Arman nampak bernafas lega saat melihat Sarlan. Ia tersenyum penuh kemenangan karena mengira Sarlan berada di pihaknya.
“ Pergi lah Arman, jangan ganggu Bulan lagi...,” pinta Sarlan.
“ Kenapa Pak, dia kan calon Istriku...,” sahut Arman cepat sambil merapikan pakaiannya yang kusut akibat ulah George tadi.
“ Lupakan saja niatmu itu, Bulan sudah punya Suami dan Anak sekarang...!” kata Sarlan lantang hingga membuat Arman terkejut sekaligus kecewa.
“ Lagipula Kau kan sudah punya Istri Arman. Jangan ganggu Bulan lagi, Kalian bisa hidup bahagia dengan pasangan masing-masing mulai sekarang...,” kata istri Sarlan menengahi.
Mendengar kalimat penolakan dari Sarlan dan istrinya membuat Arman kesal. Ia menatap nanar kearah Bulan dan bayinya lalu membalikkan tubuhnya kerah lain. Setelahnya Arman keluar dari pekarangan rumah Sarlan dengan membawa perasaan marah dan dendam di hatinya.
“ Akhirnya dia mau ngerti juga...,” gumam Bulan sambil menghela nafas panjang.
“ Tapi Kamu harus hati-hati sama dia Bulan. Keliatannya dia ga bakal ngelepasin Kamu gitu aja...,” kata Matilda mengingatkan.
“ Aku tau. Tapi Aku bisa mengandalkan Kalian kan...?” tanya Bulan yang diangguki George dan Matilda.
Sarlan dan istrinya pun ikut tersenyum. Meski pun mereka tak mengetahui siapa sebenarnya George dan Matilda, namun Sarlan dan istrinya yakin mereka bisa melindungi anak dan cucunya dari bahaya yang mengintai.
\=====
Waktu pun berlalu dengan cepat. Usia Orion kini hampir lima bulan. Selama itu juga lah George dan Matilda menjaga Bulan dan anaknya. Kebersamaan mereka membuat hubungan keduanya menjadi lebih dekat dan intens.
Beberapa kali Bulan mencoba menjodohkan George dan Matilda namun keduanya selalu punya alasan untuk menolak. Karena kerap gagal menyatukan keduanya, akhirnya Bulan mencoba memasukkan orang ketiga diantara George dan Matilda.
“ Dimana Matilda...?” tanya George saat melihat Bulan duduk sendiri di teras rumah.
“ Lagi ngajak Orion jalan-jalan keluar bareng si Heri...,” sahut Bulan.
“ Heri siapa...?” tanya George.
“ Heri yang punya peternakan kambing itu...,” sahut Bulan santai.
“ Kenapa Kamu ijinin Matilda keluar berdua sama si Heri...?” tanya George.
“ Ga berdua, bertiga sama Orion...,” sahut Bulan mencoba meluruskan.
“ Iya iya. Terus mereka kemana...?” tanya George.
“ Kamu mau nyusul ya ?. Ga perlu. Tuh mereka udah datang...,” kata Bulan sambil menunjuk ke pintu pagar dimana Matilda melangkah ditemani Heri.
Melihat keakraban Matilda dan Heri membuat George kesal. Ia mengepalkan tangannya menahan amarah yang siap meledak. George tetap bertahan di sana hingga Heri pamit pulang. Menyadari ada hal yang ingin dibicarakan oleh George dan Matilda, Bulan pun menyingkir ke dalam rumah sambil menggendong Orion.
Matilda pun bersiap melangkah mengikuti Bulan namun langkahnya terhenti karena George mencekal tangannya.
“ Aku mau bicara...,” kata George.
“ Ada apa George, apa ada yang penting...?” tanya Matilda.
“ Aku cuma mau ngingetin jangan terlalu deket sama si Heri. Kamu kan ga tau siapa dia...,” sahut George.
“ Kamu ga usah khawatir, Aku bisa menjaga diri kok...,” sahut Matilda tersenyum.
“ Tapi Aku ga suka Kamu deket sama dia...,” kata George gusar.
“ Kenapa, Aku juga ga melarang Kamu deketan sama si Ina atau Aida. Kita juga perlu teman di sini. Jadi tolong jangan batasi pertemananku...,” sahut Matilda gusar sambil melepaskan cekalan tangan George.
“ Tapi jangan dia bisa ga...?” tanya George hingga membuat Matilda bingung.
“ Ok, tapi ada syaratnya. Kamu juga harus jauhin Ina dan Aida. Kalo bisa, Aku juga bakal jauhin si Heri. Gimana...?” tanya Matilda.
“ Ok deal. Aku bakal jauhin mereka asal Kamu ga deketan sama cowok mana pun...,” sahut George cepat.
“ Tunggu sebentar. Kenapa Kamu ngelarang Aku deket sama cowok lain. Kamu kan bukan pacarku. Kita hanya sepupu George, jadi please ga usah posessif ya...,” kata Matilda mengingatkan.
“ Apa sepupu ga boleh cemburu. Kalo Aku bilang ga boleh itu artinya ga boleh...,” sahut George sambil menatap Matilda.
“ Jangan egois George...,” kata Matilda gusar saat melihat George mendekat kearahnya.
Matilda tersentak saat George menyentuh pipinya dengan lembut hingga membuat wajah gadis itu merona. Matilda berusaha mengendalikan detak jantungnya yang berpacu cepat karena merasa tak nyaman dengan sikap George kali ini.
“ George...,” panggil Matilda lirih.
“ Aku harus egois karena Aku ga rela Kamu jadi milik orang lain. Hanya Aku yang boleh karena Aku mencintai Kamu Matilda...,” kata George tegas hingga mengejutkan Matilda.
“ Jangan main-main George. Kau tau kan masa laluku dan itu sangat menyakitiku. Jadi please jangan bahas soal cinta denganku...,” sahut Matilda sambil bergeser menjauhi George.
“ Aku ga peduli dengan masa lalumu Matilda. Bagiku Kau adalah wanita yang baik yang layak Aku nikahi. Karena Aku ga bisa sendiri tanpa Kamu...,” kata George.
“ Kamu serius George...?” tanya Matilda tak percaya.
“ Iya, Aku serius. Ayo Kita menikah Matilda...,” sahut George.
“ Tapi Aku ga bakal bisa memberimu keturunan karena rahimku rusak George...,” kata Matilda dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
“ Aku ga peduli, bagiku menikahimu adalah hal yang terpenting Matilda. Bersamamu hidupku menjadi lengkap. Jadi ayo Kita menikah...,” kata George lagi sambil menghapus air mata yang menitik di wajah Matilda.
Matilda tertegun sesaat lalu perlahan menganggukkan kepalanya.
“ Iya George, Aku mau menikah denganmu...,” sahut Matilda lirih hingga membuat George tersenyum lalu menarik Matilda ke dalam pelukannya.
“ Makasih Sayang. Aku janji Kita akan bahagia...,” bisik George sambil mempererat pelukannya.
Matilda mengangguk lalu membalas pelukan George. Bagi Matilda lamaran George ibarat oase di padang pasir.
Setelah peristiwa kelam yang ia alami dulu, Matilda hampir tak pernah bermimpi untuk jatuh cinta lagi pada seorang pria apalagi menikah. Namun kebersamaannya dengan George belakangan ini memang membuatnya goyah. Tanpa ia sadari perlahan George berhasil meruntuhkan benteng kokoh yang dibangunnya itu. George berhasil membuat jantung Matilda berdetak lebih cepat saat mereka berdekatan. George juga berhasil membuat Matilda tersipu malu dengan gurauan dan tatapan lembutnya.
Matilda merasa hidupnya lebih berwarna karena George ternyata juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Kini Matilda bisa tersenyum karena perasaannya bersambut. Sedangkan George nampak bahagia karena merasa mimpinya untuk memiliki Matilda hampir menjadi kenyataan.
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang membuat George dan Matilda saling mengurai pelukannya. Mereka menoleh dan melihat Bulan tengah berdiri didampingi kedua orangtuanya.
" Selamat ya, akhirnya Kalian sampe juga di titik ini..," kata Bulan sambil tertawa bahagia.
“ Kita akan membuat pesta pernikahan untuk Kalian nanti...,” kata Sarlan dengan wajah berbinar.
“ Ga perlu repot Pak. Kami bisa menikah dengan cara yang sederhana kok...,” sahut George tak enak hati.
“ Jangan menolak niat baik Ayahku. Kedua orangtuaku sudah menganggap Kalian anak, jadi Kalian harus setuju...!” kata Bulan galak.
“ Baik lah. Bukan kah Kami ga punya pilihan. Gimana Sayang, Kamu setuju kan...?” tanya George sambil menoleh kearah Matilda.
“ Iya Sayang...,” sahut Matilda malu-malu hingga membuat suasana kembali ceria.
Di tempat yang tersembunyi, pemilik sepasang mata yang tengah mengintai pun ikut bahagia menyaksikan kebahagiaan mereka.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
neng ade
itu pasti Arnold yg diam2 mengawasi mereka
2023-01-08
0
Herry Ruslim
iya mau nikah,tapi ntar kamar pengantin dimana, di kandang kambing, tidurnya?
2022-11-08
0
Fani Rachman
yg ngintip Arnold bukan sihh.. kok ga k rumah ya memperkenalkan diri ma ortu bulan..
2022-09-02
1