Hari-hari Arka dan Diana berjalan normal layaknya keluarga kecil lainnya. Pagi hari Arka berangkat ke kantor dan
kembali ke rumah menjelang Maghrib. Diana yang memutuskan resigan dari pekerjaannya akan menyibukkan diri dengan Aruna. Sedangkan Parmin dan Nurida akan datang untuk membantu Diana mengurus rumah dan memasak setiap hari lalu mereka kembali ke rumahnya saat sore hari.
Biasanya setelah Parmin dan Nurida pulang, Diana akan membawa Aruna duduk di sofa ruang tamu untuk menanti
kepulangan Arka. Namun suasana sore itu sedikit berbeda dari biasanya. Selama sebulan tinggal di rumah itu baru kali ini Aruna terlihat gelisah.
“ Kenapa Sayang, kok daritadi rewel terus sih. Mama capek gendong Kamu yang mulai berat ini, tapi Kamu ga mau ditaro di sofa...,” kata Diana sambil menatap Aruna dengan tatapan sayang.
“ Enngghh..., ennggghh...,” sahut Aruna seolah mengerti keluh kesah Diana.
“ Aruna kenapa, sakit ya. Apa yang sakit, perut atau kepala...?” tanya Diana sambil menyentuh perut dan kepala Aruna bergantian.
Saat itu tiba-tiba Diana merasakan angin berhembus sangat kencang hingga menerbangkan gorden jendela dan taplak meja. Bahkan pajangan mini yang ada di atas lemari pun jatuh ke lantai dan pecahannya berhamburan di lantai. Diana segera mengeratkan pelukannya sambil berdzikir untuk menenangkan Aruna yang menangis karena terkejut. Sesekali Diana menatap keluar jendela untuk melihat langit malam yang gelap dan mencekam sambil tak henti berdzikir.
“ Laa haula wala quwwata ilaa billahil aliyyil adziim. Jangan takut ya Nak, Mama di sini sama Kamu. Mama ga akan biarin Kamu sendirian seperti Mama dulu...,” kata Diana sambil memejamkan matanya.
Diana kembali teringat saat masih tinggal di panti asuhan. Diana harus melewati rasa takutnya seorang diri saat hujan disertai petir dan angin besar datang. Biasanya Diana akan meringkuk di sudut kamar bahkan tak jarang Diana harus menghibur teman sepanti yang ketakutan rumah yang mereka tempati akan roboh tertiup angin.
Tak lama kemudian Diana membuka mata saat merasakan angin kencang yang tadi bertiup telah reda. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah untuk memastikan tak ada satu pun yang rusak akibat terjangan angin besar tadi.
Diana mengerutkan keningnya saat melihat kondisi rumah baik-baik saja. Ia juga menatap nanar pajangan mini yang dilihatnya hancur tadi justru tengah bertengger manis di atas lemari dalam keadaan utuh. Diana juga mendapati gorden jendela yang tadi tersibak juga taplak meja yang terbang entah kemana masih berada di tempatnya masing-masing dan dalam keadaan yang sama seperti semula.
“ Kok semuanya masih utuh, di luar juga ga hujan. Terus angin darimana yang kaya badai itu datang...?” gumam Diana sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Saat Diana masih dilanda kebingungan, tiba-tiba Diana mendengar suara ramai dari bagian dalam rumahnya seolah sedang ada pesta. Diana memberanikan diri melangkah ke ruang tengah karena penasaran dengan apa yang didengarnya tadi. Namun saat Diana tiba di ambang pintu ruang tengah, suara itu mendadak hilang. Diana yang merasakan tengkuknya menebal pun segera kembali ke ruang tamu sambil mempererat pelukannya pada Aruna.
Saat Diana duduk kembali di atas sofa, tiba-tiba suara itu kembali terdengar bahkan lebih jelas. Diana yang merasa tertantang pun akhirnya kembali beranjak mendatangi asal suara.
Kedua mata Diana membulat saat melihat banyak orang di ruang tengah. Mereka yang kebanyakan orang bule berpakaian seperti pakaian jaman kolonial nampak sedang berdansa mengikuti alunan life musik yang dibawakan pemusik di sudut ruangan. Diana mematung di tempat saat beberapa orang diantara ‘orang bule’ itu menoleh kearahnya dengan tatapan tajam.
Diana mundur dengan tubuh gemetar. Entah mengapa Diana merasa jika tatapan mereka sangat tak bersahabat. Bahkan salah satu diantara mereka menunjuk kearah Aruna dan itu membuat Diana takut jika mereka akan menyakiti Aruna.
Namun langkah Diana terhenti saat sebuah tangan menyentuh pundaknya, terasa dingin dan berat. Diana menoleh perlahan dan mendapati pria bule di belakang kepalanya tengah tersenyum. Wajah pria itu nampak pucat seolah tak ada darah yang mengalir di tubuhnya. Meski takut Diana mencoba tersenyum namun hanya sesaat karena detik berikutnya Diana jatuh pingsan karena tak kuasa menahan takut.
Diana terbangun saat merasakan sentuhan tangan hangat di pipinya disertai suara Arka yang memanggil namanya berulang kali. Diana pun membuka matanya perlahan dan mendapati Arka di hadapannya.
“ Arka...,” panggil Diana lirih.
“ Alhamdulillah..., akhirnya Kamu bangun juga Sayang. Tidur atau pingsan sih, dibangunin daritadi kok ga bangun juga...,” kata Arka sambil tersenyum.
“ Ini dimana. Aruna..., mana Aruna...?” tanya Diana sambil berusaha bangkit dari tidurnya.
“ Aruna ada di samping Kamu lagi ngeliatin Kamu tuh...,” sahut Arka cepat hingga membuat Diana menoleh dan terkejut.
Bagaimana tidak. Saat ini Diana tengah berada di atas tempat tidur dengan Aruna yang nampak tengah bermain di sampingnya sambil menggenggam ujung blouse yang dipakai Diana.
“ Aruna pasti kesel ngeliat Mamanya tidur, makanya dia berusaha bangunin Kamu tapi sayangnya usahanya gagal...,” kata Arka sambil tertawa.
“ Kok Aku di sini sih Ka, bukannya tadi Aku ada di...,” ucapan Diana terputus karena Arka memotong dengan cepat.
“ Pas Aku pulang Kamu emang udah di sini kok Di, lagi tidur dikelonin Aruna...,” kata Arka sambil meraih Aruna dan menciumi pipinya dengan gemas.
“ Tidur, tapi Aku ga tidur Ka. Aku pingsan karena Aku takut ngeliat hantu di ruang tengah...,” kata Diana sambil mencekal tangan Arka.
“ Kamu ngomong apa sih Sayang, Kamu mimpi kali. Makanya kalo mau Maghrib jangan tidur, pamali. Tuh buktinya Kamu rep-repan kan...,” sahut Arka lalu turun dari tempat tidur sambil menggendong Aruna.
“ Rep-repan itu apa Ka...?” tanya Diana.
“ Rep-repan itu ketindihan. Perasaan antara sadar dan ga sadar didekati hantu atau makhluk halus gitu lah Di. Biasanya dialami menjelang tidur atau menjelang Maghrib kaya gini...,” sahut Arka yang diangguki Diana.
“ Ini belum Maghrib Ka...?” tanya Diana tak percaya sambil mengekori Arka yang melangkah keluar kamar.
“ Belum, sebentar lagi...,” sahut Arka.
“ Tapi tadi langit udah gelap banget lho Ka...,” kata Diana tak mau kalah.
“ Sayang udah ya. Coba liat keluar deh, matahari baru aja terbenam dan langit masih keliatan terang kok. Kamu capek ya, makanya ketiduran sebelum Maghrib. Tapi usahain jangan tidur kalo mau Maghrib ya Sayang, ga
baik...,” kata Arka sambil duduk di atas sofa.
Ucapan Arka membuat Diana mematung di tempat sambil menatap keluar jendela. Ia terkejut karena melihat suasana temaram di luar rumah pertanda senja baru saja tiba. Kemudian Diana menatap sekeliling ruangan seolah
mencari sesuatu.
“ Cari apa...?” tanya Arka.
“ Pemain musik...,” sahut Diana cepat lalu duduk di samping Arka.
Mendengar jawaban Diana membuat Arka menggelengkan kepalanya. Arka menganggap jika Diana masih terpengaruh mimpinya tadi. Sedangkan Diana yakin jika apa yang ia lihat dan alami tadi bukan mimpi.
Saat Diana membuka mulut untuk menceritakan apa yang dialaminya tadi, adzan Maghrib berkumandang. Arka pun menyerahkan Aruna kepada Diana karena harus bersiap untuk sholat Maghrib berjamaah di musholla.
“ Papa sholat Magrib dulu ya, Aruna sama Mama di rumah...,” kata Arka sambil mencium pipi Diana dan Aruna bergantian lalu beranjak ke kamar untuk mengambil sajadah.
Diana hanya menatap punggung Arka yang menjauh sambil mengeratkan pelukannya pada Aruna. Kemudian Diana menatap kedua mata Aruna sambil bertanya.
“ Yang Kita liat dan alami tadi bukan mimpi kan Sayang. Itu nyata kan...?” tanya Diana sambil mengguncang tubuh Aruna hingga bayi mungil itu tertawa.
Diana nampak menghela nafas panjang karena sadar Aruna tak akan bisa menjawab pertanyaannya tadi. Diana kembali menatap Aruna karena ingat bayi itu tak menangis sama sekali saat melihat penampakan kumpulan hantu yang tengah berpesta tadi. Entah mengapa Diana merasa tengkuknya kembali menebal saat melihat Aruna tersenyum penuh makna kearah sudut ruangan seolah sedang melihat seseorang di sana.
“ Aruna liat apa Sayang, ada apa di sana...?” tanya Diana lirih.
Aruna tak menjawab selain hanya menunjuk ke sudut ruangan dengan tangan mungilnya itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Jupiter Pinter
bacanya sambil merinding juga denger ceritanya
2022-12-09
1
Jupiter Pinter
Aruna anak nya asyik ceria
2022-12-08
1
Upeh
BeDa JuDuLkAh iNi ThOr??
2022-11-15
1