Di malam yang dingin dan sepi, dimana semua orang sedang terbuai dalam mimpi. Seorang perempuan cantik tengah berlari dengan nafas terengah-engah. Pakaiannya basah karena peluh yang membanjiri tubuh dan wajahnya. Sesekali ia berhenti untuk sekedar menghirup udara sebanyak-banyaknya. Setelahnya ia kembali berlari menuju sebuah hutan yang terkenal angker.
Saat hampir tiba di pinggir hutan wanita cantik itu berhenti berlari. Ia mengusap peluh di wajahnya sekali lagi sambil menoleh ke belakang. Wanita cantik itu terkejut saat melihat puluhan pria yang tadi mengejarnya kini telah berada tak jauh darinya.
Sama seperti dirinya, para pria yang mengejar itu pun berhenti berlari. Kini mereka saling berhadapan dalam jarak lima meter saja. Kemudian terjadi lah percakapan antara wanita cantik bernama Bulan itu dengan para pria di hadapannya.
“ Ayo pulang Bulan...!” kata ayah Bulan yang bernama Sarlan dengan lantang.
“ Aku ga mau pulang. Bukan kah Ayah yang menyuruhku pergi, kenapa sekarang memintaku pulang...?” tanya Bulan tak mengerti.
“ Maafkan Ayahmu ini Nak. Ayah khilaf. Ayah ga bermaksud mengusirmu, Ayah cuma marah sebentar. Tolong jangan pergi ya Bulan...,” pinta Sarlan sambil melangkah perlahan mendekati Bulan.
Melihat sang ayah berjalan mendekatinya, Bulan pun mundur sambil mengembangkan telapak tangannya. Ia mengatakan sesuatu sebagai syarat jika ia diajak kembali ke rumah mereka.
“ Jangan mendekat Ayah, atau Aku akan nekad...,” ancam Bulan dengan tatapan serius.
Sarlan nampak menghentikan langkahnya sambil menelan salivanya dengan sulit. Sedangkan beberapa pria di belakang Sarlan tampak gelisah dan tak sabar dengan negosiasi yang dilakukan Sarlan dengan Bulan.
“ Katakan apa yang harus Ayah lakukan supaya Kamu mau ikut Kami pulang ke rumah. Apa Kamu ga kasian sama Ibumu, dia menangis terus sejak tadi sore...,” kata Sarlan mencoba mengetuk pintu hati putrinya itu.
Mendengar kata ibu membuat Bulan tersentuh dan nampak mulai goyah. Namun itu hanya sesaat, karena sesaat kemudian Bulan nampak menajamkan tatapannya itu.
“ Aku akan ikut Kalian asal Ayah bersedia merestui pernikahanku dengan Arnold...,” kata Bulan mengajukan syarat.
Ucapan Bulan mengejutkan semua orang termasuk Sarlan dan seorang pria muda bernama Arman yang merupakan tunangan Bulan.
“ Jangan main-main Bulan. Kamu sudah bertunangan dengan Nak Arman. Sebentar lagi Kalian juga akan menikah. Lalu kenapa mendadak Kamu berpaling sama laki-laki asing itu...?!” kata Sarlan marah.
“ Aku ga pernah mencintai Mas Arman Yah. Dia juga ga mencintai Aku. Pernikahan tanpa cinta ga akan berhasil dan malah akan menyakiti. Tolong jangan paksa Aku melakukan sesuatu yang tak kuinginkan Yah...,” sahut Bulan gusar.
“ Siapa yan bilang Aku tak mencintaimu Bulan. Aku mencintaimu, sejak dulu sampe detik ini. Jangan kambing hitamkan Aku untuk membenarkan tindakanmu ini Bulan...!” kata Arman tiba-tiba sambil melangkah mendekati Sarlan lalu berdiri tepat di sampingnya.
Mendengar ucapan Arman membuat Bulan tersenyum sinis. Ucapan yang sama yang telah diucapkan Arman saat lamaran resmi keluarganya kepada orangtua Bulan Minggu lalu.
Bulan tahu jika Arman hanya berpura-pura mencintainya. Bulan juga tahu jika Arman telah memiliki kekasih dan mereka berjanji untuk menikah. Tapi Bulan tak mengerti mengapa Arman berkata lain di depan warga dan kedua orangtua mereka.
“ Ga usah berpura-pura mencintaiku jika sebenarnya tak ada cinta untukku di hatimu Mas. Aku tau Kamu menjalin hubungan dengan Aini dan Kalian berencana menikah kan. Terus kenapa Kamu mengiyakan saat orangtuamu melamarku untukmu...?” tanya Bulan kesal.
“ Kamu salah paham Bulan, Aku dan Aini hanya berteman. Jangan cari alasan lagi dan membawa nama orang lain dalam masalah ini...,” sahut Arman salah tingkah karena khawatir semua mempercayai ucapan Bulan tadi.
“ Sebelum semuanya terlambat dan Kita saling menyakiti, lebih baik Kita akhiri saja semuanya dan jalani hidup Kita masing-masing. Aku akan menikah dengan Arnold dan Kamu bisa menikahi Aini. Kita bisa bahagia dan
ga perlu memikirkan perasaan orang lain kan Mas...,” kata Bulan sambil menatap Arman dengan lekat.
“ Jaga ucapanmu Bulan !. Sampai kapan pun Ayah ga akan merestui hubunganmu dengan pria kota itu. Bapak-bapak, tolong bawa Anak Saya kembali ke rumah sekarang...!” kata ayah Bulan lantang sambil menoleh kearah warga yang siaga di belakangnya.
“ Baik Pak...!” sahut warga bersamaan lalu merangsek maju menangkap Bulan.
Bulan yang kelelahan tak sanggup lagi menghindar. Dengan mudah para pria itu menangkapnya lalu membawanya dengan cara menggotong tubuhnya beramai-ramai. Jeritan Bulan terdengar namun para pria itu mengabaikan
begitu saja. Setelahnya Arman dan Sarlan berjalan di belakang rombongan pria yang menggotong tubuh Bulan.
Tanpa mereka sadari sepasang mata berwarna merah nampak mengamati dari balik rimbunnya pepohonan di hutan. Wajahnya nampak menyeringai marah saat melihat Bulan dibawa pergi oleh para pria itu. Pemilik sepasang mata itu nampak mendengus marah hingga urat di sekujur leher dan lengannya bermunculan.
Dengan kasar ia menyibak dedaunan bermaksud menghampiri para pria yang telah ‘menculik’ Bulan.
“ Sreekk..., sreeekk..., sreeekk...!”
Suara daun yang disibak dengan kasar berhasil menarik perhatian warga, Sarlan dan Arman. Mereka menghentikan langkah mereka lalu menoleh kearah hutan yang nampak gelap itu.
“ Suara apaan itu tadi...?” tanya salah seorang warga.
“ Ga tau, kayanya dari hutan sana...,” sahut warga lainnya.
“ Abaikan aja Pak, Kita pergi aja dari sini secepatnya...,” kata Arman yang mulai merasa gentar karena tak sengaja melihat sinar kemerahan dari dalam hutan yang ia yakini sebagai sepasang mata milik makhluk penghuni hutan larangan itu.
“ Sreeekk..., sreeekk...,” suara itu kembali terdengar.
Warga pun membulatkan mata saat melihat pepohonan di hutan itu bergerak dengan cepat seolah ada benda besar dan berat yang baru saja melintas di dekatnya. Apalagi ada sinar kemerahan laksana api yang mendekat seiring suara dengusan nafas yang terdengar berat dan menyeramkan.
Sementara itu Bulan yang juga menatap kearah hutan nampak menggelengkan kepalanya kearah makhluk pemilik sepasang mata merah itu seolah memberi tanda jika makhluk itu tak perlu keluar untuk menampakkan diri.
Entah mengapa makhluk yang mendengus marah itu nampak menuruti permintaan Bulan. Ia menghentikan langkahnya lalu diam sambil menatap Bulan dengan tatapan yang lembut ditandai dengan sinar merah yang meredup.
“ Bukan apa-apa. Ayo Kita tinggalkan tempat ini secepatnya...!” kata Sarlan hingga menyadarkan warga.
Warga pun mengangguk lalu membalikkan tubuh mereka dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Bulan yang tadi menjerit pun mendadak bisu. Walau sedikit aneh, namun warga tak mempertanyakan tingkah Bulan yang sangat berbeda itu.
Tanpa sepengetahuan siapa pun Bulan terus menatap kearah hutan dengan tatapan yang lembut dan senyum yang tersungging di bibirnya.
\=====
Arnold adalah pria tampan yang memiliki darah blasteran Polandia dan Indonesia. Postur tubuhnya tinggi besar, warna kulit dan wajah bule yang khas, membuatnya mudah dikenali.
Saat itu Arnold bersama ketiga orang temannya tengah liburan bersama dan tak sengaja melintas di desa itu. Karena mobil yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar, mereka memutuskan bermalam di desa itu. Mereka memilih tidur di gazebo yang berada di depan balai desa.
Pagi harinya mereka terkejut karena gazebo tempat mereka tidur telah dikerumuni oleh warga desa yang menatap mereka dengan tatapan curiga. Setelah teman Arnold menjelaskan penyebab mereka tidur di sana, para warga pun maklum lalu membubarkan diri.
“ Dimana Kami bisa dapat bensin untuk mobil Kami, Pak...?” tanya Arnold.
“ Ga ada yang jual bensin di sini Jang. SPBU paling deket jaraknya masih lima puluh kilo meter lagi dari sini...,” sahut salah seorang warga hingga mengejutkan Arnold dan ketiga temannya.
“ Apa Kami bisa minta tolong diantar pergi beli bensin Pak...?” tanya teman Arnold.
“ Mungkin Kalian bisa minta tolong sama supir Pak Lurah. Mobil Pak Lurah adalah satu-satunya kendaraan yang bisa keluar masuk desa dengan mudah. Kalo motor warga kebanyakan motor bodong yang ga bisa keluar dari wilayah desa karena surat-suratnya ga lengkap Jang. Atau Kalian bisa nunggu truk yang lewat untuk minta bantuan nanti...,” sahut warga hingga Arnold dan teman-temannya mengangguk tanda mengerti.
Sambil menunggu mobil yang bisa mereka tumpangi untuk membeli bahan bakar, mereka tinggal di desa itu untuk beberapa waktu. Arnold dan ketiga temannya berbaur dengan warga dan membantu warga mengerjakan
pekerjaan mereka. Dan di saat itu lah Arnold mengenal Bulan. Keduanya saling tertarik dan jatuh hati. Meski pun Arnold telah kembali ke kota, hubungan mereka tetap terjalin.
Bisa ditebak jika kedekatan Bulan dan Arnold ditentang oleh kedua orangtua Bulan yang memang telah mempersiapkan calon suami untuk Bulan. Saat mendengar tunangannya itu jatuh cinta pada pria lain membuat Arman yang semula tak begitu tertarik dengan Bulan pun berbalik mengejar Bulan yang kabur dari pernikahan mereka.
Dan akhir dari pelarian Bulan adalah ia dipaksa menikah dengan Arman. Menjelang hari pernikahannya Bulan sengaja dikurung di dalam kamar dan dijaga ketat. Bahkan Sarlan juga mengerahkan banyak orang untuk berjaga di sekeliling rumahnya.
Malam itu suasana rumah Sarlan mendadak sepi. Semua orang yang berjaga di sekeliling rumah nampak jatuh tertidur. Demikian pula dengan para wanita di dapur termasuk kedua orangtua Bulan.
Bulan nampak menoleh saat jendela kamarnya terbuka dan memperlihatkan sosok Arnold di sana. Ia tersenyum lalu menyambut uluran tangan Arnold.
“ Apa Kamu yakin akan ikut kemana pun Aku pergi...?” tanya Arnold dengan kedua mata yang menatap Bulan lekat.
Seperti terhipnotis Bulan menganggukkan kepalanya. Bulan terpesona dengan penampilan Arnold yang berbeda dari biasanya. Kulit putihnya nampak bercahaya, kedua bola matanya yang kebiruan itu nampak berkilat, wajah tampannya yang bule itu berkali-kali lipat terlihat lebih tampan dan misterius.
“ Iya. Tolong bawa Aku pergi Arnold...,” sahut Bulan lirih.
“ Baik. Setelah ini jangan menyesalinya Bulan, karena Aku tak akan pernah melepaskanmu apa pun yang terjadi...,” kata Arnold dingin.
Bulan mengangguk karena suaranya seolah hilang di tenggorokan karena tenggelam dalam pesona Arnold. Dengan sigap Arnold menggendong Bulan dan membawanya pergi. Arnold terus berlari menembus kegelapan malam tanpa pernah berhenti.
Bersambung
Arnold terus berlari sambil menggendong Bulan di pelukannya. Sedangkan Bulan nampak tenang dalam pelukan
Arnold. Bulan merasa telah melakukan hal yang tepat dengan memilih mengikuti Arnold karena ia tak mau menjadi alat untuk menaikkan status keluarga oleh kedua orangtuanya.
Bulan tahu jika kedua orangtuanya sengaja menjodohkannya dengan Arman karena mengharapkan perubahan status sosial dan ekonomi keluarga mereka. Arman memang memiliki keluarga yang baik dan terpandang meski pun bukan keluarga terkaya di desa mereka. Namun Arman terkenal sebagai play boy yang gemar mempermainkan hati wanita. Dan Bulan kecewa karena kedua orangtuanya tak mempertimbangkan hal ini saat memutuskan menjodohkannya dengan Arman.
Bulan melihat pepohonan dan rumah penduduk seakan berlari di belakangnya saking cepatnya Arnold berlari. Sesekali Bulan nampak menengadahkan wajahnya untuk mengagumi ketampanan Arnold. Senyum pun menghias di bibir keduanya saat tatapan mereka kembali bertemu.
“ Kamu akan membawaku kemana Arnold...?” tanya Bulan setelah Arnold lama berlari.
“ Ke suatu tempat yang ga akan ditemukan oleh mereka. Tempat yang tenang dan damai. Kamu pasti bakal suka di sana...,” sahut Arnold sambil tersenyum penuh makna.
“ Kenapa Kamu seyakin itu...?” tanya Bulan.
“ Karena Aku mengenal jiwamu sebaik Aku memahami jiwaku sendiri Sayang...,” sahut Arnold sambil mengecup sekilas kening Bulan hingga membuat wajah gadis itu merona.
Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah tempat yang asing. Kemudian Arnold menurunkan Bulan dari gendongannya secara perlahan. Setelah kakinya menapak tanah, Bulan pun mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.
“ Ini kan di tebing bukit kapur...,” kata Bulan ragu.
“ Betul. Ternyata Kamu sangat mengenali desa ini dengan baik Bulan...,” puji Arnold sambil tersenyum.
“ Kenapa Kita ke sini Arnold...?” tanya Bulan penasaran hingga mengabaikan pujian Arnold.
“ Kita akan menikah dan untuk sementara malam ini Kita tinggal di sini Sayang. Gimana, Kamu mau kan...?” tanya Arnold penuh harap.
“ Iya Aku mau menikah denganmu Arnold...,” sahut Bulan cepat hingga membuat Arnold tersenyum.
“ Baiklah. Kita akan menikah besok pagi...,” kata Arnold sambil memeluk tubuh Bulan erat.
“ Tapi bagaimana caranya Kita menikah...?” tanya Bulan tak mengerti karena ia yakin sang ayah tak akan mungkin merestui pernikahan mereka.
“ Serahkan semuanya padaku Bulan. Kamu hanya perlu berdandan cantik saat menjadi pengantinku nanti...,” sahut Arnold yang diangguki Bulan.
Malam itu mereka duduk berdampingan sambil bersandar di sebuah batu besar. Udara malam yang dingin memaksa mereka saling mendekat untuk sekedar menghangatkan tubuh. Tak ada yang lain karena Bulan tak ingin
menyerahkan mahkotanya pada pria yang bukan suaminya meski pun ia sangat mencintai Arnold. Perlahan keduanya tertidur dalam posisi duduk dengan Bulan yang berada dalam pelukan Arnold.
\=====
Bulan terbangun dan terkejut saat mendapati dirinya telah berada di sebuah gedung yang mirip istana. la juga telah berganti pakaian dan berdandan layaknya pengantin.
Bulan terliha cantik, mengenakan gaun pengantin berwarna putih mirip dengan gaun yang ada di negeri dongeng. Sedangkan Arnold juga mengenakan pakaian kebesaran layaknya seorang pangeran tampan dari negeri antah berantah.
Sepasang pengantin yang berbahagia itu berdiri berhadapan sambil saling melempar senyum. Bulan seolah melupakan berbagai pertanyaan yang mendera kepalanya sejak tadi saat janji pernikahan diucapkan. Terdengar syahdu dan memabukkan. Bulan pun menangis terharu saat ia dan Arnold dinyatakan sah sebagai sepasang suami istri.
Tepuk tangan hadirin mengiringi ciuman pertama mereka sebagai suami istri dan itu mengejutkan Bulan karena sejak tadi ia tak melihat siapa pun di tempat itu.
“ Mereka siapa Arnold...?” tanya Bulan setelah saling mengurai pelukan.
“ Mereka keluargaku. Dan mulai sekarang mereka juga jadi keluargamu Bulan. Mereka akan menjagamu jika suatu saat Aku terpaksa pergi meninggalkanmu...,” sahut Arnold.
“ Kamu ngomong apa sih Arnold. Kita baru aja menikah, masa Kamu ngomong buruk gitu. Pamali tau...,” kata Bulan kesal.
Melihat kekesalan di wajah Bulan membuat Arnold tertawa. Bulan pun tertawa saat menyadari keluarga Arnold ikut mentertawakannya. Setelahnya Arnold memperkenalkan Bulan kepada ‘keluarganya’ itu. Bulan pun menyapa mereka dengan hangat sambil menjabat tangan mereka satu per satu.
Saat menjabat tangan keluarga Arnold, Bulan merasa sedikit bingung. Ia merasa jika tangan semua orang di hadapannya itu terasa dingin dan kaku seperti mayat saat disentuh. Wajah mereka pun pucat seolah tak ada darah
yang mengalir di dalam tubuh mereka. Tatapan mereka pun sangat tajam seolah siap menerkam dirinya.
Menyadari sikap Bulan yang sedikit gentar saat berhadapan dengan keluarganya, Arnold pun merengkuh pundak Bulan sambil membisikkan sesuatu.
“ Jangan takut Sayang. Mereka orang baik kok...,” kata Arnold sambil mengecup pipi Bulan dengan lembut.
“ Iya, maafkan sikapku yang membuat mereka ga nyaman. Aku cuma kaget aja tadi...,” sahut Bulan sambil menatap Arnold penuh cinta.
Arnold nampak tersenyum hangat kearah Bulan kemudian memeluknya erat. Saat itu lah Arnold kembali menatap keluarganya dengan tatapan mengancam sambil mengatakan sesuatu yang hanya bisa didengar dan dimengerti oleh keluarganya itu.
“ Dia Istriku. Dan Anak yang akan lahir dari rahimnya adalah Anakku. Jaga mereka meski pun nyawa Kalian taruhannya...,” kata Arnold dingin dan diangguki keluarganya.
\=====
Malam itu adalah malam pertama Bulan dan Arnold. Mereka nampak bahagia. Arnold seolah tak pernah puas menjamah tubuh istrinya itu meski pun Bulan sudah terlihat kelelahan. Erang*n dari mulut Bulan membuat gair*h Arnold kembali terpancing.
“ Sudah cukup Sayang. Aku capek banget...,” rengek Bulan manja saat Arnold mulai kembali mencumbunya.
“ Aku ga pernah merasa cukup Sayang. Kamu membuatku gila. Mendapatkan dirimu seperti mendapatkan bunga segar. Hal yang belum pernah Aku dapatkan selama hidupku...,” sahut Arnold.
Ucapan Arnold membuat Bulan tersentak kaget lalu membuka matanya. Ia menatap Arnold yang kini berada di atas tubuhnya dengan tatapan curiga.
“ Apa maksudmu belum pernah. Apa sebelumnya Kamu pernah menikah dengan wanita lain yang tak suci Arnold...?” tanya Bulan.
Pertanyaan Bulan mengejutkan Arnold. Dengan gugup ia mengalihkan tatapannya kearah lain. Kemudian Arnold menggulingkan tubuhnya di samping Bulan lalu meraih selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Bulan masih menatap Arnold yang tengah berusaha menyembunyikan sesuatu dengan tatapan yang sama.
“ Jangan salah paham Sayang. Ga ada wanita lain di hidupku selain Kamu. Percaya lah. Sudah jadi peraturan tak tertulis dalam keluargaku, bahwa setiap generasi Kami hanya memiliki satu pasangan. Kami ga akan menikah
lagi hingga pasangan Kami tua dan mati...,” kata Arnold lirih sambil mengecup kening Bulan dengan mesra.
Bulan tersenyum bahagia lalu kembali memejamkan matanya. Sesaat kemudian Bulan pun benar-benar terlelap hingga membuat Arnold tersenyum.
“ Aku senang karena Kamu percaya dengan kejujuranku Bulan. Memang hanya ada satu wanita dalam satu generasi. Dan Kamu adalah wanita dari generasi ke sekian yang Aku nikahi...,” gumam Arnold sambil tersenyum.
\=====
Sementara itu di kediaman orangtua Bulan.
Kepanikan terjadi saat semua orang bangun di waktu bersamaan dalam keadaan linglung. Sarlan dan istrinya terbangun saat adzan Subuh berkumandang. Mereka bergegas keluar saat mendengar suara ribut-ribut di luar kamar.
“ Ada apa, kenapa berisik sekali pagi-pagi begini...?” tanya Sarlan sambil mengucek matanya.
“ Lho, Pak Sarlan juga baru bangun toh ?. Kami bingung karena semua pekerjaan terbengkalai gara-gara Kami ketiduran semalam. Bukan hanya pekerjaan merias pelaminan, tapi juga pekerjaan di dapur dan tenda tamu di depan sana Pak...,” kata salah seorang warga.
“ Maksudnya, Kalian belum selesai menyiapkan semuanya...?!” tanya Sarlan dengan nada tinggi.
“ Iya Pak...,” sahut para warga serempak.
“ Kok bisa. Ada apa ini sebenarnya...?” tanya Sarlan tak mengerti.
Tiba-tiba jeritan istri Sarlan terdengar dari kamar pengantin yang ditempati Bulan. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri kamar pengantin itu.
“ Ada apa Bu...?” tanya Sarlan.
“ Bulan ga ada Yah. Bulan kabur...!” sahut istri Sarlan hingga mengejutkan semua orang.
“ Kayanya ada hal mistis yang membuat semua orang yang membantu di sini tertidur Pak Sarlan. Dan saat semua orang tertidur Bulan kabur. Secara logika mustahil Bulan bisa kabur padahal penjagaan di luar sana juga sangat ketat...,” kata salah seorang warga.
“ Tapi Kami yang jaga di luar juga tertidur Pak...!” kata salah seorang warga yang bertugas menjaga keamanan di luar rumah Sarlan hingga mengejutkan semua orang.
Sarlan terduduk lemas sambil mengusap wajahnya dengan kasar seolah baru tersadar jika ia tengah berurusan dengan sesuatu yang berada di luar nalar manusia biasa.
Di saat sedang genting itu lah salah seorang utusan keluarga Arman datang untuk memastikan kesiapan keluarga Bulan dalam menyambut kedatangan mereka nanti.
“ Maafkan Saya. Tapi rencana pernikahan Bulan dan Arman ga bisa dilanjutkan...,” kata Sarlan dengan suara serak.
“ Maksudnya gimana ya Pak...?” tanya utusan keluarga Arman dengan santun.
“ Bulan kabur ga tau kemana dan Kami juga kehilangan jejaknya...,” sahut Sarlan tak enak hati.
Mendengar jawaban Sarlan membuat utusan keluarga Arman terkejut. Ia masih mencoba meminta Sarlan mencari Bulan namun nampaknya Sarlan telah patah arang karena yakin kali ini Bulan akan sulit ditemukan.
Dengan langkah gontai utusan keluarga Arman pun kembali ke rumah Arman untuk menyampaikan pembatalan pernikahan Bulan dan Arman. Bisa ditebak bagaimana reaksi keluarga Arman. Bahkan Arman mengamuk karena merasa diremehkan.
“ Lupakan dia Arman. Masih banyak wanita cantik di luar sana yang bisa Kamu nikahi...,” kata ibu Arman ketus.
“ Aku ga mau Bu. Aku cuma mau Bulan...,”rengek Arman.
“ Jangan bodoh Arman !. Mungkin saja Bulan sudah ga suci lagi makanya dia lebih memilih lari dan menikah dengan pria yang telah menodainya itu daripada menikah denganmu...!” kata ibu Arman lantang hingga membuat semua warga terkejut.
“ Bulan bukan wanita seperti itu Bu...!” sahut Arman lantang.
“ Cukup !. Terserah apa katamu. Mulai sekarang Aku haramkan keluarga Kita menjalin hubungan dengan keluarga Sarlan. Ingat Arman, meski pun Bulan sudah menjadi janda, jangan coba Kau dekati dan nikahi dia. Camkan itu Arman...!” kata ayah Arman tegas hingga membuat nyali Arman menciut.
Setelah hari itu nama Bulan seolah hilang begitu saja. Tak ada yang mengetahui nasib Bulan selanjutnya. Semua orang mengira Bulan hilang dibawa makhluk halus karena menghilang saat malam hari.
Sarlan dan keluarganya masih mengupayakan pencarian hingga beberapa bulan setelah menghilangnya Bulan. Namun di bulan ke lima mereka menghentikan pencarian karena yakin Bulan tak ada lagi di dunia ini alias sudah
meninggal dunia.
Sedangkan di belahan dunia lain Bulan tengah hidup bahagia bersama suami dan calon anaknya. Yah, kini Bulan tengah mengandung buah cintanya dengan Arnold. Bulan berharap kelahiran buah hatinya dapat mencairkan kebekuan hati kedua orangtuanya hingga mereka mau menerima Arnold sebagai suami Bulan juga anak mereka nanti.
Malam itu Bulan terlihat gelisah. Ia mondar mandir sambil sesekali menatap ke pintu berharap Arnold segera tiba. Di kejauhan terdengar lolongan serigala yang membuat bulu kuduk Bulan meremang.
Sejak meninggalkan orangtuanya dan memilih kawin lari dengan Arnold, Bulan sudah terbiasa mendengar suara binatang malam itu. Namun entah mengapa perasaan Bulan malam ini sedikit berbeda. Ia khawatir terjadi sesuatu
yang buruk dengan Arnold. Apalagi saudara-saudara Arnold terus berkeliaran di sekitar rumahnya untuk memperlihatkan diri di depan Bulan dengan intens seolah ingin meyakinkan Bulan jika ia tak sendiri dan aman bersama mereka.
Bersambung
Sikap saudara-saudara Arnold justru membuat Bulan makin cemas. Ia memang tak terlalu akrab dengan mereka karena Arnold memang melarangnya untuk dekat dengan keluarganya itu.
Salah satu sepupu Arnold yang bernama George adalah orang paling dekat dengan Arnold dan Bulan. Hanya pria itu yang diijinkan Arnold dekat dengan Bulan. Sampai detik ini Bulan pun tak tahu pasti apa alasan Arnold melakukan itu. Ia hanya mencoba patuh agar Arnold merasa nyaman.
“ Duduk lah Bulan. Kau membuatku pusing...,” kata George dari ambang jendela hingga mengejutkan Bulan.
“ Aku ga bisa duduk George, Anakku terus berontak dan mencari Ayahnya...,” sahut Bulan sambil mengusap perutnya yang membuncit itu.
Jawaban Bulan membuat George tersenyum. Ia melompat masuk ke dalam rumah lalu duduk di hadapan Bulan. Cara George masuk ke dalam rumah tak lagi mengejutkan Bulan karena Arnold pun kerap melakukan hal yang sama.
“ Tolong lah George, katakan kemana Arnold pergi. Ini di luar kebiasaannya...,” kata Bulan.
Untuk sesaat George menatap Bulan dengan tatapan iba. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya namun ia ingat akan janjinya pada Arnold untuk merahasiakan semuanya dari Bulan.
“ Dia sedang memperjuangkan kehidupanmu dan bayimu Bulan...,” sahut George lirih sambil menatap kearah lain.
“ Kenapa dengan kehidupanku dan Anakku. Apa ada yang ingin mencelakai Kami...?” tanya Bulan panik.
“ Bukan apa-apa. Istirahat lah Bulan, biar Aku yang akan menanti Arnold di sini...,” sahut George dengan enggan sambil berjalan ke pintu.
“ Aku tau siapa Arnold dan makhluk seperti apa Kalian ini...,” kata Bulan tiba-tiba hingga mengejutkan George.
Ucapan Bulan membuat langkah George terhenti. Ia membalikkan tubuhnya menghadap kearah Bulan sambil menatap Bulan dengan lekat.
“ Apa maksudmu...?” tanya George tak mengerti.
“ Aku bilang Aku tau siapa Arnold dan Kalian semuanya...,” sahut Bulan sambil balas menatap George.
“ Oh ya. Menurutmu makhluk apa Kami ini...?” tanya George menantang.
“ Kalian sejenis makhluk abadi yang hanya ada di buku komik dan buku cerita...,” sahut Bulan hati-hati.
“ Lebih spesifik Bulan...,” pinta George sambil melangkah mendekati Bulan.
“ Kalian..., Kalian adalah manusia serigala...,” sahut Bulan gugup sambil melangkah mundur dengan kedua tangan memeluk perutnya seolah sedang berusaha melindungi bayi dalam rahimnya dari serangan George.
Mendengar ucapan Bulan membuat George menatap wanita cantik di depannya itu dengan tajam lalu tertawa keras. Dan tiba-tiba George merubah tampilannya menjadi sosok makhluk yang tadi diucapkan Bulan hingga membuat wanita cantik itu terkejut bukan kepalang.
Kini di depan Bulan berdiri sosok manusia serigala. Dengan tubuh berbulu, berekor dan berkepala serigala. Makhluk jelmaan George itu mendekat kearah Bulan dengan mulut terbuka lebar memperlihatkan gigi runcing
tajam dengan liur yang menetes. Bulan memejamkan matanya karena tak sanggup melihat penampakan makhluk jelmaan George itu. Apalagi saat kepala makhluk itu makin mendekat dengan hembusan nafasnya yang panas menerpa wajah Bulan.
“ Grrrhhh..., grrrhhhh...,”
“ Kau..., Kau George. Ja..., jangan mendekat..., tolong jau... hi A... ku...,” kata Bulan terbata-bata sambil mundur ke belakang.
Kini langkah Bulan terhenti karena tubuhnya membentur dinding di belakangnya. Bulan tak bisa kemana-mana lagi dan terpaksa membuka matanya untuk menatap makhluk jelmaan George di depannya. Melihat bagaimana cara makhluk itu menatap kearahnya membuat Bulan menangis membayangkan anak dalam kandungannya tak memiliki kesempatan hidup.
Tiba-tiba makhluk jelmaan George itu terpelanting ke samping saat ada sosok manusia serigala lain yang datang menyerangnya. Sosok manusia serigala yang menyerang George ternyata memiliki tubuh lebih besar dan penampilan yang lebih menyeramkan dibandingkan George.
Setelah berhasil menyerang makhluk jelmaan George, manusia serigala itu nampak mendongakkan wajahnya lalu melolong panjang hingga membuat persendian Bulan melemah.
Perkelahian dua makhluk besar itu pun tak terelakkan dan itu membuat Bulan shock. Tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya memucat. AkhirnyaBulan jatuh pingsan karena tak kuasa melihat pertarungan dua monster serigala di hadapannya itu.
Melihat tubuh Bulan yang merosot ke lantai membuat dua manusia serigala itu terkejut lalu menghentikan perkelahian mereka. Sosok manusia serigala yang lebih besar segera melompat menangkap tubuh Bulan sebelum jatuh membentur lantai. Setelahnya manusia serigala itu menoleh kearah makhluk jelmaan George sambil menggeram marah.
\=====
Bulan mengerjapkan matanya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Tangannya refleks mengusap perutnya yang membuncit dan bernafas lega saat mendapati kandungannya baik-baik saja.
“ Kamu sudah bangun Sayang. Tidurmu nyenyak banget, sampe hampir tengah hari baru bangun...,” sapa sebuah suara yang dikenali Bulan sebagai Arnold.
Bulan menoleh ke samping dan melihat sang suami nampak duduk sambil tersenyum manis kearahnya. Bulan menggeser tubuhnya dan berusaha bangkit. Dengan sigap Arnold pun membantu sang istri menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.
“ Kapan Kamu pulang...?” tanya Bulan sambil melirik sekilas kearah jendela yang terbuka.
“ Tadi malam...,” sahut Arnold sambil menyodorkan segelas air putih kearah Bulan.
“ Tadi malam, Aku kok ga tau...?” tanya Bulan sambil menerima gelas lalu meneguk isinya hingga tandas.
“ Waktu Aku pulang Kamu udah tidur Sayang. Apa Kamu juga ga tau kalo semalaman Aku tidur sambil meluk Kamu...?” tanya Arnold dengan mimik lucu.
“ Masa sih. Maaf, Aku ga tau sama sekali...,” kata Bulan sambil turun dari tempat tidur lalu melangkah ke kamar mandi.
Arnold menggelengkan kepalanya melihat sikap Bulan yang memang selalu berubah-ubah sejak hamil. Sambil menunggu sang istri selesai mandi, Arnold pun keluar dari kamar untuk memberi kesempatan pada pelayannya membereskan tempat tidur.
Sedangkan di dalam kamar mandi Bulan tengah membasuh tubuhnya dengan air mengalir. Ia mencoba mengingat kejadian kemarin namun gagal. Bulan tak ingat apa pun meski ia berusaha mengingatnya.
“ Aneh. Masa Aku lupa sama kejadian kemarin sih. Rasanya kemarin Aku melihat sesuatu yang bikin Aku takut dan pingsan. Tapi kenapa Arnold malah bilang kalo aku tidur ya...,” gumam Bulan sambil memakai bathrob miliknya lalu keluar dari kamar mandi.
Bulan tak menjumpai suaminya dan hanya melihat seorang pelayan yang tengah meletakkan nampan berisi makanan di atas meja.
“ Dimana Arnold...?” tanya Bulan.
“ Tuan Arnold ada di taman belakang Nyonya...,” sahut sang pelayan dengan santun.
“ Ok. Makasih makanannya dan Kamu boleh keluar...,” kata Bulan sambil tersenyum.
“ Baik Nyonya...,” sahut sang pelayan lalu keluar dari kamar sambil menutup pintu.
Bulan pun bergegas mengenakan pakaiannya lalu makan makanan yang disajikan sang pelayan. Setelahnya Bulan keluar dari kamar untuk menemui suaminya di taman belakang. Dari ambang pintu Bulan bisa melihat punggung sang suami yang sedang asyik mengamati bunga anggrek bulan yang ada di hadapannya. Bulan tersenyum lalu berjalan perlahan mendekati Arnold.
“ Anggrek bulan itu membuatku iri karena bisa membuatmu tertarik dan ga berkedip saat melihatnya Arnold...,” kata Bulan sambil tersenyum kecut.
Ucapan Bulan membuat Arnold tersenyum lalu membalikkan tubuhnya untuk menghadap kearah Bulan.
“ Apa Kamu cemburu sama anggrek Sayang...?” tanya Arnold sambil mengecup kening Bulan dengan sayang.
“ Iya...,” sahut Bulan cepat hingga membuat Arnold tertawa.
Bulan menatap Arnold yang sedang tertawa dan ikut tersenyum. Namun senyum Bulan memudar saat penampakan manusia serigala melintas di kepalanya.
“ Kenapa...?” tanya Arnold.
“ Aku..., mimpi buruk dan aneh semalam Arnold. Mmm..., bukan. Bukan mimpi, tapi itu nyata. Ada manusia serigala di rumah Kita Arnold...,” sahut Bulan sambil mencengkram tangan Arnold kuat-kuat hingga membuat Arnold terkejut.
Arnold tampak khawatir karena tak ingin Bulan membahas hal itu sekarang. Saat Bulan jatuh pingsan semalam, Arnold telah meniupkan mantra penghilang ingatan. Ia berharap Bulan melupakan semua kenyataan yang dilihatnya malam itu. Namun nampaknya usaha Arnold sia-sia karena ternyata Bulan masih bisa mengingatnya meski pun Bulan menganggap apa yang dilihatnya itu hanya mimpi.
“ Manusia serigala apa sih. Kamu mimpi ya...,” kata Arnold sambil mengusap pipi Bulan dengan lembut.
“ Tadinya Aku pikir Aku mimpi. Tapi sekarang Aku yakin kalo itu bukan mimpi. Kamu tau Ar, George itu iblis. Semalam dia menunjukkan sisi gelapnya itu dan berubah jadi manusia serigala. Ish, pokoknya serem banget deh.
Dan Kamu tau ga, dia hampir memakan Aku dan Anak Kita lho...,” kata Bulan sambil memeluk perutnya erat-erat hingga membuat Arnold tertegun.
“ George...?” tanya Arnold tak percaya.
“ Iya. Pokoknya mulai sekarang Kamu harus hati-hati sama George itu ya Sayang. Aku ga mau Anakku jadi yatim karena Ayahnya mati dimakan manusia serigala jelmaan si George itu...,” kata Bulan sambil memeluk Arnold.
“ Apa maksudmu Arnold harus manjaga jarak denganku Bulan...?!” tanya George lantang.
Bulan dan Arnold menoleh ke ambang pintu dimana George sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Bulan yang ketakutan langsung bersembunyi di belakan tubuh Arnold dan itu membuat George tertawa melihatnya. Arnold menggelengkan kepalanya lalu menyentuh tangan Bulan dengan lembut untuk menenangkannya.
“ Jangan ganggu Istriku George, Kau membuatnya takut...,” kata Arnold sambil menatap tajam kearah George.
“ Ups, sorry...,” sahut George lalu menghentikan tawanya.
“ Sudah Sayang. George ga akan menakutimu lagi...,” kata Arnold sambil mengusap punggung Bulan dangan lembut.
“ Tapi Aku tetap takut. Gimana kalo George berubah sewaktu-waktu lalu memakan Aku dan bayi Kita...,” sahut Bulan sambil menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Arnold.
Mendengar ucapan Bulan membuat Arnold dan George saling menatap untuk sejenak. Keduanya terlibat pembicaraan serius yang hanya dimengerti oleh keduanya.
“ Kita ga bisa merahasiakan ini selamanya Ar. Bulan juga harus tau kalo bayi yang dikandungnya juga memiliki darah klan Kita...,” kata George.
“ Aku tau, tapi bukan sekarang George. Biarkan dia menjalani kehamilannya dengan tenang. Aku akan ceritakan semuanya setelah bayi Kami lahir nanti...,” sahut Arnold.
“ Percuma Ar. Bulan udah tau siapa Kita. Dia hanya menunggu Kau bicara jujur supaya dia bisa bersiap menghadapi semuanya suatu saat nanti...,” kata George sambil mengalihkan tatapannya kearah lain.
“ Bulan tau siapa Kita...?” tanya Arnold tak percaya.
“ Iya. Ceritakan semuanya sekarang sebelum terlambat...,” kata George sambil berlalu.
Arnold termangu menatap kepergian sepupunya itu. Ia menoleh kearah Bulan lalu tersenyum penuh makna.
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!