Menjelang pagi Rendra sudah bersiap siap hendak pergi ke kantor sementara Vanessa masih tertidur pulas, Rendra menatap sendu wajah sang istri sebelum kemudian dia meninggal kan sebuah senyuman menyeringai.
"Kau harus membayar semua perbuatan mu padaku dan jangan bermimpi kau bisa hidup bahagia setelah ini." Sungut Rendra yang kemudian melangkah pergi meninggalkan kamarnya.
Vanesa yang sebenarnya sudah bangun dan sempat mendengar perkataan suaminya memijit mijit kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing.
"Membayar apa? aku punya kesalahan apa dan apa maksud dari semua perkataan nya, aku tidak mengerti arah pemikiran mas Rendra, yang ku tau kini, dia begitu jauh berbeda dan berubah bahkan aku merasa Mas Rendra sudah seperti monster, apakah aku akan kuat menjalani kehidupan ini."desis Vsnesa dalam hati yang kemudian segera turun dari tempat tidurnya dan bergegas masuk kedalam kamar mandi. tiga puluh menit kemudian Vanesa sudah menyelesaikan semuanya dan bersiap pergi ke Rumah sakit dimana dia bekerja.
Tiba di Rumah sakit Vanesa sudah di hadang salah satu temannya.
"Nes, kok kamu berangkat sendiri, kenapa tidak bareng dengan suami kamu saja."
"Aku tidur kesiangan dan seorang Dokter kan harus berangkat pagi jadi dari pada dia terlambat maka aku memilih berangkat sendiri saja."
"Oh, kirain ada masalah, kok berangkat sendiri sendiri."
Vanesa tersenyum kecut mendengar perkataan dari tempat dekatnya.
"Ayo, kita masuk."
Selama berjam jam Vanesa harus sibuk dengan salah satu pasien yang terbilang sangat bandel dan menyebalkan dia tidak mau sedikit pun di tinggal atau di rawat perawat lain, sedikit sedikit memanggil dan meminta bantuan ini itu.
sosok pasien muda yang memiliki wajah cukup tampan dengan lesung Pipit di pipinya, dia masuk Rumah sakit karena sebuah kecelakaan yang mengakibatkan laki-laki itu harus di rawat inap.
"Mbak..!jangan pergi ya?"
"Aku banyak pekerjaan dan aku akan memberikan satu perawat penganti untuk menemanimu, kelihatan nya kamu juga sudah sembuh kau bisa cepat pulang."
"Sembuh bagaimana ini saja masih sangat sakit, mbak, kalau aku pulang apakah mbak mau menjadi perawat pribadi ku di rumah."
"Kamu ini ngomong apa?" sudahlah aku sibuk banyak istirahat, biar kamu bisa cepat pergi dari sini."
"Mbak tolong ambilkan aku tas hitam yang ada di ujung sana,"
"untuk apa,"
"Mbak ambilkan saja!"
Dengan berat hati Vanesa mengambil tas yang diminta pasien nya.
"Tas, apaan ini kok panjang dan cukup berat."
Sementara pasien laki-laki itu hanya tersenyum mendengar Vanesa mengrutu.
"Hei....kamu itu harus istirahat kenapa justru minta tas ini, mau kabur dan gak bayar, awas kalau kau kabur tanpa bayar."
Sosok laki-laki di depan Vanesa justru Tertawa lebar Vanesa tidak mau ambil pusing dengan semua itu, dirinya sudah merasa capek harus melayani semua keperluan sang pasien yang sangat menjengkelkan, diajak bicara justru Tertawa. Tanpa mau perduli lagi setelah memberikan Tas Hitam Vanesa langsung melangkah pergi.
Memasuki Ruang pribadi perawat Vanesa langsung mengambil botol mineral yang ada di atas meja dan meminumnya dengan cepat.
"Glegek ..glegek....!
"Nes...! kamu kok seperti baru melihat hantu saja, sampai minum air putih saja segitu terburu buru nya."
"Aku, sangat kesal."
"Oh, kesal sama Dokter Rendra ya,..?"
"Bukan..!"
"Lalu kesel sama siapa?"
"Pasien 107, dia sudah buat aku seperti pembantu nya saja."
" ha-ha-ha..!
"Memangnya pasien itu kenapa?"
"Males ngomongin nya, eh kamu gantiin aku di sana ya, please."
"hmmm... harus ada imbalan nya."
"Boleh, kau mau apa?
"Traktir makan,"
"Sip..! jangan khawatir aku akan traktir asal aku bisa jauh dari anak bawel itu sekarang biarkan aku beristirahat sebentar, rasanya capek seluruh badanku."ucap Vanesa sambil merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di ruang perawat.
"Baiklah, kau beristirahat saja aku yang akan urus pasien kamar no 107, Nanti."
*****
Di tempat lain dalam kantor Rendra tengah bersiap untuk pulang. Sesekali pandangan matanya tertuju pada pintu masuk.
Rendra menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar, sebelum memasukkan semua yang ada di atas meja.
"Tumben Vanesa tidak datang ke kantorku, lagi apa dia coba aku lihat,"bergegas Dokter Rendra melangkah pergi menuju ruang perawat.
Pintu tempat berkumpul para perawat di buka dengan perlahan lahan oleh Dokter Rendra dan ketika Pintu sudah terbuka lebar,mata tajamnya langsung melihat sosok istrinya yang sedang tertidur.
"Ternyata dia tidur, pantas saja tidak mengangguku sama sekali, ini lebih baik dari pada masuk ruangan ku mengaggu terus, tapi kenapa dia tidur tumben sekali apa jangan jangan karena ulah ku semalam yang membuat nya tidak bertenaga."
Rendra menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan perlahan.
"Andai kau tak menghianati ku, aku tidak akan pernah menyakitimu jadi terima saja nasibmu , karena kau sudah berani mempermainkan, aku bukan lah laki-laki lemah yang akan diam saja di hianati dan jangan bermimpi aku akan menceraikan mu karena aku akan segera memberikan kejutan yang manis untuk mu, tunggu saja Vanesa sayang." Gumam Rendra dengan senyum menyeringai tersungging di bibir nya.
Ketika Rendra hendak melangkah pergi, Vanesa yang mendengar suara derap kaki terbangun.
"Mas, Rendra!" sejak kapan mas Rendra ada di sini,"
Rendra yang ketika itu hendak berjalan keluar terpaksa menghentikan langkah kakinya dan menoleh pada Istrinya.
"Aku kesini hanya Ingin mengatakan aku ada Acara ke Bali bersama dengan teman-teman "
"Oh, ke bali! kalau begitu aku akan bersiap siap
"Untuk apa?"
"Lho kan mas mau ke bali, aku kan juga harus menemani ."
"Tidak perlu, aku pergi bersama teman teman terdekat saja jadi aku pulang dan bersiap dulu kamu boleh pulang Nanti.
Vanesa mengerjap ngerjapkan matanya tak percaya, suaminya bisa dengan mudah bicara begitu, sekolah olah dirinya begitu tidak penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
meli meilia
hadir kembali Dy..👍👍
2022-07-17
0
Elisabeth Ratna Susanti
seru 😍
2022-07-08
0
YouTrie
Memang Vanisa punya selingkuhan bukanya Rendra yang selingkuh
2022-07-03
0