Pelukan Sarlan terurai saat Orion yang ada dalam dekapanm Bulan menggeliat lalu menangis keras karena terhimpit. Bulan pun berusaha menenangkan sang anak sambil menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
“ Cup... cup. Anak pintar udah bangun ya. Nah liat, Orion ada dimana ya sekarang ?. Ini di rumah Abah sama Nininya Orion lho...,” kata Bulan sambil menimang bayinya.
“ Boleh Ibu gendong dia...?” tanya ibu Bulan.
“ Boleh dong Bu...,” sahut Bulan sambil tersenyum lalu menyerahkan bayinya kepada sang ibu.
“ Wah gantengnya Cucu Nini. Namanya siapa ini...?” tanya ibu Bulan sambil menciumi wajah Orion dengan gemas.
“ Orion Nini...,” sahut Bulan mewakili sang anak.
“ Orion, siapa yang kasih nama itu Nak. Kedengerannya sedikit aneh untuk ukuran orang kampung seperti Kami...,” kata Sarlan sambil mengusap kepala sang cucu yang sedang berada di gendongan istrinya itu dengan sayang.
“ Arnold Yah...,” sahut Bulan tak enak hati.
Suasana yang semula mengharu biru pun berubah mencekam saat Bulan menyebut nama ayah sang bayi. Sarlan menatap lekat kearah Bulan lalu George dan Matilda yang berdiri di belakang Bulan.
Menyadari tatapan sang ayah yang tak bersahabat, Bulan pun mengerti. Kemudian Bulan memperkenalkan dua sepupu Arnold itu kepada kedua orangtuanya.
“ Ehm, kenalin Yah Bu. Ini George dan Matilda. Mereka sepupu Arnold yang akan menjaga Aku dan Orion...,” kata Bulan dengan gugup.
George dan Matilda tersenyum lalu menjabat tangan Sarlan dan istrinya bergantian. Melihat cara kedua muda-mudi di depannya menjabat tangan mereka Sarlan dan istrinya pun mencoba maklum.
“ Cara orang kota salaman sama orangtua emang beda ya Yah...,” bisik istri Sarlan.
“ Iya Bu...,” sahut Sarlan cepat.
“ Ayo Kita masuk ke dalam...,” ajak ibu Bulan dengan ramah lalu melangkah masuk ke dalam rumah diikuti Sarlan.
Bulan masih mematung di tempat saat melihat kedua orangtuanya masuk ke dalam rumah. melihat keraguan Bulan Sarlan pun mengerutkan keningnya dan bertanya.
“ Apa Kamu ga mau masuk Nak ?. Apa Kalian hanya singgah dan ga berniat menetap di sini...?” tanya Sarlan cemas.
“ Mmm..., kalo Ayah ga mengijinkan George dan Matilda tinggal bersama Kita di sini, Aku juga ga bisa tinggal di sini Yah. Lebih baik Aku cari tempat tinggal yang lain asal bisa tetap bersama mereka dan Anakku...,” sahut Bulan hingga membuat Sarlan dan istrinya terkejut.
“ Aku ga pernah melarang mereka tinggal di sini lho Nak. Asal mereka bisa menerima keadaan rumah Kita yang sederhana ini Aku ga keberatan kok...,” kata Sarlan cepat karena khawatir Bulan akan pergi lagi.
“ Sungguh...?” tanya Bulan tak percaya.
“ Iya. Masuk lah dan simpan barang bawaan Kalian di kamar sana...,” sahut Sarlan sambil tersenyum.
“ Baik Yah. Ayo Kita masuk...,” ajak Bulan yang diangguki George dan Matilda.
George dan Matilda masuk ke dalam rumah sederhana itu lalu duduk di kursi tamu tanpa bersuara. Bulan pun mengarahkan George dan Matilda untuk meletakkan tas di dalam kamar Bulan.
“ Cuma ada dua kamar di sini. Satu untukku dan Istriku, satu lagi untuk Bulan. Terus dimana mereka akan tidur...?” tanya Sarlan yang mirip seperti gumaman.
“ Gampang Yah. Matilda bisa tidur di kamar sama Aku dan Orion. Nanti George bisa tidur di lantai ruang tamu pake tikar. Iya kan George...?” tanya Bulan.
“ Iya...,” sahut George santai.
“ Tapi...,” ucapan ibu Bulan terputus saat Matilda memotong cepat.
“ Gapapa Bu. George udah biasa tidur di alam terbuka kok. Jadi ga masalah kalo tidur di lantai pake tikar...,” kata Matilda yang diangguki George.
“ Alam terbuka gimana maksudnya...?” tanya Sarlan tak mengerti.
“ George ini security pabrik Yah. Tugasnya malam hari dan jarang tidur karena harus mengawasi sekelilingnya supaya ga kemalingan...,” sahut Bulan cepat yang diangguki George.
“ Gitu ya...,” sahut Sarlan dan istrinya dengan tatapan bingung.
“ Iya...,” sahut Bulan, Matilda dan George bersamaan hingga membuat Sarlan dan istrinya tertawa melihat tingkah mereka.
Bulan pun merasa bahagia karena ternyata kedua orangtuanya mau meneriman kehadiran bayinya dan dua sepupu Arnold itu. Sedangkan Sarlan dan istrinya memang tak punya alasan menolak kehadiran mereka. Bagi Sarlan dan istrinya, kepulangan Bulan dengan membawa seorang cucu adalah sebuah anugrah tersendiri. Mereka tak lagi mempermasalahkan pelarian Bulan dulu.
\=====
Berita kepulangan Bulan ke rumah orangtuanya menggemparkan desa termasuk Arman dan keluarganya. Arman yang telah menikahi Dati pun ikut terkejut dan mencoba mendatangi rumah Sarlan.
Arman nampak tertegun saat tiba di depan rumah Sarlan dan melihat George sedang menggendong seorang bayi. Arman menduga jika pria itu adalah suami Bulan sekarang. Namun matanya menyipit saat melihat Matilda keluar
dari dalam rumah sambil menyerahkan botol susu kepada George.
“ Nah, ini susunya. Maaf ya kelamaan...,” kata Matilda sambil tersenyum.
“ Makasih Tante...,” sahut George mewakili sang bayi.
Arman masih asyik mengamati interaksi Matilda dan George. Sedetik kemudian Arman terkejut saat George dan Matilda menoleh bersamaan kearahnya dengan tatapan yang mengintimidasi hingga membuat bulu kuduk Arman bergidik. Arman mematung di tempat seolah ada kekuatan ghaib yang menahan langkahnya untuk masuk ke pekarangan rumah Sarlan. Arman tersadar saat suara Bulan menyapanya.
“ Arman...,” panggil Bulan sambil melangkah keluar rumah.
“ Bulan itu Kamu...?” tanya Arman sambil menatap Bulan yang terlihat makin memukau dengan aura keibuan yang menguar dari tubuhnya.
“ Mau apa Kamu ke sini...?” tanya Bulan.
“ Itu... Aku..., Aku hanya mau memastikan berita itu. Ternyata ini benar-benar Kamu Bulan...,” sahut Arman gugup lalu melangkah mendekati Bulan.
“ Kamu udah liat Aku kan, terus apa lagi...?” tanya Bulan sambil merapat kearah George dan Matilda.
“ Aku dengar Kau pulang membawa bayi. Ternyata itu bayi mereka, iya kan...?” tanya Arman sambil melirik kearah bayi dalam dekapan George.
“ Itu Anakku...!” sahut Bulan tegas hingga mengejutkan Arman.
“ Aku ga percaya. Bayi itu bukan bayimu kan. Aku sengaja datang ke sini untuk menemuimu karena Aku ingin memberi kesempatan kedua padamu untuk menjadi Istriku Bulan...,” kata Arman sambil menatap Bulan lekat.
Mendengar ucapan Arman membuat George dan Matilda mendengus marah sedangkan Bulan nampak tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya.
“ Apa maksudmu kesempatan kedua. Dari dulu Aku ga mau nikah sama Kamu Arman. Itu lah sebabnya Aku lari dari pernikahan Kita waktu itu. Apa Kamu masih ga ngerti juga...?” tanya Bulan kesal.
“ Aku sudah memaafkanmu Bulan. Sekarang Kita masih bisa melanjutkan mimpi Kita yang tertunda itu dan menjalani rumah tangga yang bahagia...,” kata Arman setengah memaksa.
“ Itu bukan mimpi Kita, itu hanya obsesimu aja Arman...!” sahut Bulan ketus.
“ Iya iya, maafkan Aku. Jangan marah lagi ya, Kita akan menikah secepatnya kan...,” kata Arman mencoba membujuk.
“ Aku ini Istri Arnold dan Kami juga sudah punya Anak. Kenapa Kamu ga ngerti juga sih...?!” sahut Bulan.
“ Tinggalkan dia dan menikahlah denganku Bulan...,” kata Arman lagi hingga membuat George kesal.
George menyerahkan Orion kepada Bulan lalu maju menghampiri Arman dan menarik kerah bajunya hingga Arman terkejut. George bersiap melempar Arman keluar jika Sarlan tak mencegahnya.
“ Lepaskan dia George...!” kata Sarlan lantang.
George mengurungkan niatnya lalu menatap kearah Sarlan dengan tatapan yang sulit diartikan.
\=====
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Fitri Melay
ciiii arman
udah punya istri masih juga mengharapan bulan
2022-12-22
1
Ardianovich
Lol
2022-12-20
1
Ardianovich
man arman
2022-12-20
2