Lagi-lagi Bulan menjerit ketakutan saat Arman berhasil merobek gaunnya di bagian atas hingga memperlihatkan belahan dadanya. Bulan berusaha lari namun dengan beringas Arman berhasil mencekal tangannya lalu menariknya hingga Bulan jatuh terjerembab ke dalam pelukan Arman.
Arman berusaha mencium Bulan meski pun Bulan terus meronta dan mengalihkan wajahnya kearah lain.
“ Lepaskan Aku brengs*k...!” maki Bulan lalu menampar wajah Arman dengan satu tangannya yang tak dicekal Arman.
Tamparan keras Bulan membuat pipi Arman merah dan panas. Itu membuat iblis dalam tubuh Arman makin beringas. Ia tak lagi menghiraukan sekelilingnya dan terus berusaha melecehkan Bulan. Arman seolah lupa jika ada
anak kecil yang tengah menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dan amarah.
Rupanya Orion siuman dari pingsannya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Arman berusaha ‘menyentuh’ ibunya. Sedangkan Bulan terus menjerit dan nampak kewalahan menghadapi Arman yang tengah dirasuki iblis itu. Bulan pun jatuh ke lantai dengan posisi Arman yang menind*h tubuhnya.
Melihat hal itu membuat Orion kecil marah. Diiringi lolongan serigala di kejauhan Orion pun merangsek maju menyerang Arman. Orion berhasil naik ke atas punggung Arman lalu memukulinya dengan kedua tangan mungilnya itu. Sayangnya hal itu tak mempengaruhi Arman sama sekali. Kesal melihat Arman yang masih saja mengungkung sang ibu, Orion pun menggigit tengkuk Arman hingga membuat Arman menjerit kesakitan lalu menghentikan aksinya sambil menarik tubuh mungil Orion dan melemparnya ke lantai. Jeritan Bulan pun menggema saat tubuh mungil Orion membentur lantai dengan suara berdebum.
“ Orion...!” panggil Bulan histeris sedangkan Arman nampak memegangi tengkuknya yang terluka oleh gigitan Orion tadi.
Bulan berhasil bangkit dan mendorong tubuh Arman hingga pria itu jatuh terjengkang ke lantai. Kemudian Bulan berlari menghampiri Orion. Meski pun Orion berhasil menggagalkan usaha Arman untuk mencium ibunya, namun
apalah artinya tenaga anak kecil berusia dua tahun dibandingkan dengan tenaga Arman yang tengah dirasuki iblis itu.
Arman kembali menangkap Bulan lalu membawanya menjauh dari Orion. Bulan menangis saat merasakan dirinya tak berdaya menyelamatkan diri apalagi membantu Orion. Kini Bulan hanya bisa memejamkan mata berharap satu
keajaiban datang. Sedangkan Arman dengan beringas berusaha menuntaskan hasratnya itu dan terus menarik pakaian Bulan yang tersisa.
Di saat genting itu lah perubahan terjadi pada Orion. Sinar bulan purnama yang menerobos masuk ke dalam ruangan melalui jendela menyentuh tubuh mungil Orion dan membuatnya menggeliat. Sedetik kemudian perubahan besar juga terjadi pada sosoknya.
Kedua bola mata Orion yang berwarna biru perlahan berubah menjadi merah. Wajah imutnya juga berubah menjadi wajah serigala lengkap dengan moncong dan gigi taringnya. Kemudian sekujur tubuh Orion perlahan ditumbuhi bulu dengan kuku runcing dan panjang menghiasi jari tangan dan kakinya.
Orion bangkit dari posisi berbaringnya lalu menggeram marah. Sesaat kemudian sosok jelmaan Orion itu pun menyerang Arman dengan brutal.
Sosok manusia serigala cilik itu mencabik punggung Arman dengan cakarnya hingga membuat Arman menjerit sambil menegakkan tubuhnya dengan kepala yang mendongak ke atas. Saat itu lah sosok jelmaan Orion itu pun
menggigit leher Arman tepat di bagian tenggorokan hingga membuat Arman terkapar dengan leher bersimbah darah. Jeritan Arman tenggelam begitu saja karena gigitan sosok jelmaan Orion telah merobek pita suaranya hingga ia tak bisa lagi bersuara.
Bulan membuka matanya dan melihat sosok manusia serigala cilik yang ia yakini sebagai jelmaan Orion tengah berada di atas tubuh Arman sambil menggigit lehernya. Bulan pun bangkit dan menjauh lalu meraih kain gorden pintu untuk menutupi tubuhnya yang tersingkap itu.
“ Or... Orion. Cukup Nak, kemari lah...,” panggil Bulan dengan suara bergetar.
Sosok jelmaan Orion pun menghentikan aksinya lalu menoleh kearah Bulan. Setelahnya ia melompat kearah Bulan lalu masuk ke dalam pelukannya. Arman nampak membulatkan matanya melihat sosok iblis yang telah melukainya itu kini nampak bersandar nyaman di dalam pelukan Bulan.
“ Ib... lis. Dia a...nak iblis...,” kata Arman sambil menunjuk kearah sosok jelmaan Orion dengan telunjuknya yang bergetar dan tanpa suara. Hanya bibirnya saja yang bergerak seolah mengucapkan sesuatu.
Mendengar ucapan Arman membuat Bulan marah lalu melempar kursi kayu kearah Arman hingga mengenai kepala Arman.
“ Jangan hina Anakku Arman. Kau lah yang iblis yang sesungguhnya...!” kata Bulan lantang dengan sorot mata tajam.
Arman tak bisa menjawab selain meringkuk menahan sakit. Darah yang mengalir dari luka di lehernya membuat tubuh Arman mengejang. Melihat darah yang mengalir itu membuat naluri pembunuh dalam diri manusia serigala
jelmaan Orion pun bangkit. Ia nampak menggeram sambil menatap nanar kearah darah yang keluar dari leher Arman itu dengan tatapan lapar.
“ Aarrrggghhh...!” begitu lah suara geraman sosok jelmaan Orion hingga membuat nyali Arman menciut.
“ Jangan Nak. Jangan turuti keinginanmu itu. Liat Ibu Orion. Kamu adalah manusia sejati. Manusia sejati tak suka darah manusia lainnya. Ma... nu... sia se... ja... ti...,” kata Bulan tegas sambil menahan wajah Orion agar tetap fokus menatap matanya.
Perlahan namun pasti sosok manusia serigala dalam pelukan Bulan itu pun berubah menjadi manusia biasa. Bulan nampak tersenyum sambil mengucap syukur lalu memeluk Orion erat. Nafas Orion nampak memburu dan tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan sang ibu.
“ Iya Sayang, ini Ibu. Sssttt..., tenang lah Nak, Kamu aman bersama Ibu...,” bisik Bulan sambil menimang Orion yang kini polos tanpa busana karena pakaiannya koyak saat ia berubah menjadi manusia serigala tadi.
Dengan susah payah Bulan bangkit sambil menggendong Orion. Saat melintas di depan tubuh Arman, pria itu mencekal pergelangan kakinya hingga membuat Bulan terkejut.
“ Lepaskan Arman. Atau Aku suruh Anakku ini menghabisimu sekalian...,” ancam Bulan dengan tatapan marah sedangkan Orion nampak menyeringai dalam posisi siap menerkam.
“ Jangan tinggalkan Aku sendirian, tolong Aku Bulan...,” kata Arman dengan isyarat bibir dan tangan tanpa suara.
Bulan nampak tersenyum penuh makna. Ia menggeleng dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah itu sambil menggendong Orion.
Perjalanan Bulan terhenti saat tiga manusia serigala menghadang langkahnya. Bulan nampak tersenyum lalu menangis. Tiga manusia serigala jelmaan Arnold, George dan Matilda itu perlahan berubah lalu menghampiri Bulan yang tengah menangis itu.
Arnold langsung meraih Orion dari gendongan istrinya lalu mendekap keduanya erat. Ia mengerti apa yang terjadi dan berusaha menenangkan Orion yang ikut menangis.
“ Ayah..., Om itu nakal...,” kata Orion sambil menunjuk ke dalam hutan.
Mendengar ucapan Orion membuat Arnold, George dan Matilda terkejut lalu menatap kearah hutan yang gelap. Bulan nampak menggelengkan kepalanya untuk mencegah tindakan brutal Arnold dan kedua sepupunya itu.
“ Ga usah ke sana. Orion udah ngasih dia pelajaran yang ga bakal bisa dia lupain seumur hidupnya...,” kata Bulan.
“ Siapa dia Sayang...?” tanya Arnold sambil menatap kain yang menutupi tubuh Bulan dengan tatapan curiga.
“ Arman...,” tebak George dan Matilda yang diangguki Bulan.
“ Dia lagi. Sejak lama Aku ingin memberinya sedikit tanda persahabatan. Akhirnya dia sendiri yang datang menyerahkan diri...,” kata Arnold geram lalu bersiap melompat tapi dihalangi Bulan.
“ Kumohon jangan Sayang. Jangan kotori tanganmu dengan darah bajingan itu. Anak Kita udah memberinya tanda seperti yang Kamu inginkan...,” kata Bulan sambil memeluk Arnold erat.
“ Oh ya. Tanda apa yang diberikan oleh jagoan cilikku ini, Aku jadi penasaran. Biarkan Aku melihat ke sana Sayang. Aku janji hanya melihat dan ga bakal melakukan yang lain...,” janji Arnold sambil menatap Bulan dengan tatapan lembut.
Bulan nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju. Kemudian mereka memutuskan kembali ke rumah di dalam hutan tempat Arman menyekap Orion dan hampir melecehkan Bulan tadi.
Dari ambang pintu yang terbuka mereka bisa melihat Arman yang sekarat di lantai rumah dengan luka menganga di lehernya. Wajah Arman terlihat memucat dan tubuhnya bergetar hebat. Melihat darah yang menggenang di sekitar tubuh Arman membuat naluri membunuh dalam tubuh Orion kembali bangkit. Ia terlihat gelisah dan siap melompat menerkam Arman.
“ Aarrrgghhh...!” suara geraman Orion kembali terdengar dan membuat Arnold, George dan Matilda tersenyum.
“ Sabar Nak. Jangan kotori tubuhmu dengan darah manusia hina itu. Belajar lah mengendalikan dirimu karena mangsa Kita sesungguhnya bukan manusia...,” kata Arnold sambil membawa Orion menjauh dari rumah itu.
“ Ayo Kita pergi dari sini Bulan...,” ajak Matilda sambil merengkuh pundak Bulan.
“ Terus gimana Arman. Apa Kita akan membiarkan dia dalam keadaan seperti itu. Bisakah membuatnya menemui kematian dengan cepat...?” tanya Bulan.
Mendengar pertanyaan Bulan membuat Arnold menghentikan langkahnya lalu tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu yang membuat Bulan mengerti.
“ Aku senang Kamu masih dalam kewarasanmu Sayang. Tapi jangan bunuh dia. Biarkan dia merasakan penderitaan itu hingga malaikat maut sendiri yang datang menjemputnya nanti. Anggap aja itu sebagai hukuman karena telah berani menyakiti Anak dan Istriku...,” kata Arnold dingin.
“ Kamu ga usah khawatir dia akan menceritakan apa yang dilihatnya tadi kepada orang lain Bulan. Pita suaranya putus dan sebagian tubuhnya akan lumpuh. Itu akan menyulitkan dia bicara dan menceritakan apa yang dialaminya tadi...,” kata George menambahkan.
“ Separah itu...?” tanya Bulan tak percaya.
“ Iya. Anakmu ini memang hebat Bulan...,” sahut George sambil tersenyum lalu meraih Orion dari gendongan Arnold.
“ Udah ya, Kita ngobrol di tempat lain aja bisa ga. Aku merasa pusing melihat darah sebanyak itu...,” kata Matilda sambil memijit keningnya perlahan.
Ucapan Matilda membuat Arnold, George dan Bulan tertawar. Mereka tahu jika Matilda juga tengah berusaha mengendalikan diri untuk tidak menggigit Arman. Sesaat kemudian mereka melesat cepat meninggalkan hutan itu. Bulan pun memejamkan matanya saat Arnold menggendong tubuhnya lalu membawanya berlari cepat. Bulan tersenyum diam-diam sambil mengingat kembali pelariannya beberapa tahun yang lalu.
“ Bagaimana Sayang, apa Kamu ingat posisi ini...?” tanya Arnold.
“ Tentu Sayang, Aku ga akan pernah lupa itu. Kenangan indah yang membuat Kita memiliki Orion sekarang...,” sahut Bulan sambil mencium pipi Arnold dengan lembut.
“ Ck, jangan memancingku Sayang. Ini masih jauh dari rumah...,” kata Arnold sambil berdecak sebal hingga membuat Bulan tertawa.
Saat tiba di rumah Sarlan dan istrinya menyambut kepulangan Orion dengan tangis bahagia. Mereka nampak shock mengetahui Orion ditemukan di pinggir hutan. Sedangkan Orion nampak membisu saat sang nini bertanya beberapa hal. Rupanya Arnold telah meniupkan mantra ke kepala Orion agar bocah cilik itu lupa dengan kejadian buruk yang ia alami malam itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Styaningsih Danik
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2022-06-27
0
Styaningsih Danik
👍
2022-06-27
0
Styaningsih Danik
👍👍👍👍👍👍👍
2022-06-27
0