Karena melihat raut wajah Ghisell yang kelihatan sedih, Haikal tidak ingin menganggu Ghisell, dia lebih memilih berjalan di belakangnya yang terpaut jarak 6 meter, dia tidak tau Ghisell akan pergi kemana, tapi Haikal memilih terus mengikuti wanita itu.
Ada apa dengan dia? Apa pacarnya telah membuat dia sedih?
Ghisell sama sekali tidak menyadari Haikal mengikutinya untuk menjaganya.
Sampai akhirnya Ghisell menghentikan langkahnya di depan sebuah Klub Malam, entah mengapa dia jadi membenci minuman berakhol itu, seandainya dia tidak mabuk hari itu mungkin Ghisell tidak akan kehilangan kehormatannya. Dia tidak butuh pertanggung jawaban karena di hatinya masih ada Rafael, yang dia inginkan bisa memutar waktu agar dia terbangun dari mimpi buruknya itu.
Sial sekali hidupku. Sekalinya mencintai seseorang, tapi orang itu tidak bisa sepenuh hati memberikan perasaannya. Dan bahkan kehormatanku telah direnggut cowok menyebalkan itu.
Apakah Ghisell pernah memutuskan Rafael? Tentu saja pernah, mereka pernah mengalami putus nyambung, hubungan selama 4 tahun itu tidak berjalan dengan mulus. Yang namanya sama-sama cinta tetap saja pada akhirnya kembali lagi, apalagi sekarang mereka telah melibatkan kedua orang tua mereka untuk menjalani hubungan ke jenjang yang lebih serius. Yang pasti agak sulit jika harus berpisah, belum lagi perusahaan kedua orang tua mereka kini telah terikat kontrak kerja.
Ghisell berjalan kembali, dia tidak ingin minum lagi, cukup hanya satu kali dia kecolongan seperti itu. Dan Haikal masih setia mengikutinya.
Namun langkah Ghisell terhenti saat ada seorang pria yang baru keluar dari Klub, pria itu kelihatannya sangat garang apalagi di lengannya dipenuhi tatto.
"Hai cantik, mau kemana nih? Mending ikut sama abang yuk." Pria gagah itu menghalangi jalan Ghisell. Sepertinya pria itu setengah teler.
Ghisell berontak, dia berusaha menarik tangannya dari pegangan si pria bertubuh kekar itu, tapi pegangannya begitu kuat.
"Udah jangan sok munafik, ayo ikut abang ke hotel. Cantik sekali kamu babby, pasti bikin nagih."
Haikal sangat emosi melihatnya, tanpa ba bi bu, dia berjalan setengah berlari dan melayangkan tinju ke muka si pria bertubuh kekar itu.
Bugh...
Ghisell membulatkan mata saat menyadari pria yang menolongnya itu Haikal, padahal dia tadi meninggalkan Hailkal di Cafe.
"Brengsek!" Tentu saja si pria bertubuh kekar itu tidak terima, dia membalas pukulan Haikal, bahkan menghajarnya ke bagian tubuh lain bberapa kali.
Bughh...
Bughh...
Haikal tidak diam saja, dia melawan pukulan pria itu.
Ghisell ingin menolongnya tapi pria itu bukan tandingannya. Akhirnya dia meminta bantuan kepada security untuk memisahkan mereka berdua.
Ghisell terpaksa membawa Haikal untuk menjauh dari pria itu, dia mencubit baju Haikal bagian lengannya karena tidak ingin bersentuhan langsung dengan pria yang menurut Ghisell paling menyebalkan itu.
"Kamu duduk disini!" ketus Ghisell, dia menyuruh Haikal duduk di kursi yang terletak di taman kota, Ghisell ingin membeli dulu salep luka ke aportek.
Haikal hanya menurut saja, malah dia tersenyum bahagia karena Ghisell memperhatikannya. Lagian apotek tidak jauh dari sana, dia bisa melihat dengan jelas Ghisell yang sedang berada di apotek itu.
Luka di wajahnya sama sekali tidak terasa sakit, jika diizinkan Haikal memilih setiap hari berkelahi demi Ghisell agar Ghisell mau memperhatikannya, senyumannya mengembang saat Ghisell kembali lagi sambil membawa salep luka.
Untuk apa aku tersentuh olehnya? Aku malah membelikan dia salep, padahal kesalahan dia begitu besar padaku. Dia telah merampas masa depannku. gumam hati Ghisell begitu dia telah sampai di tempat Haikal berada.
Ghisell sudah terlanjur membelinya, dia memberikan salep itu pada Haikal. "Ambil ini!" ketusnya.
Tapi Haikal tidak ingin membawanya, "Kamu yang harus mengobatinya. Aku terluka karena menolong kamu."
Ghisell tersenyum sinis, "Apa kamu bisa mengobatiku juga? Mengembalikan apa yang sudah kamu rampas dari hidupku."
Haikal menghela nafas berat, "Aku sudah bilang, aku melakukannya di luar kesadaranku. Karena itu aku ingin bertanggung jawab. Bahkan jika kamu bersedia besok pun aku akan menikahimu."
"Aku tidak ingin menikah dengan pria sepeti kamu. Aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai."
Haikal tidak ingin berdebat dengan Ghisell, jadi dia terpaksa menanggapinya dengan santai, "Ya sudah ayo kita saling mencintai, aku cukup tampan , kamu pasti bisa cepat mencintaiku." Haikal mengatakannya dengan senyuman menggoda.
Ghisell memilih pergi meninggalkannya, dia tidak ingin dekat dengan pria yang sangat dia benci itu. Tapi Haikal menarik tangan Ghisell, dia tidak ingin Ghisell pergi begitu saja. Membuat jarak mereka begitu dekat, bahkan jarak hidung mereka hanya berjarak 6 centi meter saja.
"Kamu tidak bisa terus menghindariku, aku harus memastikan disini..." Haikal menunjuk perut Ghisell "akan ada anak kita atau tidak, ini baru beberapa hari mungkin belum terasa."
"Kamu mengharapkan aku hamil? Kita hanya melakukannya sekali!"
Haikal malah tersenyum smirk, salah mengartikan ucapan Ghisell, "Kamu mau lagi?"
"Ishhh..." Hampir saja Ghisell menghajarnya lagi tapi melihat wajah tampan Haikal yang babak belur, dia tidak tega menambah lukanya.
"Mau di ambil gak salepnya?" Ghisell menyodorkan kembali salep luka itu pada Haikal dengan ketus.
Tapi Haikal ingin mengulur waktu, "Aku akan membawanya dengan satu syarat,"
Ghisell siap-siap untuk melayangkan tinjunya jika persayaratan dari Haikal itu memintanya tidur dengannya lagi.
"Ayo makan makan bersama denganku."
"Aku tidak mau." Ghisell langsung menolak.
Haikal lebih mendekatkan jaraknya pada Ghisell sampai bibir mereka begitu sangat dekat, "Kamu pasti belum makan karena sibuk menunggu pacar kamu itu, aku mendengar perutmu berbunyi."
"Kapan berbunyi? Jangan ngarang!" Ghisell malu untuk mengakuinya kalau sebenarnya dia sangat lapar.
"Lalu bunyi apa itu? Apa bunyi anak kita?" Haikal langsung berjongkok, dia menempelkan telinganya ke perut Ghisell.
Ghisell sangat malu karena disana orang-orang pada memperhatikan mereka, mungkin mereka pikir Haikal dan Ghisell adalah sepasang suami istri yang menantikan kehamilan anak mereka.
Ghisell menjauhkan diri dari Haikal, "Hei kamu apa-apaan sih? Orang-orang pada lihatin kita."
Haikal langsung berdiri kembali, dia tersenyum lebar "Hm... ya sudah, ayo kita makan." Haikal menarik tangan Ghisell, Ghisell ingin berontak, tapi pegangan tangan Haikal begitu sangat kuat.
"Kamu pilih mau makan bersama denganku atau kamu aku makan?"
Seketika Ghisell langsung diam saat Haikal mengatakan itu. Dia tidak mengerti mengapa dia pasrah saja saat pria itu menarik tangannya.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Haikal konyol juga yaaa...Rafael sok'2 an cool tp g bisa tegas sama Chika..
2025-02-21
0
AldoArt85
Hhh... Contoh yg buruk, tp gw suka ke pede an Haikal ☝️🤣 tp ga deh kalo maksa cewe 🤪
2024-06-12
2
Alifah Azzahra💙💙
Mending kmu sama Haikal sja Gisel🥰 Daripada SMA si cunguk itu
2024-04-04
0