Arnold tengah menemani Bulan dan bayi mereka yang baru saja dilahirkan. Senyum terus menghiasi wajah Arnold saat melihat begitu kuat dan semangatnya sang anak menyusu. Bulan pun ikut tersenyum dan sesekali membisikkan sesuatu ke telinga bayinya.
“ Cepat lah besar, jadi Anak sholeh yang kuat dan tampan. Jangan lupa untuk selalu melindungi yang lemah dan mengalahkan yang zolim ya Orion...,” bisik Bulan hingga membuat Arnold tersenyum.
“ Jangan lupa cari pasangan yang cantik dan baik seperti Ibumu...,” kata Arnold menambahkan.
“ Kenapa ngomong gitu sih Ar. Dia kan masih bayi. Umurnya aja belum genap satu hari...,” protes Bulan.
“ Lho apa salahnya ngomong kaya gitu. Coba Kamu liat gimana tampannya dia. Aku yakin dia akan membuat hati gadis-gadis merana mendamba cintanya nanti...,” sahut Arnold sambil mengusap kepala bayinya dengan lembut.
“ Iya iya. Dia memang tampan. Tapi Aku ga mau dia hanya bisa tebar pesona dan menyakiti hati gadis-gadis di luar sana. Aku ingin dia tumbuh jadi Anak yang kuat, sholeh, bijaksana dan...,” ucapan Bulan terputus.
“ Dan yang penting dia akan selalu berada di sisimu untuk menjagamu dan melindungimu dari bahaya apa pun yang akan mengancam nanti...,” kata Arnold sambil mengecup kening Bulan hingga membuat sang istri terkejut lalu menatap kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
“ Bahaya apa lagi Ar. Bukan kah Kita udah lolos dari bahaya...?” tanya Bulan gusar.
“ Oh gapapa Sayang, Aku cuma asal ngomong aja kok tadi...,” sahut Arnold sambil mengecup pipi Bulan dengan sayang.
“ Jangan bohong Ar. Sampe kapan Kamu bakal bikin Aku cemas tiap kali Kamu keluar rumah. Terus darimana luka di tubuhmu ini ?. Apa Kamu berkelahi, sama siapa dan kenapa Ar...?” tanya Bulan beruntun.
Arnold nampak kesulitan menjawab. Satu sisi ia merasa sudah waktunya Bulan tahu semua tentang dirinya dan bahaya apa yang mengintai dia dan bayinya. Tapi sisi lainnya Arnold juga tak ingin berpisah dengan istri dan anaknya.
“ Jawab Ar. Kenapa juga Kita harus pindah ke sini. Apa terlalu bahaya jika Aku tetap bertahan di rumah Kita...?” tanya Bulan tak sabar.
“ Musuhku banyak dan mereka berencana menyakitimu dan bayi Kita. Itu makanya Aku minta George dan Matilda untuk menjagamu. Jangan tanya kenapa Aku memilih Matilda. Itu karena Aku tau Kamu ga akan nyaman kalo pergi
sama George aja. Selain itu Kalian juga cukup dekat, jadi Aku pilih dia...,” sahut Arnold.
“ Musuh apa Arnold. Siapa Kamu sebenernya hingga punya banyak musuh. Setauku hanya orang penting yang punya musuh di sana sini...,” kata Bulan tak suka.
“ Aku adalah Raja dari kumpulan manusia serigala di tanah ini...,” sahut Arnold cepat hingga membuat Bulan membulatkan matanya.
“ Raja...?” tanya Bulan tak percaya.
“ Iya...,” sahut aArnold cepat.
“ Jangan bercanda Ar. Mana ada Raja yang bisa seenaknya jalan ke sana kemari tanpa pengawalan...,” kata Bulan sambil tertawa kecil.
“ Aku selalu dikawal Sayang. Bukan hanya Aku, Kamu dan Anak Kita juga selalu dikawal. Mereka memang tak memperlihatkan diri di sekitar Kita, tapi Aku tau kehadiran mereka di sekitarku. Lihat lah...,” sahut Arnold sambil menunjuk ke sekelilingnya.
Bulan mengikuti arah yang ditunjuk suaminya dan terkejut. Ia melihat banyak penampakan manusia serigala di sekitarnya dengan posisi siaga. Tidak hanya pengawal pria, tapi beberapa juga pengawal wanita. Wujud asli mereka tak lagi membuat Bulan takut karena ia telah terbiasa melihat wujud lain Arnold, George dan Matilda.
“ Kenapa sebanyak ini. Apa mereka juga ada di sekitar Kita saat Kita melakukan itu...?” tanya Bulan setengah berbisik.
“ Tentu tidak. Saat Kita melakukan kegiatan pribadi mereka akan menyingkir. Tapi kalo hanya sekedar mandi dan berganti pakaian, mereka akan tetap mengawasi...,” sahut Arnold.
“ Maksudmu mereka melihatku tanpa busana...?!” tanya Bulan tak percaya.
“ Tenang lah Sayang. Yang mengikutimu saat kondisi seperti itu adalah pengawal wanita, sedangkan yang mengikuti Aku adalah pengawal laki-laki. Jadi Kamu ga usah malu...,” sahut Arnold sambil tersenyum.
“ Sampe kapan Kita akan terus diawasi seperti ini. Bisa kah Kita hidup normal seperti manusia lainnya...?” tanya Bulan.
Pertanyaan Bulan terdengar berupa keluhan di telinga Arnold dan itu membuat tekadnya makin kuat. Ia memang harus menjauhkan anak dan istrinya dari bahaya yang senantiasa mengintai.
“ Bisa. Sebentar lagi Kamu dan Orion akan bisa hidup normal seperti manusia lainnya...,” kata Arnold lirih.
“ Hanya Aku dan Orion ?. Terus Kamu ga ikutan...?” tanya Bulan tak mengerti.
“ Maaf Sayang. Posisiku menuntut Aku untuk tetap di sini. Selain itu Aku harus memastikan mereka ga mengejar Kalian. Aku akan minta George dan Matilda menemani dan menjaga Kalian nanti...,” sahut Arnold.
“ Jadi Kita... berpisah...?” tanya Bulan dengan air mata mengambang di kedua matanya.
“ Iya, tapi ini cuma sebentar. Setelah Aku selesai mengurus semuanya Aku akan menjemput Kalian dan Kita bisa hidup bersama lagi...,” sahut Arnold lalu memeluk Bulan erat.
“ Sebentar tuh berapa lama Ar ?. Bukannya dua ratus tahun juga Kamu bilang sebentar. Di duniaku seratus tahun itu lama Ar. Aku khawatir ga bisa mengenalimu saat Kau datang nanti karena Aku udah tua dan pikun. Atau yang lebih buruk justru Kita ga akan pernah bertemu lagi karena Aku keburu mati Ar...,” kata Bulan sambil terisak.
“ Jangan ngomong kaya gitu Sayang. Aku pasti datang untuk Kalian. Tolong, percaya lah padaku. Aku hanya ingin menyelamatkanmu dan Orion supaya Aku bisa melaksanakan tugasku dengan tenang. Setelah itu Kita bisa berkumpul sebagai keluarga. Hanya ada Aku, Kamu dan Anak Kita. Gimana Sayang...?” tanya Arnold dengan mimik serius.
Bulan nampak berpikir sejenak. Ia sadar jika tinggal bersama Arnold akan membahayakan nyawa bayinya. Jika nyawanya yang terancam ia tak peduli, tapi ia tak rela jika bayinya terluka oleh musuh-musuh Arnold.
“ Baik lah, Aku setuju. Lalu Kamu akan mengirimku kemana...?” tanya Bulan.
“ Ke tempat yang aman. George dan Matilda tau tempat itu. Kamu ga usah khawatir, tempat itu jauh dari sini. Sangat jauh hingga sulit ditemukan oleh mereka...,” sahut Arnold sambil menciumi bayinya.
“ Boleh kah Aku yang menentukan dimana Aku ingin tinggal...?” tanya Bulan hati-hati.
Arnold nampak menatap Bulan dengan lembut lalu menganggukkan kepalanya. Ia merasa Bulan berhak memilih tempat yang nyaman untuknya. Dan ia tak perlu khawatir karena George dan Matilda bersedia menjaga anak dan istrinya itu.
“ Dimana...?” tanya Arnold.
“ Di desa kelahiranku, dekat dengan orangtuaku...,” sahut Bulan lirih.
“ Kau yakin...?” tanya Arnold cemas.
Arnold tak sanggup membayangkan apa yang akan ditanggung Bulan nanti. Setelah memilih lari dari perjodohannya dengan Arman dulu, Bulan tak pernah tahu apa yang terjadi dengan kedua orangtuanya itu. Tapi Arnold tahu jika Sarlan dan istrinya bahkan telah menganggap Bulan meninggal dunia karena hilang tanpa pesan.
“ Iya Ar. Aku yakin orangtuaku ga akan menolak cucu laki-lakinya ini karena sejak dulu mereka menginginkan anak laki-laki. Apalagi Orionku ini tampan, kulitnya terang dan matanya biru seperti Ayahnya...,” sahut Bulan sambil memandangi bayinya.
“ Baik lah. Tapi George dan Matilda akan ikut denganmu dalam wujud manusia. Jika orangtuamu menolak mereka, maka Kau dan Orion ga bisa menetap di sana...,” kata Arnold tegas.
“ Setuju. Aku juga ga ingin jauh dari mereka...,” sahut Bulan mantap hingga membuat Arnold terharu.
Arnold kembali memeluk Bulan dengan erat. Ada rasa tak rela menyergap hatinya, namun ia terpaksa memilih jalan ini demi kebaikan anak dan istrinya.
\=====
Bulan membuka matanya saat George memberi perintah padanya untuk membuka mata. Ternyata saat itu mereka tengah berdiri di di tepi hutan larangan tak jauh dari desa, tempat yang menjadi tujuannya saat malam pelariannya dulu.
“ Kita udah sampe, cepet banget...,” kata Bulan tak percaya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
“ Begitu lah. Ingat Bulan, jangan lupa janjimu...,” kata George mengingatkan.
“ Iya George. Aku juga butuh Kalian karena Aku yakin ini ga akan semudah seperti saat Aku tinggal di sini dulu...,” sahut Bulan sambil tersenyum kecut.
“ Desamu cantik Bulan...,” puji Matilda sambil menatap takjub alam sekelilingnya.
“ Tentu saja. Aku jamin Kamu bakal betah di sini nanti Matilda...,” sahut Bulan sambil tersenyum.
Kemudian ketiganya melangkah perlahan menyusuri jalan desa. Warga desa yang berpapasan dengan Bulan pun terkejut dan salah seorang diantara mereka memberanikan diri menyapanya.
“ Bulan, Kamu Bulan kan...?” tanya salah satu warga.
“ Iya Pak. Saya Bulan...,” sahut Bulan sambil tersenyum.
“ Kamu..., ini Anakmu...?” tanya warga sambil menunjuk bayi dalam gendongan Bulan.
“ Iya, namanya Orion...,” sahut Bulan bangga.
Seolah tak peduli dengan keterkejutan warga di hadapannya, Bulan pun kembali melangkah dengan tenang menuju kediaman kedua orangtuanya. Mendengar jawaban Bulan tadi membuat warga gempar. Dalam sekejap kepulangan Bulan yang menggendong bayi berhasil mengalahkan menu sarapan pagi warga desa hari itu.
\=====
Sarlan dan istrinya sedang duduk di teras rumah saat beberapa warga mendatangi rumahnya dengan tergopoh-gopoh. Sepasang suami istri itu terkejut lalu bangkit menyambut kehadiran warga.
“ Ada apa Pak...?” tanya Sarlan panik.
“ Bulan pulang Pak Sarlan...!” sahut salah satu warga.
“ Bulan Anak Saya...?” tanya Sarlan ragu.
“ Betul Pak, tapi dia ga sendiri...,” sahut warga lagi.
“ Maksudnya gimana Pak...?” tanya istri Sarlan tak sabar.
Namun belum lagi warga membuka mulut, Bulan telah memasuki pekarangan rumah diikuti George dan Matilda. Sarlan dan istrinya nampak sangat terkejut. Mereka bahagia melihat Bulan masih hidup setelah setahun meninggalkan rumah. Sarlan nampak bergerak maju namun sang istri mendahuluinya. Ia langsung menghambur memeluk Bulan dan tangisnya pun pecah sesaat kemudian.
“ Bulan, Kamu pulang Nak...,” kata istri Sarlan dengan suara bergetar.
“ Maafin Aku ya Bu, maaf...,” sahut Bulan ikut menangis.
“ Gapapa Nak, Ibu maafin Kamu sejak dulu. Ibu kira Kamu mati tapi nyatanya Kamu masih hidup...,” kata sang ibu sambil menguarai pelukannya.
Mata sang ibu nampak membulat saat melihat bayi dalam gendongan Bulan.
“ Ini...,” ucapan sang ibu terputus saat Bulan memotong dengan cepat.
“ Anakku Bu. Dia laki-laki, namanya Orion...,” sahut Bulan sambil tersenyum lalu memperlihatkan bayinya yang terlelap dalam gendongannya itu.
“ Anakmu ?. Artinya ini..., Cucuku...?” tanya sang ibu dengan air mata berderai dan diangguki Bulan.
Mendengar jawaban Bulan membuat sang ibu kembali menangis namun kali ini menjadi tangis bahagia. Sarlan pun ikut tersenyum bahagia seolah melupakan semua yang pernah dilakukan Bulan.
Saat sang ayah mendekatinya Bulan pun mundur seolah takut sang ayah akan menyakitinya. Namun saat melihat Sarlan merentangkan kedua tangannya pertanda sang ayah ingin memeluknya, Bulan pun menangis lalu menghambur ke dalam pelukan sang ayah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Dewi
Ak kira anak nya cwe trnyta cwo krn dr sinopsis peran utama nya yg mndpt ttisan cwe kyk nya
2022-12-18
1
Herry Ruslim
bingung juga nih nantinya maser, manusia serigala ini diajarin ngaji juga atau nggak nih Thor,lucu aja...
2022-11-08
0
agha kertapati
semangat ukhti ditunggu kelanjutannya lagi yah besok.
2022-05-21
0