Titisan Makhluk Malam
Di malam yang dingin dan sepi, dimana semua orang sedang terbuai dalam mimpi. Seorang perempuan cantik tengah berlari dengan nafas terengah-engah. Pakaiannya basah karena peluh yang membanjiri tubuh dan wajahnya. Sesekali ia berhenti untuk sekedar menghirup udara sebanyak-banyaknya. Setelahnya ia kembali berlari menuju sebuah hutan yang terkenal angker.
Saat hampir tiba di pinggir hutan wanita cantik itu berhenti berlari. Ia mengusap peluh di wajahnya sekali lagi sambil menoleh ke belakang. Wanita cantik itu terkejut saat melihat puluhan pria yang tadi mengejarnya kini telah berada tak jauh darinya.
Sama seperti dirinya, para pria yang mengejar itu pun berhenti berlari. Kini mereka saling berhadapan dalam jarak lima meter saja. Kemudian terjadi lah percakapan antara wanita cantik bernama Bulan itu dengan para pria di hadapannya.
“ Ayo pulang Bulan...!” kata ayah Bulan yang bernama Sarlan dengan lantang.
“ Aku ga mau pulang. Bukan kah Ayah yang menyuruhku pergi, kenapa sekarang memintaku pulang...?” tanya Bulan tak mengerti.
“ Maafkan Ayahmu ini Nak. Ayah khilaf. Ayah ga bermaksud mengusirmu, Ayah cuma marah sebentar. Tolong jangan pergi ya Bulan...,” pinta Sarlan sambil melangkah perlahan mendekati Bulan.
Melihat sang ayah berjalan mendekatinya, Bulan pun mundur sambil mengembangkan telapak tangannya. Ia mengatakan sesuatu sebagai syarat jika ia diajak kembali ke rumah mereka.
“ Jangan mendekat Ayah, atau Aku akan nekad...,” ancam Bulan dengan tatapan serius.
Sarlan nampak menghentikan langkahnya sambil menelan salivanya dengan sulit. Sedangkan beberapa pria di belakang Sarlan tampak gelisah dan tak sabar dengan negosiasi yang dilakukan Sarlan dengan Bulan.
“ Katakan apa yang harus Ayah lakukan supaya Kamu mau ikut Kami pulang ke rumah. Apa Kamu ga kasian sama Ibumu, dia menangis terus sejak tadi sore...,” kata Sarlan mencoba mengetuk pintu hati putrinya itu.
Mendengar kata ibu membuat Bulan tersentuh dan nampak mulai goyah. Namun itu hanya sesaat, karena sesaat kemudian Bulan nampak menajamkan tatapannya itu.
“ Aku akan ikut Kalian asal Ayah bersedia merestui pernikahanku dengan Arnold...,” kata Bulan mengajukan syarat.
Ucapan Bulan mengejutkan semua orang termasuk Sarlan dan seorang pria muda bernama Arman yang merupakan tunangan Bulan.
“ Jangan main-main Bulan. Kamu sudah bertunangan dengan Nak Arman. Sebentar lagi Kalian juga akan menikah. Lalu kenapa mendadak Kamu berpaling sama laki-laki asing itu...?!” kata Sarlan marah.
“ Aku ga pernah mencintai Mas Arman Yah. Dia juga ga mencintai Aku. Pernikahan tanpa cinta ga akan berhasil dan malah akan menyakiti. Tolong jangan paksa Aku melakukan sesuatu yang tak kuinginkan Yah...,” sahut Bulan gusar.
“ Siapa yan bilang Aku tak mencintaimu Bulan. Aku mencintaimu, sejak dulu sampe detik ini. Jangan kambing hitamkan Aku untuk membenarkan tindakanmu ini Bulan...!” kata Arman tiba-tiba sambil melangkah mendekati Sarlan lalu berdiri tepat di sampingnya.
Mendengar ucapan Arman membuat Bulan tersenyum sinis. Ucapan yang sama yang telah diucapkan Arman saat lamaran resmi keluarganya kepada orangtua Bulan Minggu lalu.
Bulan tahu jika Arman hanya berpura-pura mencintainya. Bulan juga tahu jika Arman telah memiliki kekasih dan mereka berjanji untuk menikah. Tapi Bulan tak mengerti mengapa Arman berkata lain di depan warga dan kedua orangtua mereka.
“ Ga usah berpura-pura mencintaiku jika sebenarnya tak ada cinta untukku di hatimu Mas. Aku tau Kamu menjalin hubungan dengan Aini dan Kalian berencana menikah kan. Terus kenapa Kamu mengiyakan saat orangtuamu melamarku untukmu...?” tanya Bulan kesal.
“ Kamu salah paham Bulan, Aku dan Aini hanya berteman. Jangan cari alasan lagi dan membawa nama orang lain dalam masalah ini...,” sahut Arman salah tingkah karena khawatir semua mempercayai ucapan Bulan tadi.
“ Sebelum semuanya terlambat dan Kita saling menyakiti, lebih baik Kita akhiri saja semuanya dan jalani hidup Kita masing-masing. Aku akan menikah dengan Arnold dan Kamu bisa menikahi Aini. Kita bisa bahagia dan
ga perlu memikirkan perasaan orang lain kan Mas...,” kata Bulan sambil menatap Arman dengan lekat.
“ Jaga ucapanmu Bulan !. Sampai kapan pun Ayah ga akan merestui hubunganmu dengan pria kota itu. Bapak-bapak, tolong bawa Anak Saya kembali ke rumah sekarang...!” kata ayah Bulan lantang sambil menoleh kearah warga yang siaga di belakangnya.
“ Baik Pak...!” sahut warga bersamaan lalu merangsek maju menangkap Bulan.
Bulan yang kelelahan tak sanggup lagi menghindar. Dengan mudah para pria itu menangkapnya lalu membawanya dengan cara menggotong tubuhnya beramai-ramai. Jeritan Bulan terdengar namun para pria itu mengabaikan
begitu saja. Setelahnya Arman dan Sarlan berjalan di belakang rombongan pria yang menggotong tubuh Bulan.
Tanpa mereka sadari sepasang mata berwarna merah nampak mengamati dari balik rimbunnya pepohonan di hutan. Wajahnya nampak menyeringai marah saat melihat Bulan dibawa pergi oleh para pria itu. Pemilik sepasang mata itu nampak mendengus marah hingga urat di sekujur leher dan lengannya bermunculan.
Dengan kasar ia menyibak dedaunan bermaksud menghampiri para pria yang telah ‘menculik’ Bulan.
“ Sreekk..., sreeekk..., sreeekk...!”
Suara daun yang disibak dengan kasar berhasil menarik perhatian warga, Sarlan dan Arman. Mereka menghentikan langkah mereka lalu menoleh kearah hutan yang nampak gelap itu.
“ Suara apaan itu tadi...?” tanya salah seorang warga.
“ Ga tau, kayanya dari hutan sana...,” sahut warga lainnya.
“ Abaikan aja Pak, Kita pergi aja dari sini secepatnya...,” kata Arman yang mulai merasa gentar karena tak sengaja melihat sinar kemerahan dari dalam hutan yang ia yakini sebagai sepasang mata milik makhluk penghuni hutan larangan itu.
“ Sreeekk..., sreeekk...,” suara itu kembali terdengar.
Warga pun membulatkan mata saat melihat pepohonan di hutan itu bergerak dengan cepat seolah ada benda besar dan berat yang baru saja melintas di dekatnya. Apalagi ada sinar kemerahan laksana api yang mendekat seiring suara dengusan nafas yang terdengar berat dan menyeramkan.
Sementara itu Bulan yang juga menatap kearah hutan nampak menggelengkan kepalanya kearah makhluk pemilik sepasang mata merah itu seolah memberi tanda jika makhluk itu tak perlu keluar untuk menampakkan diri.
Entah mengapa makhluk yang mendengus marah itu nampak menuruti permintaan Bulan. Ia menghentikan langkahnya lalu diam sambil menatap Bulan dengan tatapan yang lembut ditandai dengan sinar merah yang meredup.
“ Bukan apa-apa. Ayo Kita tinggalkan tempat ini secepatnya...!” kata Sarlan hingga menyadarkan warga.
Warga pun mengangguk lalu membalikkan tubuh mereka dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Bulan yang tadi menjerit pun mendadak bisu. Walau sedikit aneh, namun warga tak mempertanyakan tingkah Bulan yang sangat berbeda itu.
Tanpa sepengetahuan siapa pun Bulan terus menatap kearah hutan dengan tatapan yang lembut dan senyum yang tersungging di bibirnya.
\=====
Arnold adalah pria tampan yang memiliki darah blasteran Polandia dan Indonesia. Postur tubuhnya tinggi besar, warna kulit dan wajah bule yang khas, membuatnya mudah dikenali.
Saat itu Arnold bersama ketiga orang temannya tengah liburan bersama dan tak sengaja melintas di desa itu. Karena mobil yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar, mereka memutuskan bermalam di desa itu. Mereka memilih tidur di gazebo yang berada di depan balai desa.
Pagi harinya mereka terkejut karena gazebo tempat mereka tidur telah dikerumuni oleh warga desa yang menatap mereka dengan tatapan curiga. Setelah teman Arnold menjelaskan penyebab mereka tidur di sana, para warga pun maklum lalu membubarkan diri.
“ Dimana Kami bisa dapat bensin untuk mobil Kami, Pak...?” tanya Arnold.
“ Ga ada yang jual bensin di sini Jang. SPBU paling deket jaraknya masih lima puluh kilo meter lagi dari sini...,” sahut salah seorang warga hingga mengejutkan Arnold dan ketiga temannya.
“ Apa Kami bisa minta tolong diantar pergi beli bensin Pak...?” tanya teman Arnold.
“ Mungkin Kalian bisa minta tolong sama supir Pak Lurah. Mobil Pak Lurah adalah satu-satunya kendaraan yang bisa keluar masuk desa dengan mudah. Kalo motor warga kebanyakan motor bodong yang ga bisa keluar dari wilayah desa karena surat-suratnya ga lengkap Jang. Atau Kalian bisa nunggu truk yang lewat untuk minta bantuan nanti...,” sahut warga hingga Arnold dan teman-temannya mengangguk tanda mengerti.
Sambil menunggu mobil yang bisa mereka tumpangi untuk membeli bahan bakar, mereka tinggal di desa itu untuk beberapa waktu. Arnold dan ketiga temannya berbaur dengan warga dan membantu warga mengerjakan
pekerjaan mereka. Dan di saat itu lah Arnold mengenal Bulan. Keduanya saling tertarik dan jatuh hati. Meski pun Arnold telah kembali ke kota, hubungan mereka tetap terjalin.
Bisa ditebak jika kedekatan Bulan dan Arnold ditentang oleh kedua orangtua Bulan yang memang telah mempersiapkan calon suami untuk Bulan. Saat mendengar tunangannya itu jatuh cinta pada pria lain membuat Arman yang semula tak begitu tertarik dengan Bulan pun berbalik mengejar Bulan yang kabur dari pernikahan mereka.
Dan akhir dari pelarian Bulan adalah ia dipaksa menikah dengan Arman. Menjelang hari pernikahannya Bulan sengaja dikurung di dalam kamar dan dijaga ketat. Bahkan Sarlan juga mengerahkan banyak orang untuk berjaga di sekeliling rumahnya.
Malam itu suasana rumah Sarlan mendadak sepi. Semua orang yang berjaga di sekeliling rumah nampak jatuh tertidur. Demikian pula dengan para wanita di dapur termasuk kedua orangtua Bulan.
Bulan nampak menoleh saat jendela kamarnya terbuka dan memperlihatkan sosok Arnold di sana. Ia tersenyum lalu menyambut uluran tangan Arnold.
“ Apa Kamu yakin akan ikut kemana pun Aku pergi...?” tanya Arnold dengan kedua mata yang menatap Bulan lekat.
Seperti terhipnotis Bulan menganggukkan kepalanya. Bulan terpesona dengan penampilan Arnold yang berbeda dari biasanya. Kulit putihnya nampak bercahaya, kedua bola matanya yang kebiruan itu nampak berkilat, wajah tampannya yang bule itu berkali-kali lipat terlihat lebih tampan dan misterius.
“ Iya. Tolong bawa Aku pergi Arnold...,” sahut Bulan lirih.
“ Baik. Setelah ini jangan menyesalinya Bulan, karena Aku tak akan pernah melepaskanmu apa pun yang terjadi...,” kata Arnold dingin.
Bulan mengangguk karena suaranya seolah hilang di tenggorokan karena tenggelam dalam pesona Arnold. Dengan sigap Arnold menggendong Bulan dan membawanya pergi. Arnold terus berlari menembus kegelapan malam tanpa pernah berhenti.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-02-02
1
Aya Vivemyangel
Mampir 🌷
2022-12-16
1
Siti komalasari
mampir kak lama gak buka akun kak ummi banyak novel baru...salam kenal kak ummi
2022-10-23
1