Cahaya jingga berwarna merah kekuningan sudah mulai nampak ketika Vanesa sudah kembali berada di dalam Rumah nya, setelah menyelesaikan ritual mandi dan duduk santai di depan Tv.
"Non, mau di buatkan kopi kah?'tanya seorang pelayan yang ada di dalam Rumah itu, Wanita paruh baya yang selalu membantu pekerjaan Rumah nya.
"Boleh, kalau ada sekalian pisang goreng nya juga."
"Oh, ada, Non, tunggu sebentar."
Sambil merebahkan kepalanya bersandar pada kursi sofa, tiba-tiba telponnya bergetar.
"Dreet... .. Dreeeettt ...... Dreeeeet....!
"Astaga, aku lupa untuk menelpon balik Mas Rendra, ini dia pasti marah marah tuh semua gara-gara pasien gila itu, bisa-bisa nya membuat aku tak memiliki waktu bahkan untuk menelpon balik Suami sampai lupa, bener bener kelewatan dia.
Perlahan Vanesa meraih benda pipih yang ada di sampingnya dan tanpa sadar Vanesa mengucap syukur.
"Syukurlah, ternyata bukan dari Mas Rendra, tapi kenapa di private no siapa ini?" males jawab lah ngak ada nomernya paling juga orang salah sambung." desis Vanesa mengabaikan Panggilan telpon yang sengaja cuma di buat dengan nada getar.
"Non, ini kopi nya dan kebetulan di dapur ada pisang jadi pesanan Non Nesa bisa Bibik bikin."
"Trimakasih, sini Bibik duduklah kita makan bareng."
"Ngak, Non Bibik Masih ada pekerjaan.'
"Sudah Nanti saja kerjanya, ayo kita bersantai dulu."
"Baik, Non."
Ketika mereka berdua asik menikmati cemilan pisang goreng, Kembali benda pipih Vanesa bergetar.
"Dreeeettt..... Dreeeettt...... Dreeeettt...!
Kembali Vanesa melihat nomor panggilan private, karena kesal di ganggu terus akhirnya Vanessa mengaggkat telpon nya.
"Halo, siapa ini!
"Aduh, Nes galak amat sih sudah telpon diabaikan eh sekarang galak, bikin takut aja Lo."
"Mana ku tau ini kamu, lagian pakai nomor private segala, ada apa tumben telpon."
"Cepat kesini, ibu Ingin bertemu dengan mu, pusing aku dia nanyain menantunya."
Vanesa tertawa lebar
"Hahaha, tunggu tiga puluh menit aku akan sampai di sana."
"Serius Lo, bisa ke sini!
"Iya, tunggu saja,"
Vanesa segera masuk ke dalam kamar dan mengambil tas nya.
"Bik, aku keluar dulu."
"Lho, mau kemana Non, ini kan sudah sore sebentar lagi petang."
"Kembali ke Rumah sakit ada pekerjaan.'
"Oh, begitu baiklah Non hati-hati ya,"
Vanesa mengagguk seraya berjalan menuju pintu.
"Maaf, Bik aku berbohong." desis Vanesa dalam hati.
Tak lama setelah kepergian Vanesa Rendra datang dengan satu koper kecil di tangan nya.
"Ting tong.....Ting tong.....!
Bergegas wanita paruh baya berjalan menuju pintu dan membukanya dengan cepat.
"Apa ada yang tertinggal Non, kok balik lagi?"
Tanya Bik iyem dengan cepat ketika pintu telah terbuka.
"Apanya yang tertinggal Bik...?"tanya Rendra dengan wajah penuh keheranan.
"Oh, Den Rendra sudah pulang, itu Anu....tadi...anu!jawab Buk Iyem gugup.
"Apaan sih Bik, kok gugup begitu, nih bawa masuk ke dalam, oh ya Non Nesa apa ada di dalam kamarnya."
"Non Nesa pergi "
"Pergi...?" Kemana?"
"Itu, ke Rumah sakit katanya ada pekerjaan."
"Oh, ya sudah aku pergi mandi dulu ya Bik."
Rendra masuk ke dalam kamar dan melakukan ritual mandi kurang lebih dua puluh menit, setelah semua beres Rendra bermaksud menghubungi istrinya.
"Coba aku telpon dia, entah mengapa rasanya kangen, tidak-tidak aku mau buat kejutan jika aku sudah datang, tapi penasaran ngapain Vanesa ke Rumah sakit jangan jangan pasien kurang ajar itu yang meminta Istriku untuk menemuinya, lebih baik aku tanya saja langsung ke Rumah sakit.
Rendra meraih benda pipih yang ada di atas Narkas, tidak berapa lama akhirnya Rendra melakukan panggilan yang langsung mendapatkan jawaban yang sangat mengecewakan.
"Maaf, Pak! Suster Vanesa tidak ada disini."
"Apa kau yakin, coba cek lagi cepat."hati Rendra sudah bergolak tangan nya mengepal kuat, tapi dia masih berusaha tenang berharap apa yang di katakan penjaga Rumah sakit itu salah.
"Halo, pak!
"Iya, bagaimana dia ada di sana kan?"serga Rendra berharap semua prasangka buruknya salah.
"Maaf, Pak! Suster Vanesa tidak ada."
Bagaikan petir yang menyambar tubuh Rendra bergetar hebat, rahang nya menguat, urat nya pun mengeras gigi nya mengatup rapat hingga menimbulkan bunyi gemretak dan tangan nya mrngepal kuat dengan mengebrak meja hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras.
"Braaaaakkkk...!"kurang ajar kau Nesa, berani sekali kau berbohong lihat saja aku akan memberikan pelajaran yang pantas untuk mu."geram Rendra sambil melempar semua benda yang ada di dalam kamar itu, hingga bunyinya yang keras terdengar sampai di luar ruangan.
"Waduuh...! kenapa Den Rendra marah-marah."gumam Bik Yem dengan wajah ketakutan, Bik Yem sangat memahami Tuannya jika marah dia bisa berbuat apa saja.
Tak lama pintu kamar pun terbuka.
"Bik....!
"I-iya, Den!
Mendengar teriakkan Rendra bergegas Bik Yem mendekat meskipun dengan tubuh yang bergetar karena ketakutan.
"Kemasi barangmu, aku berikan kamu cuti selama dua Minggu."
Bik yen melongo mendengar kan perintah tiba-tiba dari Tuannya.
"Ba-baik, Den besok bibik akan pergi."
"Sore ini juga, Bik!
"A-apa?" Sore ini Den apakah Den Rendra memecat saya."
"Tidak, kamu boleh Kembali setelah dua Minggu, Sekarang juga pergilah aku akan memesan taksi untuk mu."
Tanpa berani bertanya maupun membantah Bik yem segera pergi.
Setelah Bik Yem menghilang dari balik pintu, Rendra Tersenyum menyeringai.
"Lihat saja, Nesa, apa yang akan ku lakukan padamu, kau memang benar benar memang harus di berikan pelajaran," geram Rendra yang kini berkali-kali memukul dinding Rumah nya hingga tangannya berdarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
⃟✬۞🧚♀️ᗩᑘᒪᓰᗩ ᘔᗩ ⍣⃝﷽ ❤💚༄㉿ᶻ⋆☪︎
dasar dokter gila apa" lagsung emosi seharus nya di selidiki dulu jagan lagsung marah"😡😡
2022-07-07
0
Nulis terus✍️💪
aku seneng kalo Rendra lagi marah marah gini. 🤣🤣 serasa air di termos gak perlu di masak, udah panas dengan sendirinya karena membaca Rendra yang marah marah muluk 🤣🤣
2022-07-06
1
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
lagian punya bini baek mlh cari yang kek gt
2022-07-05
0