Arka dan Diana akhirnya tiba di rumah mereka saat jam menunjukkan pukul satu dini hari. Lelah dan amarah yang sempat menguasai mereka saat di perjalanan tadi pun lenyap bersama hadirnya Aruna di tengah mereka.
“ Kasian kayanya Aruna lapar Ka...,” kata Diana saat baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah.
“ Kalo gitu susu yang tadi dibeli diseduh sekarang aja biar dia ga kelaparan...,” usul Arka.
Arka dan Diana memang berhenti di sebuah mini market untuk membeli keperluan Aruna seperti daypers, susu dan makanan bayi.
“ Kamu betul. Sini Aku buatin sebentar dan Kamu tolong jagain Aruna dulu ya Sayang...,” pinta Diana yang
diangguki Arka.
Kemudian Diana bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan susu. Tak lama kemudian Diana nampak kembali dengan botol susu di tangannya sambil tersenyum.
“ Nah sekarang Anak Mama yang cantik ini ga kehausan lagi deh...,” kata Diana sambil mengarahkan botol susu ke mulut Aruna yang menyambutnya dengan lahap.
Melihat tingkah Aruna membuat Arka dan Diana tertawa bahagia. Arka ikut duduk di samping Diana sambil memperhatikan tingkah Aruna. Senyum mengembang di bibirnya membayangkan reaksi sang mama saat melihat Aruna nanti.
“ Dia lucu banget ya Ka...,” kata Diana sambil menyentuh pipi Aruna dengan lembut.
“ Iya Sayang, cantik juga kaya Kamu...,” sahut Arka tanpa melepaskan tatapannya dari Aruna.
“ Sayangnya dia bukan Anak Kita ya Ka...,” kata Diana dengan suara parau.
“ Insya Allah dia jadi Anak Kita karena ga ada siapa pun yang datang untuk menjemputnya tadi...,” sahut Arka yakin.
Mendengar ucapan Arka membuat Diana menoleh. Ia tak menyangka jika Arka juga menginginkan Aruna menjadi anak mereka.
“ Kamu serius mau merawat bayi ini Ka...?” tanya Diana.
“ Iya Sayang. Melihatnya dan dekat dengan Aruna menumbuhkan rasa sayang yang aneh tapi menyenangkan di dalam hatiku. Ini beda banget sama rasa sayang yang biasa hadir saat melihat keponakan Kita atau anak temen Kita yang seusia Aruna. Dan Aku bertekad untuk memperjuangkannya. Aku akan urus semua surat adopsinya supaya ga akan ada yang bisa sesuka hati mengakuinya nanti...,” sahut Arka tegas hingga membuat Diana terharu.
“ Terima kasih Sayang. Aku juga ga mau kehilangan Aruna, makasih...,” kata Diana sambil memeluk Arka erat.
“ Sama-sama Sayang. Kita berjuang sama-sama yuk biar Aruna punya status yang jelas di keluarga kecil Kita...,” sahut Arka sambil mengusap punggung Diana dengan lembut.
Diana mengurai pelukannya saat Arka mengatakan tentang keluarga. Ia ingat dengan kedua orangtua Arka.
“ Gimana sama orangtuamu Ka, apa mereka bisa nerima Aruna...?” tanya Diana.
“ Ga usah cemaskan itu Di. Kita bisa hidup mandiri dan jauh dari sini. Aku berencana pindah dari sini dan menghilang sejenak dari keluargaku itu. Nanti Kita kembali saat semua sudah kondusif. Gimana menurut Kamu Sayang...?” tanya Arka.
“ Aku sih ga masalah, kan Aku yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Aku biasa sendiri, tapi Kamu beda Ka. Apa Kamu sanggup jauh dari keluargamu itu, apalagi Kamu bilang sampe nunggu situasi kondusif. Itu ga sebentar lho Ka...,” kata Diana mengingatkan.
“ Aku sanggup asal Kamu stay di sisiku...,” sahut Arka tegas sambil menatap Diana lembut.
“ Aku janji bakal selalu nemenin Kamu Arka...,” kata Diana mantap hingga membuat Arka tersenyum.
“ So sweet banget sih istriku ini...,” kata Arka sambil menciumi Diana.
Diana tertawa karena ulah Arka. Namun tawanya terhenti saat bayi mungil di hadapannya itu menangis. Arka melepaskan pelukannya lalu ikut menghibur Aruna. Malam itu untuk petama kalinya Arka dan Diana merasa menjadi sepasang orangtua untuk bayi Aruna.
\=====
Arka mewujudkan ucapannya. Ia mengajak Diana hijrah dari rumah yang selama ini menjadi istana kecil mereka. Diana pun mendukung keputusan suaminya. Dan kini mereka tengah berada di sebuah rumah yang terletak di pinggiran Jakarta.
“ Ini rumahnya Ka...?” tanya Diana tak percaya.
“ Iya. Cuma rumah ini yang kosong dan dekat sama kantorku. Gapapa ya Sayang, kan sementara doang...,” sahut Arka tak enak hati.
“ Ya udah gapapa. Abis mau gimana lagi...,” sahut Diana pasrah.
Rumah yang dipilih Arka merupakan bangunan tua yang lama tak dihuni. Karena ditawarkan dengan harga murah dan letaknya yang tak terlalu jauh dari kantor Arka membuat Arka tertarik dan langsung membelinya tanpa sepengetahuan Diana.
Saat melihat bangunan itu untuk pertama kali, bulu kuduk Diana sedikit meremang. Apalagi saat menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Diana merasa jika ada banyak mata yang tengah menatap kearahnya dan itu membuat langkah Diana terhenti di ambang pintu.
Namun hal aneh terjadi pada Aruna. Jika biasanya bayi akan menangis saat masuk ke tempat baru yang lumayan angker, berbeda dengan Aruna. Bayi mungil di gendongan Diana itu justru nampak senang hingga melonjak kegirangan. Tangan mungilnya terulur seolah ingin menyentuh sesuatu di hadapannya dan itu membuat Diana bingung sekaligus takut.
“ Kok Aruna reaksinya gini sih Ka...?” tanya Diana bingung.
“ Bagus dong Sayang. Itu artinya Aruna nyaman sama tempat ini dan Kita ga perlu khawatir Aruna bakal sawan atau rewel seperti bayi lainnya yang masuk ke tempat baru...,” sahut Arka sambil mengecup kepala Aruna dengan sayang.
“ Gitu ya...,” kata Diana lirih.
“ Iya. Yuk masuk dan istirahat dulu. Kasian kan Aruna juga pasti capek banget...,” kata Arka sambil meraih Aruna dari gendongan Diana lalu meletakkannya di atas sofa.
Aruna nampak tertawa sambil mengeluarkan suara uniknya. Kedua matanya nampak menatap ke sekeliling ruangan seolah ingin mengenali lingkungan barunya itu. Dan lagi-lagi Aruna tertawa saat matanya melirik ke sudut ruangan. Diana kembali merapatkan tubuhnya kearah Arka hingga membuat sang suami tertawa.
“ Kamu takut Di, kok kalah sama Aruna...,” kata Arka di sela tawanya.
“ Apaan sih Kamu...,” sahut Diana kesal.
“ Kamu tenang aja. Aku udah minta Pak Parmin buat ngatur pengajian di rumah ini nanti malam. Warga di sekitar
sini juga udah dikasih tau. Jadi Kita bisa mendoakan rumah ini sekaligus kenalan sama warga...,” kata Arka.
“ Terus suguhannya gimana, Aku ga kenal daerah sini Ka. Siapa yang nganterin Aku belanja buat suguhan tamu Kita kalo Kamu aja sibuk nurunin barang dari mobil. Ini udah sore lho Ka, apa cukup waktunya buat siap-siap...,” kata Diana panik.
“ Kamu tenang aja, Pak Parmin dan Istrinya yang ngurus semua. Kamu duduk manis aja sambil nemenin Aruna...,’
sahut Arka sambil mengacak rambut Diana dengan gemas.
“ Syukur lah, Aku tenang sekarang...,” kata Diana sambil tersenyum.
Beberapa jam kemudian Arka dan Diana pun sibuk menyambut tamu yang hadir. Parmin dan istrinya nampak piawai mempersiapkan semuanya hingga tuan rumah dan para tamu merasa nyaman.
Saat pengajian berlangsung Diana tetap memangku Aruna. Bayi mungil itu nampak terlelap menikmati alunan ayat
suci dan dzikir yang dibaca secara bersamaan itu. Istri Parmin yang berada di samping Diana pun nampak terheran-heran melihat Aruna.
“ Pules banget bobonya ya Bu...,” kata Nurida.
“ Iya Nur. Alhamdulillah Aruna ga rewel sama sekali sejak masuk ke rumah ini...,” sahut Diana sambil tersenyum.
“ Itu pertanda baik Bu. Artinya rumah ini cocok untuk keluarga Ibu...,” kata Nurida.
“ Aamiin. Semoga Kami betah di sini dan semuanya baik-baik aja nanti...,” sahut Diana sambil mengecup pipi Aruna dengan lembut.
Nurida mengangguk lalu beranjak ke dapur untuk mengeluarkan suguhan setelah Parmin memberi tahu bahwa pengajian telah usai.
\=====
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 327 Episodes
Comments
Styaningsih Danik
mulai maraton baca mbakthor...tetep sih bingung hubungan antara orion sm aruna 🤔...
2022-11-27
1
💎hart👑
akhirnya update juga 👍👍👍
2022-05-29
1