Menghilangnya Orion sempat menggemparkan warga desa. Dan saat mereka mengetahui jika Orion telah kembali ke rumah dengan selamat, mereka pun turut bersuka cita.
“ Jadi Orion ketemu dimana Pak...?” tanya salh satu warga kepada Sarlan.
“ Kata Bulan sih di pinggir hutan larangan Pak. Lagi nangis sendirian...,” sahut Sarlan.
“ Ya Allah kok bisa sih. Padahal Kita kan berkali-kali nyari ke sana tapi ga ketemu...,” kata warga.
“ Namanya juga hilang diculik dedemit, ya pasti ga keliatan lah sama manusia biasa kaya Kita Pak...,” sahut warga lainnya.
“ Terus balik ke rumah jam berapa Pak...?” tanya warga lainnya.
“ Dini hari sekitar jam dua pagi Pak...,” sahut Sarlan cepat.
“ Syukur lah. Yang penting Orion udah ketemu dan selamat ya Pak...,” kata warga lainnya sambil tersenyum.
“ Iya Pak. Saya dan Istri Saya sampe ga punya tenaga lagi buat nyari. Air mata juga rasanya udah abis buat nangisin Orion. Kami takut Orion hilang dan ga kembali lagi. Jujur Kami trauma karena Bulan kan juga pernah hilang dulu. Walau situasinya berbeda tapi Kami berharap Orion kembali dengan selamat. Hanya itu...,” sahut Sarlan sambil menatap jauh ke depan.
Di dalam rumah istri Sarlan nampak masih duduk di samping sang cucu yang sedang tidur tanpa mau bergeser sejengkal pun.
“ Orion ga bakal kemana-mana Bu, dia kan lagi tidur...,” kata Bulan setengah tertawa.
“ Iya Ibu tau. Kamu ga tau sih gimana rasanya hampir kehilangan Orion. Rasanya tuh lebih sakit dibandingkan kehilangan Kamu dulu. Soalnya saat itu Kamu kan udah dewasa dan Kami berharap Kamu bisa menemukan jalan pulang. Tapi beda sama Orion. Dia kan masih kecil, masih bayi lagi. Apa dia tau jalan pulang, terus gimana caranya dia bertahan hidup. Apa orang yang menemukannya nanti bisa memperlakukan Orion dengan baik atau ga. Wah pokoknya Ibu kalut banget deh...,” kata ibu Bulan sambil mengusap wajah Orion dengan lembut.
“ Maafin Aku ya Bu...,” bisik Bulan sambil memeluk sang ibu dengan erat.
“ Iya. Tolong jangan pergi lagi ya Nak. Semua kan bisa diomongin baik-baik dan ga harus pergi tanpa pamit kaya dulu...,” kata ibu Bulan sambil mengusap punggung Bulan dengan lembut.
“ Iya Bu...,” sahut Bulan sambil mengangguk.
Dalam hati Bulan berjanji tak akan menyakiti hati kedua orangtuanya lagi. Bulan bertekad akan membawa serta kedua orangtuanya itu jika terjadi sesuatu nanti.
\=====
Setelah hilangnya Orion yang sempat menggegerkan desa, kini desa kembali digemparkan dengan penemuan tubuh Arman di pinggir hutan. Kondisi Arman yang mengenaskan dengan leher yang terluka parah membuat warga mengira jika Arman menjadi korban serangan binatang buas. Beberapa warga nampak masih duduk di depan rumah orangtua Arman sambil membahas penemuan Arman.
“ Kok bisa-bisanya Arman ada di sana, ngapain sih...?” tanya salah satu warga bernama Harun.
“ Namanya juga pengangguran, mungkin iseng jadi masuk ke hutan nyari sesuatu yang ga ada...,” sahut Slamet.
“ Jangan-jangan Arman diserang binatang buas. Soalnya ada ceceran darah di belakangnya yang kalo ditelusuri mengarah ke rumah kecil yang ada di dalam hutan itu...,” kata Adang.
“ Betul juga. Nah pas masuk hutan dia diserang harimau terus lari ke dalam rumah itu untuk sembunyi. Setelah harimau itu pergi Arman baru berani keluar dan minta tolong sama warga yang kebetulan lewat...,” kata Slamet.
Warga yang mendengar analisa rekannya itu pun nampak menganggukkan kepala tanda mengerti.
Sementara itu di dalam rumah Arman sedang diobati oleh seorang dukun kepercayaan keluarga Arman. Sang dukun mengatakan jika luka yang diderita Arman bukan karena gigitan binatang buas.
“ Terus makhluk apa yang udah nyerang Arman Mbah...?” tanya ibu Arman.
“ Keliatannya makhluk jadi-jadian Bu...,” sahut sang dukun.
“ Maksudnya gimana ya Mbah...?” tanya ayah Arman tak mengerti.
“ Makhluk jadi-jadian itu makhluk setengah manusia setengah binatang Pak. Saya ga mencium ada bau binatang buas di badannya selain semut yang mengerubungi Arman. Itu pun karena darah yang mengalir dari lukanya itu udah hampir mengering...,” sahut sang dukun.
Mendengar jawaban sang dukun membuat kedua orangtua Arman terkejut. Mereka menyampaikan apa yang mereka dengar kepada warga yang masih duduk menunggu di depan rumah.
“ Kalo apa yang dibilang sama Mbah dukun itu benar, artinya Kita harus hati-hati dong Pak. Bisa aja makhluk jadi-jadian itu menyerang Kita. Yang mengkhawatirkan kalo yang diserang itu Anak-anak, kan kasian mereka...,” kata Adang gusar.
“ Betul tuh. Kalo yang dewasa sih masih bisa lari atau minta tolong. Tapi gimana sama Anak-anak, udah pasti mereka ketakutan dan cuma bisa nangis. Kalo ga ada yang nolongin ya mereka mati dong...,” sahut Harun sambil bergidik.
“ Ya Allah apalagi ini...,” kata ayah Arman sambil memijit keningnya.
“ Jangan cemas berlebihan lah. Kita ga bisa percaya sama omongan Mbah dukun seratus persen. Selama ini desa Kita kan aman dan baik-baik aja. Kok bisa tiba-tiba ada makhluk jadi-jadian karena Arman ditemukan di pinggir hutan, itu ga masuk akal lho Pak. Bisa aja Arman diserang binatang buas yang ada di hutan itu. Kalo mau tau cerita sesungguhnya ya nunggu Arman siuman lah bukan malah ngarang cerita yang ga logis. Namanya juga dukun, dia juga pasti nyari sesuatu untuk dijadiin bahan supaya jasanya dipake lagi. Apalagi sih ujungnya kalo ga uang. Sampe sini paham kan maksud Saya...?” tanya Slamet mencoba menenangkan warga.
Mendengar ucapan Slamet, warga pun saling menatap kemudian mengangguk tanda setuju. Mereka sepakat apa yang diucapkan sang dukun tak terbukti dan hanya untuk menakuti warga. Setelah memastikan kondisi Arman membaik, warga pun membubarkan diri dan meninggalkan rumah Arman.
\=====
Arman siuman setelah dua hari pingsan. Saat membuka mata ia melihat kedua orangtuanya dan para kerabat tengah duduk mengelilinginya sambil menatap cemas kearahnya.
“ Alhamdulillah Kamu udah bangun Nak...,” kata ibu Arman sambil mengusap air matanya lalu menyodorkan segelas air putih kearah Arman.
Arman meneguk air pemberian ibunya perlahan hingga tersisa setengah gelas lalu berusaha bangkit.
“ Apa yang Kamu rasain sekarang...?” tanya ayah Arman sambil membantu Arman duduk dan menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.
Arman nampak membuka mulut. Namun tak ada suara yang keluar dari mulutnya itu. Arman pun sulit menggerakkan tangan dan kakinya. Arman panik dan mulai mengeluarkan suara lenguhan hingga mengejutkan semua orang.
“ Ehh... ehh... ehh...,” kata Arman berulang-ulang dengan menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri seolah bertanya apa yang terjadi.
Melihat kondisi Arman membuat ibu Arman menangis. Kedua istri Arman pun nampak mematung di tempat karena bingung harus berbuat apa. Dati yang merupakan istri pertama Arman nampak berusaha menghibur Arman.
“ Sabar ya Mas, ga usah panik dulu. Mas Arman kan baru aja siuman. Ga usah banyak gerak atau bicara dulu. Nanti aja ceritanya ya, yang penting sekarang Mas Arman sembuh dulu...,” kata Dati dengan lembut.
Mendengar ucapan Dati membuat Arman tenang dan kembali memejamkan matanya. Orangtua dan kerabat Arman nampak salut dengan sikap lembut Dati yang berhasil menenangkan Arman.
“ Arman memang beruntung menikahi Kamu Dati. Ibu harap Kamu masih mau menjadi Istrinya dan merawatnya hingga sembuh meski pun dia sudah mengkhianati cintamu...,” kata ibu Arman lirih sambil menggenggam erat jemari Dati.
“ Ibu tenang aja. Dati ga akan kemana-mana. Dati akan menjaga dan merawat Mas Arman sampe dia sembuh nanti...,” sahut Dati sambil tersenyum.
Jawaban Dati membuat kedua orangtua Arman senang. Sedangkan istri muda Arman yang bernama Dewi nampak mencibir. Ia kesal karena membayangkan harus merawat Arman yang lumpuh itu.
“ Buat apa Aku bertahan sama laki-laki cacat itu. Lebih baik Aku cerai dan cari laki-laki lain yang masih normal dan sehat...,” gerutu Dewi sambil melangkah keluar rumah.
“ Mau kemana Kamu Dewi. Apa Kamu ga berniat merawat Suamimu yang sakit itu...?!” tanya ayah Arman dengan lantang.
“ Aku mau pergi Yah. Aku ga sudi ngerawat orang lumpuh. Aku masih muda dan cantik. Aku bisa dapatkan laki-laki yang lebih baik dari Mas Arman...,” sahut Dewi dengan sombong.
“ Dasar menantu kurang ajar. Sejak awal Aku tau Kau menjebak Anakku karena ingin menguasai harta keluarga Kami. Sekarang saat Anakku terkapar sakit Kau malah pergi...!” kata ayah Arman marah.
“ Ayah ga usah membentakku. Harusnya Ayah sadar, apa yang bisa dibanggain dari Mas Arman selain wajah ganteng dan harta keluarganya. Dia itu malas, pengangguran, kasar, mata keranjang lagi. Aku capek jadi Istrinya.
Lebih baik Aku kembalikan dia dan Kalian ga usah mengusikku lagi...!” sahut Dewi sambil berlalu.
“ Pergi sana. Ingat mulai sekarang Kau bukan lagi menantuku. Jangan berharap hartaku lagi karena Kau bukan lagi Istri Arman...!” kata ayah Arman kesal.
“ Iya, Aku juga ga akan kembali...!” sahut Dewi lantang.
Perdebatan ayah Arman dengan Dewi disaksikan kerabat dan para tetangga. Mereka menggelengkan kepala melihat sikap Dewi, wanita yang mengaku telah dilecehkan Arman dan memaksa untuk dinikahi oleh Arman itu.
\=====
Puluhan tahun kemudian.
Seorang gadis cilik berseragam putih merah tengah berjalan menyusuri trotoar. Wajahnya yang imut, dengan pipi chubynya membuatnya terlihat menggemaskan. Rambut keritingnya menjuntai acak dengan pita yang tersembul di
balik topi yang dikenakannya. Langkahnya terlihat santai. Sesekali ia nampak berhenti sambil mengamati lahan kosong yang ada di samping kiri trotoar.
Gadis cilik bernama Aruna itu nampak tersenyum sambil mengerjapkan matanya dengan lucu. Ia menghentikan aksinya saat seseorang memanggil namanya.
“ Aruna ngapain di sini...?” tanya seorang wanita yang merupakan pengasuh Aruna bernama Iza.
“ Lagi jalan...,” sahut Aruna cuek.
“ Kan Bibi udah bilang kalo Aruna jangan kemana-mana sampe Bibi jemput. Kok Aruna malah jalan duluan. Ntar kalo Aruna diculik orang gimana...?” tanya Iza kesal.
“ Ga ada yang bakal nyulik Aruna Bibi. Aruna kan punya teman yang jagain Aruna dari orang jahat...,” sahut Aruna sambil mengerucutkan bibirnya.
“ Oh ya, siapa. Mana orangnya...?” tanya Iza tak percaya.
“ Tuh, mereka ada di sana. Di sana juga...,” sahut Aruna sambil menunjuk kearah lahan kosong sambil tersenyum.
Mendengar ucapan Aruna membuat tengkuk Iza menebal. Iza memberanikan diri menatap kearah yang ditunjuk Aruna dan itu membuat udara di sekitarnya terasa lembab dan dingin seketika. Iza bergidik lalu dengan cekatan menggendong Aruna dan bergegas membawanya pergi dari tempat itu.
Aruna tersenyum sambil melambaikan tangannya kearah lahan kosong hingga membuat Iza mempercepat langkahnya tanpa mau menoleh lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Fitri Melay
kok sampai puluhan tahun gimana cerita
2022-12-22
1
joel
aruna adiknya arion,atau anaknya?atau malah jodoh nya,sok lanjut wae lah
2022-09-26
1
ASAL OYEG 77
siapa aruna?
2022-08-27
0