuk bisa keluar dari dunia ini. Dia juga bilang, meski sangat mencintai Raja, diapun bisa apa? Mereka berbeda dunia.

Aku membawanya ke goa, sebenarnya aku sangat ingin cepat dengan cara berlari. Namun, karena kasihan, aku berusaha mempercepat langkah. Meski kulihat, dia seperti terengah-engah, namun tidak protes.

Setelah sampai di goa, aku mengajarkannya dengan cara seperti biasa yang kulakukan. Yaitu, dengan cara merayap seperti cicak agar bisa melewati goa. Setelah keluar dari goa, dia sediki merasa bingung, terlihat dari matanya memperhatikan kesekeliling.

Akupun meminta maaf, karena tidak bisa mengantarkannya ke desanya. Lebih tepatnya, aku tak tahu di mana desanya itu. Yang penting sekarang, aku membawanya kerumahku terlebih dahulu. Ibu dan bapak, pasti menyambutnya dengan baik.

Aku lalu menceritakan semuanya pada ibu dan bapak saat sampai, ibu dan bapak lagi-lagi terkejut mendengar penjelasanku. Tentu saja, karena baru mendengar cerita manusia akan menikah dengan jin. Kedua orang tuaku, khususnya ibu, sangat sayang pada Ayu. Bahkan, aku tak sengaja mendengar ucapan ibu dan bapak saat mereka berdua, mereka ingin sekali Ayu menjadi menantu mereka.

Memang, saat ini perasaan yang hinggap semakin terasa. Entah perasaan apa, yang jelas, aku jatuh cinta pada gadis itu. Meski kutahu, gadis itu sedang mengandung anak jin itu. Entah bagaimana caranya, tapi Ayu mengaku tidak merasakan apa-apa atas kejadian itu.

Menurut salah satu orang pintar kenalan bapak, janin itu benar adalah darah daging jin itu. Sebegitu cintanya dia, sampai dia melakukan hal itu pada Ayu. Jin itu, akan selalu tetap dekat dengan Ayu, karena adanya janin itu. Begitulah yang aku dengar, dari orang pintar tersebut.

Untuk pertama kalinya, aku mengungkapkan perasaanku pada Ayu. Tapi, sepertinya dia tidak menanggapinya. Tak masalah, mungkin masih belum waktunya. Bahkan, dia ingin aku mengantarkanya kedesa asalnya. Aku harus bagaimana, aku tak tau dimana desanya.

Sampailah di penyampaian perasaan yang kedua, awalnya dia tetap tak menanggapinya. Namun, entah kenapa, dia tiba-tiba mau menerimaku. Dan kami sepakat untuk melangsungkan pernikahan lima hari lagi, aku sangat senang.

Dimalam kedua, tiga hari sebelum hari pernikahan, semua teman-temanku datang untuk membantu proses mendekorasi rumahku. Beruntung, karena sebelumnya rumahku sudah selesai di bangun meski belum 100%. Karena tidak membuat pesta besar, kami hanya memakai sedikit ruangan saja.

Malam itu ramai sekali, Ayu tak henti-hentinya tersenyum dan tertawa. Hingga, dia tampaknya kelelahan dan masuk kekamar duluan. Seharian, ibulah yang menemaninya, ibu juga yang mengantarnya kekamar.

Pagi hari, seperti biasa, ibu datang membawa susu hangat kekamar Ayu. Namun, saat pintu kamarnya dibuka, ibu tidak menemukan Ayu di kamarnya. Ibu menjerit memanggil namaku, aku dan bapak berlari dan mencari Ayu di seluruh rumah.

Karena terlalu khawatir, bapak lalu memanggil para warga untuk membantunya mencari Ayu. Sejak awal aku tahu Ayu menghilang, di fikiranku selaku terlintas bahwa jin itu lah dalang dibalik hilangnya Ayu. Aku langsung berlari menuju goa, berniat untuk masuk kedunia itu dan merebut kembali Ayu. Masa bodoh dengan apa yang terjadi nanti, yang terpenting, aku tidak membiarkan jin itu mengambil Ayu kembali.

Tapi, setelah sampai di goa, hanya jalan buntu yang bisa ku lihat. Jin itu sudah tau, bahwa aku juga dalang di balik kaburnya Ayu dan tau aku akan datang.

Aku kembali kerumah dengan langkah gontai, harus bagaimana lagi untuk menemukan Ayu kembali. Sementara jalan keluar masuk kedunia itu, sudah buntu dan tertutup.

🌷🌷🌷🌷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!