Malam yang semakin merangkak Naik tampak seorang wanita cantik berbaju perawat sedang duduk di depan seorang pasien yang sedari sore tidak berhenti mengawasi semua pergerakannya.
"Hei...! kenapa kamu menatap ku seperti itu, cepat kau beristirahat, kau sangat menyusahkan ku tau."
Seorang pasien laki-laki tampan dengan infus di tangan justru Tersenyum melihat perilaku seorang wanita yang merawat nya sedang marah marah.
"Di bilangin bukannya mendengar kan justru senyum-senyum bikin stres orang saja." sungut sang perawat dengan kesal.
"Jangan marah-marah saja kau bisa cepat tua Nanti."jawab pemuda itu dengan santai yang mana tangan kekar nya mulai melepaskan slang infus yang berada di pergelangan tangan nya.
Vanesa, terkejut melihat pasien yang dirawat nya melepaskan slang infus yang ada di tangan nya.
"Hei..! kau mau apa?"jangan di lepas tidak boleh itu."seru Vanesa yang langsung berlari mendekati ranjang sang pemuda dan memegangi tangan laki-laki itu agar tidak melepaskan slang infus yang ada di pergelangan tangannya.
Melihat sang perawat panik dan memegang tangan nya laki-laki muda itu diam.
"Kau menghawatirkan ku." tanya pemuda itu lembut dengan tatapan mata sayu ke pada wanita yang ada di depannya yang mana wanita itu adalah perawat yang sedang bertugas merawat dirinya.
"Ti-tidak, untuk apa aku mengkhawatirkan mu aku cuma tidak mau mendapatkan marah dari Dokter disini tugasku menjagamu jadi tolong jangan bertingkah macam macam dan merepotkan ku."
"Hahaha... jangan khawatir ini sudah malam jadi tidak ada yang akan peduli semua itu lagi pula aku sudah merasa sehat."
Vanessa mendelik mendengar perkataan dari pasien nya.
"Jika kau sudah merasa sehat mengapa kau masih minta di temani, merepotkan saja,"Sungut Vanesa kesal dia merasa di permainkan laki-laki yang menjadi pasien nya.
"Mbak, jangan marah marah, aku melepas slang infus ini agar mbak Vanesa bisa tidur di ranjang ini."
"Apa? kau sudah gila menyuruhku tidur di ranjang pasien, keterlaluan jangan jangan benar dugaan dari Suster Yuni kamu itu sakit jiwa."
laki-laki pasien itu bukannya marah tapi dia justru tertawa lebar.
"Hahaha, mbak nya itu tidak tau trimakasih, aku mengorbankan tempat tidur ku agar aku bisa memberikan tempat yang layak untuk mbak Vanesa biar tidak tidur di sofa yang sempit itu."
"Tidak perlu, tugasku disini menjaga dan merawat mu, jadi aku tidak perlu tempat tidur,"
"Baiklah, kalau tidak mau aku akan menemani,"
"Apa? jangan kurang ajar kamu ya disini ada nyak kamera CCTV jika kau macan macam aku tidak akan segan segan melaporkan mu."
"Tenang, mbak ngak usah khawatir, oh ya namaku Bara," ucap pemuda itu sambil menggulurkan tangannya.
"Aku, sudah tau tuh, nama kamu jelas tertera di situ tuh jadi ngak perlu juga memperkenalkan diri,"
"Hmmmm! baiklah,"
Bara yang sudah melepaskan slang infus di tangan nya perlahan-lahan turun dari Ranjang nya, Vanesa yang kesal sudah tidak mau perduli lagi dengan apa yang dilakukan pasien bandel nya, ketika Vanesa hendak keluar tanpa sengaja kakinya menginjak kulit pisang tak Aya lagi Vanesa kehilangan keseimbangan dan terjatuh tapi pada saat yang bersamaan dan tepat sebuah tubuh kekar langsung menyambar dan menariknya sehingga Vanesa tidak jadi jatuh kelantai tapi jatuh dalam pelukan pemuda yang bernama Bara.
"Plaaak...!
Sebuah tamparan keras ketika Vanesa menyadari dirinya jatuh dalam pelukan pemuda yang bernama Bara.
"Kurang ajar, tidak sopan sekali sih, kau mau mengambil kesempatan ya."teriak Vanesa dengan nada yang penuh dengan emosi.
Bara mengusap pelan wajah nya yang baru saja mendapatkan tamparan dari Vanesa.
"Di tolong bukannya berterimakasih tapi justru marah marah."
"Menolong kamu bilang, lihat ini mengapa ada kulit pisang di sini hah...?"siapa yang membuangnya."
"Maaf, itu tadi siang saat perawat itu tidak mau ku suruh memanggilmu aku kesal lalu makan pisang dan kulit nya ku lempar sembarangan."
"Dasar kau!"
Melihat Vanesa melangkah ke arah pintu Bara berteriak.
"Mbak, kau mau kemana malam malam begini."
"Aku, mau tidur, ngatuk tauk."
"Tidur disini saja mbak."
"Tidak mau, kau bisa berbuat kurang ajar lagi." dengus Vanesa seraya pergi keluar kamar, Namun tak lama kemudian dia kembali masuk ke dalam kamar , melihat Vanesa Kembali masuk ke dalam kamar, pemuda itu tersenyum.
"Kok, balik lagi mbak kenapa?" tanya Bara yang sebenarnya dia tau jika Vanesa tidak akan berani meninggalkan tempat dimana dia dirawat karena kamarnya bersebelahan dengan kamar mayat.
"Bukan urusanmu, ingat jangan mengangguku," ancam Vanesa sebelum merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada di kamar itu, Bara pemuda pasien no 107 termasuk laki-laki yang terbilang kaya dimana dirinya bisa meminta dan memilih ruang yang mewah untuk merawat dirinya sehingga kamar tempat nya di rawat bagaikan rumah pribadi yang mana cukup bagus dan besar meskipun tempatnya sejalan berdekatan dengan kamar mayat, di mana di situ hanya ada dua bangunan satu kamar mayat satu kamarnya meskipun tidak begitu dekat sekali tapi sangat menakutkan bagi yang takut karena tidak ada kamar dan ruangan lain di tempat itu.
Melihat Vanesa tertidur pemuda bernama Bara segera berjalan menghampiri. Di tatapnya Lekat lekat wanita yang ada di depannya.
"Apakah aku salah jika aku jatuh cinta padamu, aku tidak pernah menyangka jika lukisan haluku yang cuma hayalan ternyata menjadi kenyataan wajah yang kulukis sana dengan mu, sayangnya kau sudah bersuami tapi aku mengetahui jika sesungguhnya kau sangat menderita dalam kehidupan rumah tangga mu, pergilah bersamaku aku akan membahagiakan mu."lirih pemuda yang bernama Bara yang mana tak henti-hentinya menatap pada wanita yang sedang tertidur di kursi sofa.
*****
Di sisi lain Rendra sudah bersiap dengan janjinya, dia akan menemui adik iparnya, tapi sebelum itu Rendra membolak balikan benda pipih yang ada di tangan nya.
"Tumben Vanesa, tidak mengaggu dan menelpon ku hari ini, apa dia marah karena aku membentak dan menggabaikan nya atau jangan jangan sebenarnya dia senang aku tidak ada di dekatnya."
Rendra mengusap wajahnya dengan kasar hatinya begitu kalut disisi lain ada rindu yang tidak bisa hilang Namun disisi lain dirinya ssngat sakit' hati dan benci padanya.
Rendra menarik nafas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar.
"Kau benar-benar membuat ku gila, tidak ada salahnya aku mencari tau kegiatan mu tanpa aku malam ini,"perlahan lahan Rendra menghubungi satu Nomor telpon betugas yang berada di dalam rumah sakit.
Tidak menunggu lama akhirnya telpon pun tersambung.
"Halo...!
"Halo, pak Mamat bisakah kau bantu aku melihat CCTV di kamar no 107.
"Oh, ini Dokter Rendra ya, cieeee.... lagi kangen Bu Vanesa ya, Pak, kok sampai minta laporan CCTV 107 segala, sebentar saya akan kirimkan langsung ke nomor Pak Rendra."
Dokter Rendra hanya tertawa kecil mendengar ledekan dari satpam Rumah' sakit.
Sekitar tiga puluh menit akhirnya Rendra mendapatkan kiriman pesan yang mana berisi Vidio dari CCTV kamar No 107. Awalnya Rendra melihat dengan wajah datar dan biasa saja melihat sikap istrinya pada sosok laki-laki yang ada di dalam kamar itu tapi pada saat terlintas adegan ketika sang istri berpelukan dengan pasiennya, benda pipih yang ada di dalam gengaman nya pun langsung di lempar ke atas Ranjang, darah Rendra langsung bergolak dan mendidih kedua tangan nya mengepal keras, wajahnya merah padam.
"Dasar wanita jaala...ng, kau benar-benar tidak bisa di maafkan, kenapa kau begitu murahan, lihat saja apa yang akan kulakukan padamu setelah pulang Nanti."
"Brakk....!" pinta kamar di buka dan di tutup dengan sangat kasar dan keras, tanpa ragu-ragu lagi Rendra masuk dalam sebuah Bar Yang ada di dalam hotel Rendra memesan minuman yang tidak pernah disentuh nya.
Benda pipih yang tadinya di lempar di atas Ranjang diambil kembali sebelum keluar kamar dengan membanting pintu dan kini telpon itu berkali-kali berdering tapi Rendra masih malas untuk mengangkat nya, Rendea masih sibuk dan asik menegak minuman yang ada di hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren banget 😍
2022-07-16
0
YouTrie
Rendra rupanya salah paham biar kapok dia semoga isteinya benar di ambil Bara
2022-07-08
0
VLav
ugh, dokter rendra, pikirannya sempit amat sihh
2022-07-02
0